Oleh : Rifda Malicha

Mahasiswa PGMI INISNU Temanggung

Diantara kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah pesantren? Ya, pesantren adalah lembaga pendidikan yang lebih menjurus ke ilmu agama. Menurut KH Abdurrahman Wahid, beliau mendefinisikan pesantren merupakan tempat santri tinggal dan mengaji. Jadi, dari definisi tersebut dapat dijabarkan bahwa pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan islami yang dimana santrinya tinggal di tempat tersebut dan belajar di bawah bimbingan guru yang sering disebut kyai atau ustadz.

Walaupun pesantren merupakan lembaga pendidikan, tetapi berbeda dengan sistem pendidikan di sekolah pada umumnya. Lalu, apa saja yang membedakan pesantren dengan pendidikan umum?

Yang pertama, kurikulumnya berbeda. Dilihat dari materi yang dikaji di pesantren biasanya berasal dari kitab-kitab kuno. Kitab kuno ini biasanya disebut dengan kitab kuning. Hal ini yang menjadikan ciri khas tersendiri dari pendidikan di pesantren. Selain itu, metode mengajarnya juga sangat berbeda dengan pendidikan di sekolah umum. Biasanya santri menyebut dengan istilah ngaji sorogan dan bandongan.

Apa itu sorogan dan bandongan? Sorogan merupakan metode pembelajaran dimana santri menyetorkan materi yang ingin dipelajarinya sehingga mendapatkan bimbingan secara individual atau secara khusus dari ustadz atau kyainya. Metode sorogan ini masih diterapkan di pesantren hingga kini, terutama di pondok pesantren salaf. Dengan menggunakan metode sorogan ini, setiap santri akan mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dengan kyai tertentu yang ahli dalam mengkaji kitab kuning. Karena metode ini sangat efektif untuk dapat mendorong peningkatan kualitas santri itu sendiri.

Selain itu ada lagi metode bandongan. Metode bandongan atau bandungan yang menurut bahasa berasal dari bahasa sunda yang artinya menyimak. Dengan metode ini, para santri akan menyimak apa yang dikatakan oleh kyai. Biasanya metode ini juga dibarengi dengan istilah ngapsahi atau ngesahi yang di bahasa Jawa berarti menerjemahkan. Sama halnya dengan metode ceramah yang dilakukan guru di kelas. Hanya saja, kyai membaca dan menerjemahkan kitab kemudian santrinya menuliskan artinya di kitab gundulan. Kitab gundulan bisa juga dikatakan sebagai kitab yang belum memiliki arti terjemah.

Pada intinya, metode sorogan atau bandongan sama-sama memiliki ciri tersendiri dalam pengajaran ilmu agama terutama di pesantren. Namun, kedua metode tersebut dianggap kurang efektif untuk dapat mengembangkan nalar kritis kepada santri karena sedikitnya kesempatan bagi santri untuk dapat mengkritisi dan menanyakan kebenaran dari materi yang dipelajarinya. Disisi lain, juga sebagai bentuk ketawadhu’an santri kepada kyai yang hanya bisa mengikuti apa yang diperintahkan dan diajarkan oleh kyainya.

Yang kedua, kegiatan belajar di pesantren lebih padat dibandingkan dengan sekolah umum. Kebanyakan sekolah umum melakukan pembelajaran hanya dari waktu pagi hingga siang. Paling lama sampai sore. Tetapi di pesantren, santri melakukan pembelajaran sesuai dengan jadwal waktu solat. Kebanyakan pesantren membuat jadwal mengaji setelah waktu jamaah solat yaitu sehari semalam. Hal ini karena santri juga tinggal di pesantren yang pastinya dekat dengan kelas mereka mengaji. Kegiatan ini diharapkan sebagai bentuk prihatin santri agar diwaktu yang akan datang santri tidak dengan mudah menyia-nyiakan waktu.

Yang ketiga, santri ditanamkan pendidikan akhlak yang lebih mendalam. Santri di pesantren diajarkan akhlak sesuai dengan akidah islam. Yang kemudian penanaman akhlak tersebut dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Di pesantren juga sangat mudah untuk mengawasi santri dalam berperilaku akhlak yang baik. Hal ini membuat santri dapat terbiasa melakukan hal-hal baik tersebut.

Yang keempat, santri tinggal di pesantren atau asrama dan hidup mandiri. Karena jauh dari orangtua, hal ini yang menjadikan santri untuk dapat berlatih mandiri. Hidup di pesantren dapat mengajarkan santri untuk hidup mandiri dan disiplin. Biasanya di rumah apa-apa disiapkan orang tua, berbeda halnya dengan hidup dipesantren yang apa-apa serba mandiri. Hal ini yang menjadikan orang tua sangat bangga memasukkan anaknya ke pesantren.

Itulah yang menjadi perbedaan sistem pendidikan di sekolah umum dengan pendidikan di pesantren. Memang di sekolah umum juga mengajarkan pendidikan agama, tetapi di pesantren pendidikan akhlak dan agamanya lebih banyak dipelajari sehingga membuat orangtua lebih menginginkan jika anaknya masuk pesantren. Dengan harapan agar kelak dikemudian hari dapat menjadi anak yang solih dan solihah dan dapat berbakti kepada orang tua. Jadi, apakah kalian siap masuk pesantren?


Bagikan :

Tambahkan Komentar