Oleh : Indah Kurnia Sari


Di tengah kemajuan zaman yang terus melaju, Dusun Tegesan di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, masih menjaga erat tradisi leluhurnya yang sarat makna. Salah satu tradisi yang mencuri perhatian adalah Golong Milang Rakyat, sebuah prosesi ritual yang menandai dimulainya panen padi di dusun tersebut. Tradisi ini bukan sekadar seremoni adat, melainkan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan dan bentuk penghormatan kepada alam atas hasil bumi yang melimpah. Masyarakat setempat percaya bahwa tanpa restu dan berkah dari yang Maha Kuasa, kerja keras mereka selama satu musim tanam tak akan berbuah hasil yang baik.


Prosesi Golong Milang Rakyat diawali dengan kegiatan bancakan atau kenduri sederhana yang digelar oleh warga di halaman rumah atau di pinggir sawah. Hidangan utamanya adalah nasi megono, sajian khas Jawa Tengah yang terbuat dari nasi putih dan olahan nangka muda yang dibumbui kelapa parut. Namun yang menjadikannya unik, nasi megono ini tidak disajikan dalam satu porsi besar, melainkan dibagi menjadi beberapa cepukan (wadah kecil dari anyaman bambu atau plastik). Jumlah cepukan ini mengikuti jumlah anggota keluarga. Jadi, jika sebuah keluarga memiliki tiga anggota, maka nasi disiapkan dalam tiga cepukan yang disatukan dalam satu wadah besar. Simbolisasi ini bermakna bahwa setiap individu dalam keluarga ikut bersyukur dan diberi rezeki dari hasil panen.


Selain sebagai bentuk syukur, tradisi ini juga memperkuat ikatan sosial dan semangat gotong royong antarwarga. Setelah prosesi bancakan, warga biasanya saling bertukar lauk pauk, saling mengunjungi rumah tetangga, bahkan membantu panen padi secara bergiliran. Tidak jarang, gelak tawa dan canda khas pedesaan mengiringi kegiatan ini, menjadikannya lebih dari sekadar tradisi—melainkan momentum kebersamaan yang mempererat tali persaudaraan. Di Dusun Tegesan, panen bukan hanya urusan individu, melainkan pesta rakyat kecil yang meriah dalam kesederhanaan.


Makna filosofis Golong Milang Rakyat juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan. "Golong" berarti bersatu, "Milang" berarti memutar atau bergantian, dan "Rakyat" berarti masyarakat. Jika dimaknai lebih dalam, tradisi ini menunjukkan bahwa kehidupan berjalan secara bergiliran dan harus dijalani bersama, dalam semangat saling membantu dan berbagi. Nilai ini mengakar kuat dalam budaya petani di Temanggung, di mana keberhasilan panen bukan semata karena tenaga sendiri, tetapi hasil kolaborasi antara manusia, alam, dan kehendak Ilahi.


Di tengah dunia yang semakin individualistik, tradisi Golong Milang Rakyat menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati lahir dari kebersamaan, syukur, dan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Dusun Tegesan telah memberi contoh bahwa merawat budaya bukan berarti menolak kemajuan, tetapi memastikan bahwa akar kearifan lokal tetap kokoh menopang generasi yang akan datang. Tradisi ini bukan hanya ritual, tetapi napas hidup masyarakat pedesaan yang pantas dijaga dan diwariskan.

Bagikan :

Tambahkan Komentar