Hadroh Trisula Temanggung

Hadroh Trisula Temanggung

Pasang Iklanmu Di Sini!


Oleh : Tuti Amalia 
Aktivis Mahasiswa, Kader PMII Temanggung

Sejarah merupakan salah satu sumber ilmu yang sangat penting. Adanya sejarah kita jadi belajar dan berfikir. Sejenak kita renungkan kembali salah satu toko sangat hebat pada masanya yakni  sang pendekar pena Mahbub Junaidi. Nama yang tidak asing terdengar, terutama bagi aktivis organisasi eksternal kampus. Mahbub Djunaidi adalah adalah seorang jurnalis, kolumis, organisatoris tapi jangan lupakan beliau juga seorang sastrawan ulung.

Mahbub Junaidi merupakan Putra asli Betawi. Ia lahir di Tanah Abang tanggal 27 Juli tahun 1933. Mahbub djunaidi merupakan Putra Kyai Haji Muhammad Junaidi salah satu seorang tokoh Nahdlatul Ulama NU terkemuka kala itu. Karir bung Mahbub djunaidi memang diawali dari dunia tulis-menulis. Bahkan Bung Mahbub membangun kebiasaan menulis sejak duduk di bangku SMP. itu terjadi saat awal kemerdekaan.

Bung Mahbub hidup berpindah dari Jakarta ke Solo, ikut keluarganya.  ketika di solo itulah tulisannya berawal. Masa itu cerpen berjudul Tanah mati dipublikasikan oleh majalah kisah. Majalah kumpulan cerita pendek bermutu. Karya itu mendapat komentar dan penilaian HB Jassin sang legendaris sastra Indonesia sekaligus pengelola majalah kala itu. HB Jassin begitu kagum dengan tulisan Mahbub djunaidi muda. HB Jassin menilai jika Mahbub mampu memandang persoalan dari segi kocak. percampuran antara Satir dan humor disertai unsur kritik. Gaya tulisan Bung Mahbub dipandang ringan dan menyenangkan. seolah-olah main-main tapi masalah yang dibahas justru serius. Tulisan Bung Mahbub seolah menjadi keberhasilan luar biasa dari campuran jurnalistik dan juga sastra. 

Jakob Oetama kawan Mahbub djunaidi sesama jurnalis, pendiri surat kabar Kompas dan kini menjadi presiden direktur kelompok Kompas Gramedia juga mengenal Bung Mahbub sebagai jurnalis yang sastrawan. Layaknya Bung Mochtar Lubis di samping jadi wartawan adalah juga sastrawan Bung Mahbub juga demikian, tentu saja sekaligus politisi begitu pengakuan jakob Oetama dalam buku bung:memoar tentang Mahbub djunaidi. 

Selama masa hidup Bung Mahbub dikenal sebagai pribadi yang berani dan sederhana. Ia seorang penulis yang aktif mengkritisi pemerintahan orde baru melalui berbagai essay hingga menyebabkan penangkapannya pada tahun 1977. kritiknya atas demokrasi di Indonesia telah jadi landasan berbagai gerakan sosial baik dalam ranah kemahasiswaan hingga organisasi masyarakat keagamaan. Melalui pemikiran Bung Mahbub masyarakat Indonesia turut menjadi pewaris tahta berbagai konsep mendasar. seperti landasan perkembangan teologi, sosial, demokrasi pendidikan dan keadilan sosial. 

Mahbub Junaidi yang juga dikenal sebagai ketua pertama pergerakan mahasiswa Islam Indonesia atau PMII.  Mahbub Djunaidi punya banyak karya berikut daftar karya yang dapat kita baca hingga hari ini. karya yang berjudul dari hari ke hari, kolom demi kolom, jurnalistik dan juga angin musim. selain itu esai-esai bung Mahbub juga dapat kita akses secara bebas di berbagai laman media daring. beberapa karya itu bisa membuat kita lebih dekat dengan mahbub Djunaidi yang lincah, halus tapi jenaka guna menanggapi persoalan demokrasi, HAM, korupsi, hingga berbagai persoalan Kompleks.

