Oleh Mar’atussolichah

Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung


Pendidikan moral merupakan suatu program pendidikan yang mengorganisasikan moralitas anak yang didasarkan pada psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan moral disebut juga sebagai pendidikan nilai yang meliputi nilai-nilai dominan afektif, yakni perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran. Pendidikan moral juga diartikan sebagai kesadaran untuk membentuk peserta didik melaui ilmu pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap, dan nilai yang memberikan kontribusi kehidupan individu dan sosial. Pendidikan moral juga dapat membentuk peserta didik memiliki kesadaran, pemahaman, kepedulian, serta komitmen untuk menerapkan kebijakan dalam kehidupan.

Namun di masa saat ini, kondisi menghawatirkan terjadi pada moralitas anak buah dari degredasi moral anak dalam kehididupan. Degredasi moral tersebut disebabkan dari berbagai macam pengaruh, diantaranya pengaruh dari keluarga, teman, masyarakat, lingkungan sekolah, ataupun pengaruh gadget yang semakin mengkikis karakter anak bangsa. Selain itu efek dari pandemi berdampak besar bagi moral anak, khususnya peserta didik MI Ma’arif Tejosari. 

Sekolah daring menyebabkan peserta didik bebas dan leluasa bergerak tanpa adanya suatu aturan. Misalnya ketika diberikan tugas melaui whatsapp, peserta didik cenderung mengabaikan tugasnya dan beralih pada game-game atau aplikasi yang membuat boros kuota. Dari karakter game yang ditampilkan, secara tidak langsung membuat karakter dan sudut pandang anak menjadi terkontaminasi dan cenderung meniru perilaku yang terdapat dalam game. Selain itu anak tak segan untuk berbohong pada orang tua untuk membelikan kuota dengan alibi untuk mengerjakan tugas, padahal nyatanya kuota tersebut digunakan tidak sebgaimana mestinya.

Kurang tertanamnya nilai-nilai keagamaan dalam individu juga menjadi pengaruh dari krisis yang terjadi. Hal tersebut dikarenakan individu yang kurang percaya akan adanya Allah yang Maha Esa sehingga setiap individu merasa bebas melaukan suatu hal bahkan tidak tau baik buruknya. Kemudian pengaruh lingkungan yang kurang sehat menjadi pengaruh besar bagi terbentuknya moral seseorang. Apabila kehidupan lingkungannya baik maka akan terbentuk moral yang baik pula, apabila kehidupan lingkungannya tidak baik maka, moral yang terbentuk tidak baik pula.

Selain itu banyaknya tulisan, tontonan, kesenian, dan gambar-gambar yang tidak mendidik dan mengindahkan tuntunan moral juga memperngaruhi moralitas anak dikarenakan anak akan meniru apa yang ia lihat, baca, juga dengarkan. Kurangnya bimbinganan untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang membawanya dalam pembinaan moral, serta tidak adanya wadah untuk mengembangkan kreatifitas dan bakat anak.

Dengan begitu, perlu adanya peranan orang tua dalam membentuk keperibadian yang santun dan beretika. Adapun peran orang tua dalam mewujudkan keperibadian anak antara lain: 1) Kedua orang tua harus menunjukkan kasihsayangnya terhadap ana, menvintai sepenuh hati dan tau akan ha-hak dari seorang anak. 2) Orang tua harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, hal tersebut dapat menciptakan rasa aman dan tenang bagi anak, sehingga ana merasa terlindungi. 3) Mengajarkan keyakinan dan hukum-hukum yang berlaku sesuai agama yang dianutnya serta nilai-nilai positif yang ada dilingkungan rumanya. Dengan begitu secara tidak langsung orang tua merupakan teladan bagi anaknya dalam bertindak dan bersosialisasi.

Peran orang tua atau keluarga mempunyai anadil besar dalam membentuk moralitas anak yang beretika, untuk itu selain melaukan peranan-peranan di atas, perlu adanya pembiasaan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: membiasakan anak bertindak disiplian atas dirinya sendiri mulai dari bangun pagi sampai tidur kembali, melibatkan anak dalam pekerjaan ringan di lingkungan rumah, membiasakan anak menjaga dan memelihara barang-barang yang dimilikinya, membiasakan melaksanakan ibadah berjamaah ataupun sendiri secara tepat waktu, membiasakan memerintah dengan kata yang santun dan lebih kepada konotasi ajakan, dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua atau keluarga harus melakukan kerja sama antara guru atau lembaga pendidikan dalam membentuk moral anak-anak bangsa. 

