Oleh: Ghaida Mutmainnah
Siapa yang bisa menolak semangkuk bakso panas berkuah gurih, ditemani segelas es teh manis yang dingin dan menyegarkan? Di warung-warung pinggir jalan hingga restoran kekinian, kombinasi bakso dan es teh menjadi duet yang tak terpisahkan. Sensasi menggigit bakso kenyal lalu menyeruput es teh dingin seolah menjadi kenikmatan hakiki yang sederhana. Tapi siapa sangka, kenikmatan sesaat itu bisa membawa dampak yang tidak baik bagi tubuh, terutama bagi sistem pencernaan kita.
Kebiasaan mengonsumsi es teh setelah makan makanan berlemak atau berkuah seperti bakso ternyata menyimpan potensi risiko yang sering diabaikan. Kita terbiasa mengejar rasa segar di mulut tanpa menyadari beban yang ditanggung oleh lambung. Mari kita telaah lebih dalam: mengapa es teh setelah bakso bisa menjadi kombinasi yang tidak bersahabat bagi tubuh?
Bakso, seperti kita tahu, biasanya terbuat dari campuran daging sapi, tepung, dan aneka bumbu. Tak sedikit yang menambahkan minyak bawang, kuah kaldu lemak, hingga sambal dan saus. Kandungan lemak jenuh dalam bakso cukup tinggi, apalagi jika disajikan dengan tambahan gorengan seperti tahu goreng atau siomay goreng.
Saat makanan berlemak masuk ke dalam tubuh, sistem pencernaan membutuhkan suhu tubuh yang stabil untuk memecah dan mencerna lemak tersebut. Ketika kita langsung menenggak es teh yang bersuhu rendah, proses ini terganggu. Lemak yang tadinya bisa terpecah dan larut menjadi menggumpal karena suhu dingin. Gumpalan lemak ini memperlambat proses pencernaan dan bisa memicu rasa begah, perut kembung, bahkan mual.
Teh, khususnya teh hitam yang biasa digunakan dalam es teh manis, mengandung zat bernama tannin. Tannin adalah senyawa yang dapat mengikat zat besi non-heme dalam makanan (terutama dari sumber nabati dan olahan) dan membuatnya sulit diserap oleh tubuh.
Jika kita minum es teh setelah makan bakso atau makanan lain yang mengandung zat besi, maka penyerapan zat gizi tersebut menjadi kurang optimal. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berkontribusi pada masalah kesehatan seperti anemia defisiensi zat besi, terutama jika kebiasaan ini dilakukan setiap hari.
Es teh manis yang dijual di pasaran umumnya mengandung banyak gula. Bahkan, tak jarang dalam satu gelas bisa terdapat lebih dari 5 sendok teh gula pasir. Kombinasi ini menjadi sangat berat bagi tubuh yang baru saja menerima makanan tinggi kalori dan lemak dari semangkuk bakso.
Kelebihan gula sederhana dari es teh tidak hanya menambah beban metabolisme tubuh, tapi juga bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Bagi penderita diabetes, ini adalah kombinasi yang berbahaya. Bagi yang sehat sekalipun, konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang bisa menyebabkan resistensi insulin, obesitas, dan gangguan metabolik lainnya.
Secara fisiologis, lambung membutuhkan suhu yang stabil untuk bekerja optimal. Ketika makanan panas seperti bakso disusul dengan minuman dingin seperti es teh, lambung harus bekerja ekstra untuk menyesuaikan suhu dan mempertahankan fungsi pencernaan. Proses ini tidak hanya melelahkan sistem pencernaan, tapi juga bisa memicu kontraksi otot lambung yang menyebabkan perut terasa nyeri atau kram.
Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan kronis, refluks asam lambung, dan masalah-masalah gastrointestinal lainnya.
Lemak yang menggumpal karena minuman dingin bisa tersimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi yang tidak digunakan. Jika terus terjadi, maka bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL). Akumulasi kolesterol yang tinggi ini berisiko memicu pembentukan batu empedu, penyumbatan pembuluh darah, hingga serangan jantung.
Meskipun tampaknya berlebihan jika dihubungkan langsung, namun dalam dunia kesehatan, pola kecil yang diulang setiap hari dapat menjadi akar dari masalah besar di kemudian hari. Makan bakso setiap minggu dan selalu menyertainya dengan es teh manis bisa menjadi kebiasaan buruk yang tanpa sadar membentuk risiko kesehatan kronis.
Bukan berarti kita harus berhenti makan bakso selamanya. Bakso tetaplah makanan favorit banyak orang dan bisa dinikmati secara sehat asal dengan porsi dan kombinasi yang tepat.
Budaya kuliner Indonesia memang sangat kaya, dan sebagian besar sarat dengan makanan berlemak dan minuman manis. Namun, edukasi tentang kombinasi makanan yang baik untuk kesehatan masih minim. Padahal, masyarakat kita semakin berisiko menghadapi penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi karena pola makan yang tidak sehat.
Maka sudah saatnya edukasi ini dimulai, baik dari rumah tangga, sekolah, media, hingga tempat makan itu sendiri. Bayangkan jika warung bakso tidak lagi otomatis menyajikan es teh manis, melainkan menawarkan pilihan teh tawar hangat atau infused water yang lebih sehat. Perlahan tapi pasti, kita bisa mengubah kebiasaan tanpa harus kehilangan kenikmatan.
Segar di mulut memang menyenangkan, tapi jika berakhir berat di lambung, kenikmatan itu seolah menipu. Kombinasi bakso panas dan es teh dingin tampak nikmat di awal, tapi bisa menjadi beban jangka panjang bagi tubuh. Tak salah menikmati kuliner, namun bijaklah dalam memilih dan mengombinasikan makanan dan minuman.
Karena sehat itu bukan soal pantang semua yang enak, tapi tentang tahu kapan dan bagaimana menikmati sesuatu dengan cara yang benar.


Tambahkan Komentar