Meskipun Bung Mahbub telah tutup usia pada 1 Oktober 1995, pencipta Mars PMII ini akan terus dikenang melalui karya, dedikasi, dan kreativitasnya di hati masyarakat Indonesia. Generasi muda sepatutnya bangga dan meneruskan perjuangan Bung Mahbub sebagai tokoh yang luar biasa dan multi-talenta.


Oleh Joni MN

Ketua PKBKP INISNU Temanggung 

Ethic dan Emic. Merupakan dua istilah yang jarang muncul di dalam formulasi dan dalam pemecahan formulasi pembahasan untuk mendekatkan dan mengintegrasikan nilai-nilai umum dengan norma-norma kearifan lokal setempat. Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya. Etic menjelaskan ke-umuman dari sebuah konsep kehidupan, sedangkan Emic menjelaskan keunikan dari sebuah konsep pada satu budaya (Matsumoto, 19996).

Ethic dan Emic sebenarnya merupakan istilah antropologi yang dikembangkan oleh pike (1967), dalam Segall, 1990), istilah-istilah ini berasal dari kajian antropologi bahasa, yaitu Phonemix atau studi yang mempelajari bunyi-bunyian yang digunakan atau ditemukan pada semua bahasa atau universal pada semua budaya. Selanjutnya Pike menggunakan istilah Emic dan Ethic untuk menjelaskan dua sudut pandang (point of view) dalam mempelajari perilaku dalam kajian budaya. Ethic sebagai titik pandang dalam mempelajari budaya dari luar system budaya tersebut, dan merupakan pendekatan awal dalam mempelajari suatu system budaya tersebut, dan merupakan pendekatan awal dalam mempelajari suatu sistem yang asing. Sedangkan Emic sebagai titik pandang merupakan studi perilaku dan dalam system budaya tersebut (Segall, 1990).

Proses mendidik di dalam lembaga Pendidikan baik formal maupun non formal ataukah informal, pemahaman nilai-nilai yang bersifat prinsip dan nilai yang membangun kekuatan ideologi yang bersifat subjektivitas dan objektivitas sangat penting dibangun secara bersamaan dan sangat penting untuk diperhatikan selanjutnya diperdalam. Tujuannya agar dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam sistem dan praktik pendidikan secara permanen. Hal ini sangat diharapkan untuk dapat direalisasikan ke dalam dunia pendidikan dengan maksimal, agar para peserta didik sebagai generasi penerus jaman-jaman berikut akan dapat merawat alam, hutan dan lingkungan kemudian dapat hidup tentram, nyaman, damai dan harmonis dengan sesama anggota masyarakat lainnya, cukup tragedi dan musibah kebelakangan ini jadi pengalaman, terjadinya degradasi nilai dan hancurnya norma keberadaban antara sesama anggota masyarakat terjadi begitu saja tanpa ada batas dan sepertinya sulit dihentikan. 

Perpaduan kedua unsur ini sangat berpengaruh dan berdampak jika merasuk ke dalam diri masing-masing individu pelajar, mereka akan lebih mengerti akan diri mereka sendiri serta bagaimana mereka melaksanakan kehidupan bersama dengan tidak menimbulkan perpecahan dan pendeskriditan antar sesama, selanjutnya mereka juga akan lebih mengerti, apa yang hendak lakukan dan bagaimana melakukannya dengan tidak merusak, serta mereka lebih pinter dan tertib dalam bermasyarakat dan dalam menjalani hidup bersama.

Dalam memproses norma dan nilai-nilai yang ada di sekeliling kita menjadi suatu nilai yang terintegrasi ke dalam diri pribadi masing-masing peserta didik dan anggota masyarakat lainnya kedua paradigma ini memiliki kekhasan masing-masing dan memiliki pendekatan yang meliputi dua dimensi, yakni (1) berdasarkan sudut pandang budaya dan (2) berdasarkan pendekatan keilmuan. Proses pendekatan keilmuan yang dapat melengkapi jalannya proses implementasinya, yakni jika dikenalkan dengan Istilah melalui kajian proses/ praktisis dan paradigmatis, maka kedua kajian ini dapat disebut dengan terminology kemutlakan dan mutlak kemudian ke-relatifan dan relatif.   