Lembaga pendidikan tidak hanya mencetak peserta didik agar pandai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, namun lembaga pendidikan berperan penting dalam pembentukan jati diri, karakter, dan keperibadian peserta didik.

Dalam pengembangan moral ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya: pendidikan atau pengembangan tersebut berfokus pada perkembangan anak, kebutuhan anak, belajar sambil bermain, lingkungan yang nyaman, dan pembelajaran terpadu. Dalam hal ini orang tua dan guru berperan penting dalam membentuk dan mengembangkan moral peserta didik.

Selain kerja sama antara keluarga dan lemabga pendidikan, dalam pembentukan moral anak juga dipengaruhi oleh peranan dari masyrakat sekitar. Masyarakat dapat memberikan contoh positif dalam berperiku, bertindak, dan bersosiaisasi. Situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya memiliki pengaruh terhadap pembentukan sikap dan cara pandang masyarakat. Dengan begitu lingkungan masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dalam pembentukan karakter.

Dengan ketiga peranan elemen yang dapat membentuk moralitas anak, peneliti menyimpulkan bahwa ketika elemen tersebut dapat bersinergi dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan moral sendiri, diantaranya: a) Guru melakukan pertemuan rutinan, baik itu sebelum atau setelah tahun ajaran baru dan membahas mengenai pentingnya kesadaran menumbuh kembangkan karakter anak. b) Orangtua dan guru perlu memahami bahwa karakter anak terbentuk melalui pembiasaan aktivitas sehari-harinya, untuk itu berikan teladan yang baik kepada mereka. c) Untuk memperkuat pemahaman orang tua, guru menjelaskan pengaruh kuat orang tua dalam menumbuhkan karakter anak. d) Orang tua perlu dilibatkan dalam urusan-urusan non formal sekolah, guna melihat tumbuh kembang karakter anak. e) Guru perlu mengomunikasikan kebijakan-kebijakan sekolah kepada orang tua dengan tujuan guru dan orang tua dapat bertukar pikiran dalam kebijakan tersebut sebagai tolak ukur perkembangan karakter anak. f) Orang tua perlu memahami dan mendukung kebijakan sekolah dalam pengembangan karakter peserta didik. g) Guru dapat membantu orang tua untuk mengurangi efek negatif dari gadget, tv, film, video game, dan media lain pada pertumbuhan moral ana-anak. Sekolah menyelenggarakan pusat sumber daya keluarga berupa bimbingan konseling.

Pendidikan moral yang dilakukan melalui kerja sama keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat merupakan langkah awal pembentukan karakter pada masa perkembangan berikutnya. Di sisi lain pendidikan moral anak menjadi salah satu tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melihat urgensinya mengenai pendidikan moral bagi peserta didik yang nantinya sebagai generasi penerus bangsa, maka pendidikan moral harus digalakkan dan ditekankan agar berdampak positif pada pribadi peserta didik kedepannya.

Adapun dampak yang diharapkan melaui pendidikan moral dengan pendekatan kerja sama antara pihak keluara, lembaga pendidikan dan masyarakat adalah untuk membentuk pribadi peserta didik sebagai individu yang beragama, memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama, dan berperilaku sesuai nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.

Melalui pembiasaan dan contoh positif dari guru, orang tua, dan lembaga pendidikan mengenai pendidikan moral, peneliti melihat perkembangan moralitas peserta didik selama sepuluh hari terakhir. Walaupun belum semua menunjukkan perkembangan moralnya, namun terdapat satu kelas yang cukup signifikan perkembangannya, contohnya ketika berjalan di depan guru peserta didik akan spontan menyalami dan mengucapkan sapaan yang baik. Selain itu, ketika peserta didik bertanya mengenai suatu materi mata pelajaran yang belum dipahaminya, akan bertanya menggunakan bahasa dan etika yang baik dan benar pula.




Bagikan :

Tambahkan Komentar