Oleh Mohsan Fauzi dan Husna nashihin
Sebagaimana kita semua ketahui bersama,bahwa
negara – negara di dunia kini sedang di hadapkan sebuah makhluk kecil yang tak tampak
kasat mata apabikla kita ingin melihatnya harus menggunakan microskop yang ukurannya
harus berkali kali,agar bisa terlihat dan ini tantangan terbesar penanganan
wabah virus corono yang secara resmi di identifikasi oleh WHO sebagai Corona
Virus Desease-19 atau disingkat covid-19.Ujar Nurchalis, Ketua Ikatan Saudagar Muslim
Indonesia.
( ISMI ) Aceh,Wasekjen DPP Persatuan
Sarjana Pertanian Indonesia ( PIPSI ) kita bisa melihat hanya dalam beberapa
bulan saja sejak kemunculannya pada januari lalu pandemi Covid-19 ia berkembang
pesat dan dia (Covid-19) telah menimbulkan dampak yang sangat serius hampir
seluruh aspek kehidupan manusia di muka bumi.Terutama di sektor ekonomi, meskipun
jika kita mau objektif panademi ini juga telah memberi dampak positif terhadap
perbaikan kondisi ekologis bumi dengan skala dan luasan yang tidak main main,
seperti : global, wosrlwide, seluruh negara di dunia merasakannya.
Dampak terbesarnya adalah menggagu
proses produksi,distribusi,dan konsumsi akibat tingkat dan skema penularan
virus yang menyerang aspek paling
fundamental dari seluruh aktivitas kita,yaitu interaksi fisik antar manusia
hingga memaksa kita menerapkan kebijakan social/phycal distancing. Sebagai
instrumen utama penggerak aktivitas ekonomi,tentu ini akan sangat berdampak. Meskipun ekonomi kita sudah mukai bergerak ke arah
digital, namun trend tidak cukup kuat untuk menjadi alternatif solusi atas
dampak masif dan luar biasa pandemu Covid-19 ini.
Pengusaha pengusaha saat ini mulai
kelimpungan baik yang skala besar maupun menengah. Proses keluar masuknya ekonomi
kini menjadi macet. Banyak perusahaan menutup usaha dan pabrikny akubat
tansaksi perdagangan mengalami penurunan akibat kurangnya pembeli serta
terbatasnya ekspor sehingga mengalami penurunan omset. Kemudian pemberhentian
hak kerja ( PHK) terjadi dimana mana,baik buruh pabrik,karyawan hotel,usaha
angkutan,tranportasi, tempat tempat parawisata, dan banyak sektor jasa lainnya.
Dan dengan adanya pembatasan pembatasan inilah
masyarakat pada prihatin,karena tanpa
adanya pembatasan” dan kurangnya pembeli masyarakat dapat menghasilkan omset
yang maksimal bahkan tinggi agar bisa mencupi kebutuhan rumah tangga dan untuk
menyekolahkan anak didiknya.Dan mirisnya lagi dengan masyarakat kecil pelaku mikro,sektor
riiil, hingga petani,pedagang,nelayan, dan buruh yang mana mereka hanya bisa
mengandalkan pendapatan sehari hari dari situ bahkan mengalami dampak yang
lebih parah hingga mereka merasakan kondisi rentang pangan dan ancaman
kelaparan.
Sampai sejauh ini kita belum bisa
memastikan kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir,yang jelas kondisi ini akan
mengakibatkan aktifitas ekonomi khususnya perdagangan baik di tingkat
lokal,regional,dan internasional akan mengalami ketidakpastian,bahkan sampai pada
ancaman berhenti total.namun apabila memang virus covid-19 ini sudah musnah
tetep saja sistem ekonomi masih anjlok di bawah rata rata,karena bayaknya hutang
dimana mana hingga turun 0,4 persen.Di negara kita meski kita memiliki
sumberdaya alam yang berlimpah,namun kekayaan alam tersebut kita belum mampu
untuk mengelola kekayaan alam dengan maksimal malah di serahkan ke negara
negara lain untuk meproduksinya
Padahal kita itu punya segalanya tpi
kenapa tidak di optimalkan,inilah Indonesia. Diperparahkan oleh pandemi
Covid-19,maka jelas target pertumbuhan ekonomi kita akan tidak stabil dan tidak
tercapai.