Tegasnya jika kedua pendekatan ini diintegrasikan ke dalam pendidikan targetnya lebih kepada penyadaran diri dan penerapan moral kepada diri individu peserta didik dan pendidik itu sendiri. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan emik berusaha memahami perilaku individu atau masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri dan individu sasaran atau anggota masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Pendekatan Etik menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain. 

Dengan demikian untuk menemukan kebenaran yang jelas tentang kualitas peserta didik terutama bidang akhlaq, perlu adanya analisa dengan pendekatan etik karena lebih bersifat lebih objektif, yang mana data-data yang hendak dianalisa ini bersumber objektivitas masyarakat lingkungan sekitar atau melibatkan aparat kampung setempat dalam pengawasannya. Sehingga hasil dari analisa dapat terukur dengan ukuran dan indikator tertentu, kemudian, untuk tugas penyadaran dan pemaparan atas temuan pendekatan emik lebih efektif karena lebih subjektivitas dan fungsionaris pendekatan banyak menggunakan kata-kata atau bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi obyek studi, jadi peran kuantitas dan kualitas dalam proses pembangunan kualitas peserta didik kedua hal tersebut adalah dibutuhkan.

Pendekatan etic (pendekatan keilmuan) cenderung menggunakan penilaian dari pengamat dalam konteks ini adalah masyarakat sekitar. dengan cara ini orang tua dan para pendidik lebih mengetahui budaya peserta didik di luar rumah atau di luar sekolah. Dalam proses ini mengukur budaya yang bersangkutan lebih menggunakan fakta di lapangan yang disadari dan dianggap penting untuk dibenahi bagi orang tua dan para pendidik. Dalam proses pembenahan kualitas peserta didik ini lebih masuk kepada kualitas penyadaran terlebih dahulu karena hal tersebut merupakan tonggak dasar di dalam pembangunan kualitas intelektualitas mereka, maka hal ini lebih tepat menggunakan kearifan yang sudah melekat pada diri indevidu masing-masing, yakni norma-norma adat mereka dan agama yang mereka yakini, umumnya dengan pendekatan konsep Islami. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep emik merupakan pendekatan dengan menggunakan konsep norma adat yang dibudayakan dan pendekatan keilmuannya atau pendekatan etik adalah suatu pendekatan yang menggunakan konsep islami. 

Pendekatan berdasarkan sudut pandang budaya (Emic Persfective) dan berdasarkan pendekatan keilmuan (Etic Persfective) keduanya benar dan keduanya harus berjalan beriringan bergandengan bersama, inilah yang dimaksud oleh suku Gayo dalam Peri Mestike mereka (falsafah hidup) mereka dengan sebutan “Eddet orum Ukum lagu zet orum sipet” yakni ‘adat dengan hokum (Agama) tidak dapat saling terpisahkan keterkaitannya bak hubungan zat dengan sipat’, kesimpulannya satu sama lainya tidak terpisahkan harus berjalan beriringan tidak satu pun dapat ditinggalkan, jika tertinggal maka hasilnya akan cacat dan kurang. 

Tidak akan berimbang jika hanya diterapkan dengan satu pendekatan saja dalam dunia pendidikan, yakni antara premis subjektivitas atau objektivitas saja. Kedua pendekatan ini sangat penting diterapkan di dalam pendidikan apabila kita ingin pendidikan kita berkualitas moral yang berakhlak mulia, karena jika ditilik berdasarkan hasil penelitian para sarjana-sarjana di bidang sosial dan kebahasaan bahwa Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya. Etic menjelaskan universalitas sebuah konsep kehidupan sedangkan Emic menjelaskan keunikan dari sebuah konsep pada satu budaya (Matsumoto, 19996).

