Oleh : Mar’atussolichah

Mahasiswa PGMI Institut Islam Nahdatul Ulama (INISNU) Temanggung


Industri pariwisata menjadi sektor yang paling terpuruk dari adanya pandemic covid-19. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang terkadang memberatkan masyarakat menyebabkan pelaku pariwisata harus menggantung asa menghadapi situasi tersebut.

Angka pengunjung yang menurun drastis serta kebijakan pemutusan hubungan kerja menjadi pilihan yang pahit bagi pengusaha pariwisata. Tidak hanya itu, pemandu wisata, biro perjalanan, para pengrajin kecil, dan pelaku seni yang mendukung sektor pariwisata juga terkena imbasnya akibat terpuruknya sektor pariwisata. Bahkan, tidak sedikit para pelau usaha yang mengibarkan bendera putih sebagai tanda tidak mampunya bangkit dan berjuang lagi menghadapi keadaan yang amat sulit ini.

Menteri pariwisata dan ekonomi kreatif (Menparekraf), Sndiaga Uno menyatakan keperihatinannya terhadap keadaa pariwisata tanah air. Beliau juga menyatakan bahwa desa wisata mampu menjadi lokomotif perekonomian bagi pariwisata Indonesia. Harapan tersebut didasari atas berbagai pandangan yang berpendapat bahwa mengembangkan desa wisata menjadikan garda terdepan dalam pengembangan pariwisata di Indonesia.

Faktor Pembangun Desa Wisata

Seiring dengan tanda covid-19 yang mulai mereda, semakin terlihat pula potensi desa wisata untuk dilirik dan dikunjungi oleh wisatawan. Hal tersebut disebabkan karena pengunjung desa wisata tidak terlalu ramai dipadati pengunjung lain.

Desa wisata juga merupakan destinasi dengan resiko penularan covid yang kecil, karena memiliki area yang luas, lingkungan yang bersih dan hijau, serta udara yang masuh sejuk dan terjaga keasriannya. Selain kondisi alamnya yang memang suda mampu menjadi daya Tarik wisatawan, kejenuhan pada objek wisata yang sering dikunjungi serta menjdai faktor kerumunan, maka wisatawan akan lebih memilih objek wisata baru untuk dikunjungi. Karena hal tersebut, kini saatnya desa wisata berbenah diri dan pengelola wisata tetap perlu menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Akses transportasi menuju desa wisata hendaknya juga harus mudah didatangi dan dilewati. Karena selain potensi wisata yang menjadi daya tariknya, akses jalan juga harus diperhatikan dalam memudakan pengunjung mengunjungi wisata tersebut.

Selain akses transportasinya yang harus diperhatikan, amenitas atau penginapan juga menjadi faktor penting dalam membangkitkan desa wisata. Maka perlu diadakannya atau disediakan homestay yang dikelola oleh masyarakat atau pengelola wisata desa. Warung dan tempat makan juga harus memenuhi standar higenis, serta keberadaan kios-kios cenderamata diperlukan untuk menambah kenangan bai pengunjung yang datang. Hal tersebut sesuai denan salah satu sapta pesona wisata yang ada.

Organisasi Terpadu

Penguatan dalam organisai juga sangat diperlukan guna mengembangan desa wisata. Contohnya penguatan dalam kinerja karang tarunanya dan menggandeng beberapa organisasi kelembagaan, misalnya BUMdes, PKK, maupun kelompok-kelompok sadar wisata untuk turut mendorong dan menguatkan dalam pengembangan desa wisata.

Jangan lupakan juga promosi desa wisata melalui E-digital, dengan menggandeng para kaum milenial untuk mengenalkan desa wisata ke masyarakat luas melalui platform media sosial maka tida mungki  desa wisata akan segera dikenal dan banyak pula pengunjung yang penasaran dan datang mengunjungi desa wisata tersebut.

Walaupun pandemic covid-19 belum seuutuhnya berakhir, pelau wisata harus tetap menanamkan sikap optimisme dalam membuat industri pariwisata bangkit dan menyala kembali. Oleh karena itu, diperlukan strategi dalam membangkitkan ekonomi dan membangkitkan tumpuan asa yang sempat layu, melaui tumpuan asa di desa wisata.



Bagikan :

Tambahkan Komentar