Dalam skup lokal kita bisa lihat di
Aceh, kita tahu pondasi ekonomi Aceh sangat tergantung pada sumber daya alam
dari sektor agri dan perikanan, namun sayangnya minimnya nilai tambah karena
tidak tumbuhnya industri. Dalam sektor lain yang sebenernya sangat potensial
digarap,namun masih dalam tahapan konsolidasi dan sekarang macet karena pandemi
Covid-19,adalah sektor pariwisata.
Dengan kondisi ini ekonomi Aceh sangat
terpengaruh dinamika pasar di luar Aceh atau suplay chain yang dalam kondisi
normal tidak terlalu bermasalah,selain hanya ketimpangan dalam neraca
perdagangan Aceh,namun dalam kondisi pandemi Covid-19 dapat di pastikan akan
membuat ekonomi di Aceh mengalami guncangan yanga cukup kuat.
Produksi agro Aceh seperti CPO,nilai,
paa dan lain lainnya, juga dalam perikanan sampai saat ini masih stabil atau
dampaknya belum tampak signifikan. Namun kopi yang merupakan komoditas unggulan
dan perikanan darat mengalami dampak serius. Denga. Berlakunya sosial distancing
konon lagi jika sampai di lockdown, PSBB,atau sejenisnya dengan pangsa pasar
luar negri, kopi gayo tak terjual,pemasaran menjadi macet hingga terjadi
penumpukan stock kopi yang cukup besar, mencapai 70 persen dari total produksi.
Sepertii hal yang ada di sekitar
saya,dengan adanya Covid-19 ini,semua masyarakat berkelu kesah karena apabila pemerintah
memang ingin mengadakan pembatasan penumpang atau mengadakan PSBB atau bahkan
sampai mengadakan lockdown di seluruh wilayah hal ini sangat membuat masyrakat
tidak mendapakan omset yang sepadan,walaupun dengan adanya lockdown lebih baik
tetapi apa wajar jika mereka tidak bisa hidup dengan tidak makan minum,apalagi ada
lockdown yang mana orang dalam tak bisa keluar, dan orang luar tak biasa
kedalam ini merupakan penghambatan untuk mencari nafkah keluarga mereka.
Sebagaimana pemerintah bilang katanya ingin
membagikan subsidi ke masyarakat dan mengratiskan listrik tpiii cman di bibir
saja tak berkutik sama sekali,klau memang jikaa ingin membagikan ke masyarakat
seharusnya sama rataa doong,,,kasihan dongg orang yang hanya di php in kasian
doong orang yang penghasilan nya minim apalagi miskin,,, maka harus adill yaaak,,,kasihan
orang miskin tahu...
Allah berfirman yang artinya :
“wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah,walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap kedua
orang tua dan kaum karabatmy. Jika dia ( yang berdakwah) kaya ataupun miskin,maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (untuk kebaikannh). Dan jika kamu memutarbaikkan (kata-kata) atau enggan untuk menjadi saksi, maka keteahuilah
bahwa Allah Mahateliti terhadap segala sesuatu
yang kamu kerjakan ( Q.S An-Nisa : 135 ).
Dari sinilah kita tahu bahwa sesama
makhkuq itu harus adiil agar tidak ada perselisihan diantara mereka sehingga mereka
membuat onar di wilayahnya,, karena pemimpinlah yang jadi saksi di akhirat
nanti jikalau memang tidak ada keadilan di tengah tengah masyarakat.
-Penulis adalah akademisi Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Yogyakarta.
Tambahkan Komentar