Temanggung, Hariantemanggung.com - Dalam rangka Refleksi HUT Temanggung ke 184, telah diadakan diskusi sarasehan yang mengusung tema “Ayo Dolan Nang Temanggung”, pada Jumat 23 November 2018. Diskusi ini menghadirkan Fathan Rangkuti (Pimred Bintang.com., fotografer terkemuka, tokoh inti cek & ricek RCTI), Karnia (CEO Kapanlagi.com), dan Rudi Setiawan/Rudi Tulang (pelukis, Pimred, dan produsen house di Jakarta. Diskusi yang dimoderatori oleh Andi Yus Nugroho ini melibatkan seluruk komunitas di Temanggung.

Bupati Temanggung, Muhammad Al Khadziq, menegaskan, diskusi ini adalah awal dari city branding untuk mengorganisir dan merumuskan brand image untuk Temanggung. “Adapun tujuan dari city branding ini adalah membuat orang Temanggung bangga dengan Temanggung, agar orang luar berinvestasi ke Temanggung dan agar orang luar berkunjung ke Temanggung,” kata Bupati Temanggung.

Komandan Kodim Temanggung berpendapat bahwa tidak semua kota besar mempunyai branding yang bagus, menurut saya, kata kunci untuk Temanggung adalah tembakau, kopi, dan guyup masyarakat. Sedangkan wakapolres menambahkan, apa pun opini tentang Temanggung, hendaknya orang yang datang ke Temanggung merasa aman dan nyaman.

Sementara itu, Karnia mengungkapkan bahwa Temanggung adalah kota kopi terbaik di Indonesia. Setelah mencicipi robusta, arabica dan jenis lain dari kopi Temanggung, ia merasa bahwa kopi di Temanggung berbeda dengan kopi di Jakarta.

Mengenai city branding, Karnia memaparkan bahwa tadinya sumber devisa terbaik sebelum presiden Jokowi adalah minyak, kelapa sawit, dan batubara. “ Namun di era presiden Jokowi sumber devisa yang menggantikan minyak adalah sektor pariwisata. Pariwisata didukung oleh 2 hal yaitu makanan minuman dan anak-anak muda. Pada masa sekarang ini anak muda dimana-mana sangat antusias dengan kopi,” tegas dia.

Karnia memberi simpulan bahwa untuk city branding di Temanggung difokuskan ke pariwisata dan kopi.

Di sisi lain, Fatan menambahkan, untuk membranding kota Temanggung dapat dibuat acara-acara fenomenal seperti festival kopi yang mengundang artis-artis ibu kota. Selain itu bisa juga diadakan kenduri working misalnya ngopi bersama kemudian masuk rekor MURI. Sedangkan Rudi Tulang mengungkapkan bahwa untuk membranding sebuah kota, yang pertama dibangun adalah semangatnya.

Diskusi city branding yang diadakan pukul 19.30 WIB di Pendopo Pengayoman Temanggung  ini menampung usulan dari komunitas-komunitas di Temanggung. Salah seorang penggiat sastra dan budayawan Temanggung, Roso Titi Sarkoro, mengemukakan berdasarkan dari sisi budaya, apa pun aktivitas manusia adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri. Bahkan ‘ngopi’ dan merokok itu pun satu budaya di Temanggung.

Ia mengusulkan apa pun potensi Temanggung baik alamnya, budayanya, kulinernya, dan lain sebagainya adalah ibdah memikat dan ngangeni. Dalam artian tamu yang bertandang ke Temanggung akan rindu Temanggung.

Dari praktisi akademis, Zaidatul Arifah, dosen STAINU Temanggung berpandangan bahwa selain pariwisata dan kopi, untuk membranding Temanggung dapat dirumuskan melalui khazanah budayanya.

"Temanggung mempunyai salah satu kesenian yang menonjol misalnya jaran kepang. Bisa saja Temanggung membuat penampilan Jaran Kepang di pendopo secara periodik seperti tari Bedhaya di Kraton Yogkakarta, sendratari Ramayana atau Roro jonggrang di Borobudur/Prambanan. Untuk menjamu tamu dari luar Temanggung, bisa disajikan kopi khas Temanggung," kata dia.

Muhisom, Zendi dan Ika Permata dari Komunitas Studi Sastra 3 Gunung (KSS3G) mengungkapkan bahwa kesimpulan dari diskusi ini adalah narasumber mengusulkan Kabupaten Temanggung mengembangkan komoditas kopi sebagai komoditas utama, selanjutnya pariwisata dan tembakau. Untuk keyword city branding Temanggung banyak usulan yang tertampung yang mengerucut pada kopi, tembakau, dan kesenian. Dari usulan komunitas-komunitas di Temanggung ini butuh forum lanjutan untuk city branding tersebut. (Zaid).
Bagikan :

Tambahkan Komentar