Oleh : Lia Pusparini
Mahasiswa Prodi PGMI STAINU Temanggung

Biodata buku:
Judul buku       : Pengantar Filsafat Nilai
Nama Penulis  : Risieri Frondizi
Nama Editor    : Kamdani
Penerbit          : PUSTAKA PELAJAR
ISBN                 : 979-9483-13-1
Tebal               : 206 hlm.

Minat untuk mempelajari keindahan belum menghilang sama sekali. Keindahan sebagaimana yang nampak dewasa ini sebagai salah satu perwujudan dari cara pandang yang khas terhadap dunia, sebuad cara yang disebut nilai. Penemuan ini merupakan salah satu penemuan yang terpenting dalam filsafat dewasa ini, dan cara mendasar yang mengandung arti pembedaan antara ada (being) dengan nilai (value).baik pada zaman kuno maupun pada zaman modern, orang, tanpa menyadarinya, menempatkan nilai dibawah ada dan mengukur keduanya dengan tolok ukur yang sama.

Kita telah menunjukkan tiga sektor besar realitas yaitu benda, esensi, dan keadaan psikologis. Mula-mula usaha dilakukan untuk memproduksi nilai dengan kondisi psikologis. Kata sebagian orang nilai sama dengan sesuatu yang menyenangkan kita, kelompok lain menambahkan bahwa nilai identik dengan apa yang diinginkan, sedangkan kelompok tiga berpendapat bahwa nilai merupakan sasaran perhatian kita. Kenikmatan, keinginan, perhatian merupakan suasana kejiwaan.

Nilai sebagai kualitas yang tidak riel yang dicontohkan dengan keindahan dari sebuah lukisan, sekalipun demikian, jika kita mengamati sebuah lukisan, kita akan melihat bahwa kualitas penilaian berbeda dengan kualitas yang laik. Kualitas seperti itu merupakan bagian dari eksistensi objek yang memberikan keberadaan pada objek namun nilai tidak lah memberi atau menambah eksistensi.
Nilai adalah polaritas sedangkan benda itu ada sebagaimana adanya, nilai seolah-olah menampilkan dirinya dengan disingkapkan, dalam salah satu aspek positif dan dalam aspek negatif yang sesuai. Nilai tersusun secara hieraksi, yakni ada nilai yang tinggi dan ada nilai yang lebih rendah. Susunan hieraksi janganlah dikacaukan dengan klasifikasinya karena tidak mesti berarti urutan itu penting.
Nilai itu objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. 

Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersikap psikis atau fisis. Dalam menghadapi sebuah penalaran, subjektivisme berlindung pada pengalaman. Jika nilai itu objektif, ia menegaskan, para individu mesti sampai pada satu kesepakatan tentang nilai-nilai tersebut.

Menurut Jose Ortega y Gasset yang memperkrnalkan konsepsi aksiologis Scheler kepada bangsa yang berbicara dengan bahasa Spanyol, pada tahun 1923, menulis: pengalaman tentang nilai tidak tergantung pada pengalaman tentang benda. Selain itu, pengalaman tersebut memiliki jenis yang sangat berbeda. Objek, relitas, karena hakikatnya adalah buram bagi persepsi kita. Tak ada cara yang membuat kita dapat melihat sebutir apel dalam keseluruhannya: kita harus membaliknya, mengupasnya, membelahnya, dan kita tidak akan pernah memperoleh persepsinya secara utuh. Lebih baik itu, pengalaman kita tentangnya akan mendekati pasti, namun tidak akan sempurna. Sebaliknya, hal yang tidak riel-sebuah bilangan, sebuah segitiga, satu konsep, satu nilai-merupakan substansi yang trasparan. Kita melihat semuanya ini sekaligus dalam keseluruhan.

Nilai merupakan satu jenis objek, yang sama sekali tidak dapat dimasuki oleh rasio. Orang Yunani, seperti halnya rasionalisme modern, menurunkannya ketempat yang lebh rendah, atau berusaha untuk menggabungkannya denagnn entitas rasio. Mereka sesuai dengan loguqie du coeur I yang tidak memiliki kaitan dengan logika intelek, namun yang menetapkan hierarki dan hukum, yang sama tempatnya dengan jenis logika yang terakhir. Atau, dengan istilah yang khas Scheler, nilai menyatakan diri pada kita melalui persepsi sentimental, dalam preferensi, cinta dan benci.

Dalam hieraksi nilai sulit untuk menentukan kriteria mana yang harus dipakai. Karena hieraksi harus ditemukan dalam hakikat nlai itu sendiri, bahkan itu juga berlaku bagi nilai yang tidak kita ketahui. Kelebihan satu nilai atas nilai yang lain dipahami dengan menggunakan “preferensi”, yang merupakan kegiatan khusus kesadaran. Menyenangi bukanlah menilai, pertimbangan aksiologis didasar pada preferensi yang didahuluinya.   Hieraksi ditulis sebagai perbedaan antara nilai positif dan nilai negatif, terletak didalam esensi nilai dan tidak hanya berlaku bagi nilai yang diketahui. Hieraksi aksiologis, dapat dipahami dengan menggunakan tindakan khusus kesadaran, diketahui sebagai “preferensi”.

Kelebihan
Buku ini mempunyai banyak gambar yang menarik, penjelasan lebih terperinci dan jelas. Buku ini juga mampu memberikan informasi tentang sumber nilai dan bagaimana cara membedakan cara berfikir subjektif dan objektif dan bagaimana manusia dapat memperoleh dalam berbagai cara pandang yang tidak dapat dipisahkan dari estetika atau keindahan.

Kekurangan
Masih terdapat beberapa kata yang sulit dimengerti dan tidak terindeks pada bagian indeks. Cover dalam buku ini kurang menarik, serta buku ini kurang memberikan pemahaman bagi pembaca khususnya bagi pemula sehingga pesan yang mau diutarakan oleh pengarang tidak tersampaikan kepada pembaca.
Bagikan :

Tambahkan Komentar