Oleh: Iin Afrida
Guru Mts Darussalam Sumowono

Orang tua adalah ayah dan ibu yang diserahi amanah oleh Allah swt, untuk memimpin dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya sehingga memiliki akhlak yang baik atau terhindar dari dekadensi moral. Oleh karena itu orang tua sering disebut sebagai madrasah pertama bagi anak – anak mereka

Jikala anak dintanya ‘Siapakah guru pertama kamu dalam hidup, yang mengajar kamu dalam bersopan santun, yang mengajarkan kamu cara berkomunikasi, dan yang mengajarkan kamu bagaimana cara hidup sehat?” Maka semua anak akan menjawab serentak “Bapak dan ibu !!” Tentu saja para orang tua. Memang benar bahwa itulah bahagian dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan merawat pertumbuhan anak.

Kwajiban orang tua sebagai pendidik anak idealnya harus merencanakan dan menyusun kegiatan anak , sejak mereka berusia bayi hingga mereka berusia remaja bahkan dewasa. kedua orang tua disebut guru pertama bagi anak, karena segala sikap dan tingkah laku serta perbuatan bahkan ucapannya menjadi teladan. Untuk itulah kedua orang tua (ayah dan ibu) hendaknya menciptakan suasana yang penuh keakraban dan kasih sayang sebagai teladan dan percontohan bagi anak-anaknya, mengingat bahwa watak anak-anak tersebut cenderung meniru perbuatan orang lain terutama orang tuanya. Jadi   dengan sikap dan tingkah laku serta ucapan orang tua yang mempunyai nilai ibadah dan nilai pedagogik, maka ia disebut pendidik pertama

Apakah musti sarana yang serba mahal dan serba elektronik dan serba digital untuk menunjang karakter anak? Tentu saja tidak, karena setiap anak diciptakan oleh Tuhan dengan dibekali suatu potensi kekuatan pendorong alamiah yang dapat diarahkan ke arah yang baik atau ke arah yang buruk. Maka kewajiban kedua orang tualah memanfaatkan potensi dan kekuatan-kekuatan alamiah itu de­ngan menyalurkannya ke saluran yang baik, dengan mendidik anak-anak asuhannya sejak usia muda membiasakan diri dengan kelakuan dan adat-istiadat yang baik agar mereka bertumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi pergaulan hidup sekelilingnya. Namun tidak dipungkiri juga bahwa adanya sarana prasarana seperti permainan atau benda benda sederhana juga mampu merangsang kemanpuan intelektuak anak.

Tak kalah pentingnya juga waktu adalah faktor pertama dalam pendidikan. Disini bukan bearti yang dibutuhkan adalah waktu yang lama. Apa gunanya bermain dan belajar begitu lama kalau anak merasa bosan. Bagi orang tua yang punya karir padat, lebih baik melowongkan sedikit waktu untuk mlakukan kebersamaan yang menyenangkan bersama anak lewat bermain, bercakap, dan belajar bareng. Waktu yang dihabiskan orang tua bersama anak untuk mengobrol akan menguatkan ikatan antara orang tua dan anak.

Sebagaimana dikatakan bahwa orang tua adalah guru pertama anak, musti menjadi guru yang terhebat bagi mereka. Orang tua yang punya prinsip masa bodoh, akan berpotensi menghancurkan masa depan anaknya sendiri. Orang tua adalah juga psikolog terbaik bagi anak, karena dialah orang yang selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka akan melihat bakat dan minat anak sejak usia dini. Sebagian anak, misalnya, memperlihatkan bakat khusus pada musik dan seni saat usia dini. Namun bakat matematika dan bahasa bisaanya terlihat agak terlambat. Albert Einstein, sebagai contoh, yang dianggap sebagai anak bodoh karena perkembangannya terlambat saat di sekolah.

Hal hal yang harus diperhatikan dalam mendidik anak.
Pertama, dengarkan kemauan anak. Ketahuilah apa yang menjadi keinginan anak, apa  cita-citanya, apa mimpinya, dan apa langkah-langkah yang ingin  dijalankannya. Hal ini dapat diketahui dengan jalan menjadi pendengar yang baik baginya. Suara anak butuh didengar. Usahakan sebagai orang tua  memahami apa yang dipahami anak, jangan sampai orang tua merasa benar  sendiri dan tahu segala hal. Terkadang sifat yang memiliki lebih banyak pengetahuan dan pengalaman menjadikan anak merasa tidak nyaman, karena  anak berada pada proses perkembangan yang membutuhkan dorongan dan  semangat dari orang tua.

Kedua, dukung anak disetiap pilihannya. Ketika anak berani memilih jalan  hidupnya, maka dukunglah meskipun hal itu bertentangan dengan keinginan  orang tua. Perlahan-lahan orang tua dapat memberikan arahan yang lembut kepada anak sehingga anak dapat menerimanya dengan proses pendewasaan  diri, bukan hanya emosi semata. Hal ini juga dapat melatih tanggung  jawab seorang anak terhadap jalan hidup yang telah dipilihnya. Dukungan juga dapat meningkatkan kematangan anak dalam proses kehidupan.

ketiga, jadilah superhero mereka. Setiap anak memiliki tokoh idola yang dijadikan sebagai seorang pahlawan yang dapat memotivasi mereka. Sebagai tokoh panutan menuju karakter anak. Biasanya, seorang anak terlebih dahulu mengidolakan orang tuanya, sebagai seorang yang terdekat bagi  anak. Jangan sampai pengidolaan anak ini hilang dalam jiwanya, karena jika orang tua bukan lagi superhero pertama bagi anak sebelum adanya superhero yang lain, berarti orang tua belum bisa menjadi contoh teladan bagi anak.

Bagikan :

Tambahkan Komentar