Oleh Muhammad Nurul Iqbal

Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung

 

PENDAHULUAN

Paradigm ilmu atau bisa disebut paradigm keilmuan sangatlah penting didalam proses pembelajaran ilmu yang muncul saat ini berasal dari filsafat. Sebagian besar kampus atau perguruan tinggi juga mempelajari filsafat termasuk diperguruan tinggi INISNU Temanggung.

Oleh sebab itu, filsafat merupakan dasar dari berbagai keilmuan. Hampir semua perguruan tinggi itu mempelajari filsafat. Filsafat juga sebagai rujukan untuk mengembangkan ilmu baru.

Di INISNU Temanggung mempelajari filsafat. Filsafat yang dipelajari disini adalah Paradigma Keilmuan Integrasi-Kolaborasi. Didalamnya menerangan-menerangkan paradigm keilmuan, model-model paradigma keilmuan, integrasi-kolaborasi dan implementasi paradigm keilmuan.

 

ISI

Pengertian darai paradigma sendiri yaitu sebuah model atau teori imu pengetahuan. Dari sebuah ilmu paradigma itu penting dari sebuah keilmuan karena itu merupakan sebuah dari teori dari sebuah keilmuan. Sedangkan filsafat memiliki pengertian yang berasal dari bahasa yunani yakni cinta atau hakikat. Paradigma itu untuk memberi kerangka, mengarahkan, bahkan menguji konsistensi dari proses keilmuan. Maka dari itu paradigma sangatlah penting dalam proses keilmuan. Filsafat dan ilmu memiliki tujuan yang sama yakni mencari kebenaran dalam suatu keilmuan yang dikaji. Tidak hanya itu, sumber filsafat dan ilmu itu bersumber yang sama yakni akal dan rasio.

Secara filosofis, dapat dijelaskan melalui skema anyaman ilmu, collaboration of science, takatuful ulum (kolaborasi ilmu). Ketiganya memiliki desain yang sama, yaitu sama-sama menggerakkanatau mengembangkan ilmu dan agama secara bersamaan, yang luaranya sangat ditentukan oleh metodologi yang dipilih Ketupat Ilmu merupakan bentuk paradigma dengan model integrasi-kolaborasi. Dalam Bahasa Inggris bisa disebut collaboration of science, dalam Bahasa Arab takatuf al-Ulum yang berarti kolaborasi keilmuan. Pada intinya dua nomenklatur bahasa asing itu bermakna kolaborasi keilmuan yang secara metodologi “menganyam ilmu” karena gambar atau simbol yang dipilih adalah ketupat yang selanjutnya disebut “ketupat ilmu”.

Selanjutnya yakni landasan pada paradigma keilmuan. Landasan tersebut ada tiga. Yang pertama yakni landasan ontologis utamanya bersumber dari Alquran, As-Sunnah. Landasan ontologi kedua dari nilai-nilai pendidikan Islam (taklim, tarbiyah, takdib, tadris, tazkiyah, takrif). Kerangka ontologis selanjutnya dari paradigma Ketupat Ilmu adalah prinsip-prinsip atau nilai-nilai dasar manhaj Aswaja Annahdliyah. Pertama, nilai-nilai dalam Mabadi Khaira Ummah. Kedua, nilai-nilai dalam Ukhuwah Nahdliyah. Sumber ontologis selanjutnya adalah nilai-nilai atau ajaran “Tri Dharma” dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya) Mangkunegara 1 alias Pangeran Sambernyowo. Yang kedua yakni landasan epistemologis Dalam mengembangkan kerangka epistemologis dibutuhkan Metodologi Islam maupun metodologi barat. Metodologi Islam terdiri atas: (1) Metode Rasional (Manhaj ‘Aqli), (2) Metode Intuitif (Manhaj Zawqi), (3) Metode Dialogis (Manhaj Jadali), (4) Metode Komparatif (Manhaj Maqaran), dan (5) Metode Kritik (Manhaj Naqdi). Yang ketiga yakni Landasan aksiologis dalam konteks ini hakikatnya juga dapat didasarkan dari (1) Prinsip dasar Aswaja, (3) Nilai-nilai Mabadi Khaira Ummah, (3) Nilai-nilai Ukhuwah Nahdliyyah, dan (4) Nilai-nilai/ajaran Tri Dharma dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya) Mangkunegara 1 alias Pangeran Sambernyowo.

Ada 3 desain paradigma ketupat ilmu. Diantaranya yakni anyaman ilmu, Anyam-menganyam pada intinya rangkaian kegiatan melalui menyusupkan lungsi pada pakan dengan cara menumpangtindihkan bagian-bagian anyaman secara bergantian dan membentuk pola tertentu. Pola yang dimaksud adalah pola ketupat yang secara paradigmatik adalah anyaman ilmu atau ketupat ilmu. Anyaman ilmu ini dimaksudkan untuk menggerakkan secara bersamaan antara ilmu dan agama.yang kedua yakni Collaborative atau collaboration dalam istilah lain yaitu kerjasama, memiliki derajat yang berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi (cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration. Thomson dan Perry menyebut para ilmuwan pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan antara koordinasi, kooperasi dan kolaborasi terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan kompleksitas. Cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah, sedangkan collaboration pada tingkatan yang paling tinggi. Yang terakhir yaitu takatuful ulum. Takatuful ulum Secara pengucapan, yang mirip dengan suara ketupat adalah “تكاتف”. Maka yang relevan adalah takatuf (bentuk masdar). Jika dirangkai dari Bahasa Indonesia "Kolaborasi Ilmu" adalah Takatufu al-Ulum (kolaborasi ilmu), karena di awal kalimat, seperti Wahdatu al-Ulum (kesatuan ilmu).

 

PENUTUP

Maka ketupat ilmu tidak langsung mengarah kepada ketupat itu sendiri akan tetapi dari filosofi-filosofi tersebutlah menjadi landasan dilaksanakannya Tri Darma perguran tinggi INISNU Temanggung. Keserupaan tersebut terletak pada visi, misi dan logo yang ada di INISNU Temanggung tersebut.

Bagikan :

Tambahkan Komentar