Sebaliknya, sebuah perilaku atau nilai yang ada hanya ditemukan pada satu budaya dan benar hanya pada budaya tersebut, dalam studi psikologi lintas budaya tersebut saja. Contohnya adalah ritual penyerahan murid ku tengku guru dengan penyerahan Pulut kuning yang berlapiskan kelapa, jarum yang ditusukan ke induknya kunyit, alat pesejuk atau penawaran yang berasal dari jenis tumbuhan rerumputan dam sebilah rotan kecil, ini adalah satu perilaku Emic yang khas dan benar hanya pada adat dan budaya Gayo saja. Contoh lain adalah masalah pernikahan (sinte mungerje), mengukuhkan pemangku adat, memandikan raja, ataupun ritual-ritual lainnya. 

Tidak heran lagi pada dasarnya setiap budaya memiliki pandangan masing-masing dan hal ini dapat dilihat dari peristiwa pelaksanaan norma adat dan ritual yang berbeda-beda. Ini adalah contoh Emic bagaimana setiap budaya memiliki kekhasan, sesuatu yang unik yang hanya ada budaya tersebut tentunya perbedaan ini dapat disatukan dengan cara universal etik, sehingga ketemulah teknis dan cara juga metode pelaksanaan di lapangan dengan efektif.


Temanggung, Hariantemanggung.com - RA Masyitoh dan MI Ma'Arif Malebo menggelar Akhirussanah atau pelepasan siswa pada Rabu (12/6/2024). Terdapat 18 Siswa Madrasah dan 16 Siswa Kelompok B dinyatakan lulus. Para orang tua terlihat bangga dan bahagia menyaksikan anak-anak mereka yang telah menyelesaikan Pendidikan di RA Masyitoh dan MI Ma'Arif Malebo. Pelukan dan deru tangis air mata orangtua, tak terbendung melihat capaian sang buah hatinya. 

Dalam kesempatan itu, hadir komite, pengawas Kecamatan Kandangan, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU, perangkat desa dan wali siswa dalam acara diselenggarakan di Halaman Madrasah itu.

Dalam sambutannya, Kiai Al Huda selaku Komite mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi kepala dan guru MI Ma'Arif dan RA Masyitoh Malebo yang telah menghantarkan siswa sampai lulus. Pihaknya juga mengungkapkan rasa syukurnya atas peningkatan jumlah siswa setiap tahun ajaran baru. “Peningkatan ini menunjukkan kepercayaan Masyarakat Malebo untuk menitipkan anak mereka di MI Ma'Arif dan RA Masyitoh Malebo. Kepercayaan ini merupakan amanah yang harus dijaga oleh para pengajar dan kepala lembaga,” ungkapnya.

Selanjutnya Ibu Musrinah, M.Pd.I, Pengawas Kecamatan Kandangan turut mengapresiasi kepada kepala Lembaga dan mengucapkan selamat kepada siswa kelompok B dan kelas VI. “Kami mengucapkan terimakasih atas kinerja kelembagaan yang telah berhasil memuluskan siswanya. Tugas belajar tidak sampai disini dengan jalan panjang, menggapai cita-cita. Orang Tua perlu mendukung, memfasilitasi serta mendoakan agar memudahkan jalan kesuksesan anak.” Paparnya. 

Pihaknya berharap siswa mau melanjutkan study dan tetap belajar di naungan Madrasah. “Siapa lagi yang akan menjaga lembaga jika bukan kita. Insyaallah tidak akan salah pilih, karena madrasah memiliki keunggulan yaitu antara materi umum dan pelajaran agama. Keberkahan pembelajaran agama yang akan mengangkat derajat keilmuan siswa dan orang tua.” Ungkapnya 

Kegiatan tersebut juga memberikan kesempatan pada siswa dalam menampilkan gelar kreativitas siswa RA dan MI. Terdapat beberapa yang dipentaskan siswa diantaranya paduan suara, pagar nusa, kubro siswa, hafalan hadist dan surat pendek. Para siswa tampil memukau dan menghibur para tamu yang hadir dalam kegiatan tersebut. Tak heran juga banyak UMKM sekitar yang hadir meramaikan kegiatan tersebut. 

