Oleh Laila
Salma
Mahasantri merupakan persekutuan dari dua kata mahasiswa dan santri. Mahasiwa sendiri menurut KBBI adalah pelajar perguruaan tinggi serta dalam struktur pendidikan
Indonesiaa menduduki jenjang pendidikaan tertinggi daripada pendidikan yang lainnyaa. Mahasiswa
juga diartikan sebagai seorang cendekia atau
intelektual muda yang syarat dengan berbagai predikat dalam tatanan masyarakat.
Sedangkan ciri-ciri mahasiswa (Ulfah, 2010) yakni
memiliki kemaampuan atau kesempataan untuk belajar di perguruan tinggi sehingga
dapat digolongkan sebagi golongan intelegensia, kemudian dengan kesempatan yang
ia miliki mahasiswa kelak diharapkan untuk menjaadi seorang pemimpin yang mampu
serta terampil baik dalam dunia masyarakat maupun dunia kerja, dan ia
diharapkan pula menjadi daya penggerak bagi proses dinamis moderenisasi dan
dalam dunia kerja ia diharapka agar menjadi pekerja yang provesionaal dan
berkualitas.
Tak jaauh berbeda dengan santri, ia pun generasi
terdidik baik secara moral maupun intelektual hanya yang membedakaan antara santri
dan mahasiswa adaah tempat mereka belajar mahasiswa belajar di peerguruan
tinggi sedangkan santri belajar di pondok pesantren. Antara mahasiswa dan
santri sama-sama mempunyai 3 fugsi yakni sebagai social control, agent of
the change, dan iron stock .
Jadi mahasantri disini mempunyai tugas selain ia mejadi bagian intelektual
di perguruan tinggi ia juga mengemban amanah sebagaimana dikatakan oleh
direktur Pendidikan Diiyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI, Dr.KH. Ahmad Zayadi bahwa pesantren di Indonesia ini mejalankan 3
fungsi ya sekaligus yakni, fungsi pendidikan, fungsi dakwah dan fungsi
pemberdayaa masyarakat, dan fungsi dakwah itulah yang menjadi tambahan peran seorang mahasiswa yang
sekaligus seorang santri.
Namun dalam realitanya ia mempunyaitugas ganda yakni ketika ia di perguruan
tinggi ia harus tampil sebagaimana para mahasiswa lain yang kritis dan berani
mengadakan perlawanan, jauh dari budaya pesantren dimana ia harus takdzim dan
patuh pada seorang Kyai dan musyrif atau musyrifah. Ketika ia
berada di kampus pun harus mampu menunjukkan perlawanan terhadap sesuatu yang
tidak sesuai dengan akal, nalar dan hukum.
Komitmen Kebangsaan
Komitmen adalah sebuah pernyataan akan sebuah janji, yakni janji pada diri
kita sendiri atau oranglain yang tercermi dalam tindakan kita,. Komitmen juga
merupaka pengakuan seutuhnya dan sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal
dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang. Sebagai wujud komitmen warga
negara terhadap negaranya sendiri yakni mempertahankan NKRI. Di mana dewasa
ini, banyak pencuit mengatakan bahwa “ibu pertiwi sedang bersusah hati”.
Banyak kejadian mengerikan terjadi di negeri kita tercinta yang
dihawatirkan mampu memecah belah NKRI ini, dimana setelah terjadi pelecehan
terhadap mahasiswa Papua, yang berkembang menjadi isu politik bahwa Papua ingin
melepaskan diri dari Indonesia dengan meminta bantuan Sekutu, lalu kejadian
kerusuhan di Wamena yang menewaskan 33 orang yang dipelopori oleh KKB (Kelompok
Kriminal Bersenjata), lalu kebakaran hutan di Sumatera yang berimbas hambatan
dalam berbagai sektor di daerah Sumatera hingga luar negeri, lalu aneka
kekeliruan yang terjadi di bawah gedung DPR, hingga jatuhnya korban jiwa dalam
tempur melawan kebodohan para wakil rakyat.
Sungguh ironis negeri yang seharusnya sesuai
dengan semboyannya yakni“gemah ripah loh jinawi” yang bermakna tentram,
makmur, serta sangat subur tanahnya justru kini mulai berbalik. Ribuan hektare hutan
KARHUTLA terbakar yang akhirnya memusnahkan ekosistem didalamnya, kekacauan dan
kekisruhan terjadi di beberapa daerah, demo mahasiswa memanas di pusat-pusat
kota, para aparatur negara yang harusnya mengayomi jutru ikut memerangi
mahasiswa yang berdemo dengan menggunakan gas air mata, para wakil rakyat
justru sibuk mengurusi rumah tangga orang dana ayam milik tetangganya, tanah
Papua yang dijuluki tanah emas dengan sangat mudah dirampas oleh perusahaan
asing yang enggan untuk menyuburkan tanah yang telah ia ambil bagian emasnya.
Terkadang kita hanya terfokus oleh daerah-daerah yang dekat dengan pusat
peradaban (kota besar), dan kita lupa jika kita masih punya banyak harta di
negeri tercinta ini tanpa mampu untuk terhitung. Tuhan terlalu banyak
memberikan nikmat untuk negeri kita tercinta ini, hingga ternyata kita lupa
bagaimana cara mensyukurinnya.
Setiap orang berusaha menahan diri terhadap huru-hara yang terjadi di
Indonesia, seperti kami kalangan kaum sarungan yang sekaligus merupakan bagaian
dari kaum intelektual yang terpandang dalam ranah pedidikan Indonesia ini, kami
berdalih dengan hukum keseimbangan alam dimana ketika banyak kebajikan pasti
banyak pula keburukan. Begitu pula saat para mahasiswa berdemo
memperjuangkan hak-hak rakyat yang terlupakan harus ada golongan intelektual
juga berjuang dengan cara lain, santri dianggap sakti dengan doa-doa mujarab
yang ia ucapkan, bahkan bias jadi nanti ketika mahasiswa berdemo agar para DPR sadar
dan para santri ikut berdemo melalui doa-doa mereka seperti sholawat karya
KH.Asnawi Kudus aman aman..
Indonesia Raya aman.
Ketika mereka sibuk meneriakkan hak-hak
rakyat, kita ikut sibuk namun bukan dengan cara berteriak dan berpanas panasan,
namun dengan cara berdoa, istighosah dan mujahadah agar negara Indonesia tetap aman,
tentram dan damai. Sebagai mahasantri kami menunjukkan komitmen kami sebagai warga negara
yang baik yang taat aturan terhadap negara, dan kami pun juga ikut
memperjuangkan hak-hak rakyat yang dipandang sebelah mata oleh para petinggi
negara. Selain melalui kampus-kampus kami, melalui organisasi-organisasi kami
juga melalui do’a-do’a kami dan kelak wujud kami ketika kami terjun dalam
masyarakat. Sehingga bisa
terwujud “baldatun toyyibatun wa robbun ghofur”.
- Penulis adalah Mahasiswi STAINU Temanggung
Tambahkan Komentar