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU, Andrian Gandi W, diberikan kesempatan dalam kegiatan tersebut untuk memberikan kuliah umum. Hal ini sebagai bentuk kerjasama antara INISNU dan MI Ma’arif Malebo. 

Pihaknya menyampaikan tantangan zaman yang semakin kompleks,  dinamis menggugah peran lembaga pendidikan dasar, “Proses pengembangan lembaga pendidikan dasar membutuhkan kolaborasi yang erat antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat secara menyeluruh, serta membutuhkan kerja keras dan kebijaksanaan dalam merencanakan masa depan bangsa. Diperlukan pula keterampilan khusus dalam menyelesaikan masalah, sehingga bisa menghasilkan ide-ide baru, dan menciptakan solusi yang inovatif. Hal ini sebagai modal awal bagi Lembaga untuk meningkatkan kualitas perlu keterlibatan penuh semua komponen ini.” Papar pengurus GP Ansor Mangunrejo itu.

Selain itu, dia menekankan parameter kualitas Pendidikan “Pendidikan berkualitas tidak terbatas/sekadar pada hasil akademis semata, tetapi juga memiliki dimensi lebih luas, termasuk pembentukan karakter, ruang/kesempatan bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Artinya bahwa lembaga pendidikan tidak hanya sekadar bertujuan meningkatkan kapasitas intelektual siswa saja, tetapi juga membentuk karakter baik, keterampilan relevan dengan kebutuhan, memiliki kepribadian kuat dan positif sehingga menjadi individu yang berbudaya dan bermanfaat atau maslahat bagi sekitarnya.” Pungkas Dosen PGMI itu.

Para peserta juga sangat aktif dalam kegiatan tersebut, mereka mengajukan pertanyaan, mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan Bersama narasumber. Kegiatan diakhiri dengan doa bersama yang di pimpin oleh Kiai Murtadho. (htm/taf)


Temanggung, Hariantemanggung.com - Dalam rangka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatal lil ‘Alamiin (P5RA), pada hari Senin, (10/06/2024), MA Darul Muttaqien mengadakan P5RA bertema “Bangunlah Jiwa Raganya”. Sebanyak 318 peserta didik terdiri dari kelas X dan XI Madrasah Aliyah Darul Muttaqien mengikuti kegiatan tersebut, diawali dengan pembukaan oleh kepala Madrasah dan juga dilanjutkan dengan kegiatan “outbound” di halaman madrasah.

Kegiatan (P5RA) dilakukan dengan mengandeng beberapa personil dari koramil 11/Tembarak. Peserta didik melakukan berbagai kegiatan yang dikoordinir langsung oleh bapak koramil. Sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk, peserta didik mengikuti kegiatan outbound berupa, baris-berbaris, permainan tebak kata tanpa alat, jongkok bola, loncat kayu.

Dalam sambutannya Sunarti S.Pd.M.M.Pd selaku kepala sekolah mengatakan “Pada era sekarang, anak-anak harus lebih siap menghadapi tantangan zaman. Program Kurikulum Merdeka yang kita terapkan bertujuan untuk memupuk jiwa dan raga yang kuat pada diri siswa." Ujarnya

Bapak Dwiyono, selaku perwakilan Koramil Tembarak, menyatakan, "Proyek penguatan Pancasila yang akan disampaikan nanti bertujuan untuk memupuk lahir dan batin melalui kegiatan madrasah. Jika lahir dan batin dipupuk bersama, maka akan menjadikan negara kita maju. Jika penerus bangsa unggul lahiriah dan batiniahnya, forum seperti ini akan digunakan untuk memupuk berbagai sikap manusia menjadi kompak dengan visi dan misi yang sama." Ucap Dwiyono

Dengan terselenggaranya kegiatan P5RA tersebut diharapkan peserta didik memiliki mental yang kuat, disiplin bertanggung jawab, gotong royong sesuai dengan tujuan dari P5RA. Dalam setiap tahapannya, peserta didik diharuskan untuk menunjukkan kekompakkan dan kreativitas. (htm/taf)