Temanggung - Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Institut Islam Nahdlaltul Ulama (INISNU) Temanggung menggelar Ngaji Filsafat bertajuk "Manifestasi Makna Cinta yang Sesungguhnya" yang menghadirkan pakar filsafat Islam Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag., pada Jumat (25/2/2022) melalui Zoom Meeting.
Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Hamidulloh Ibda. Ia mengatakan bahwa cinta adalah lima huruf yang tak selesai jika dikaji. "Saya harap ini bukan kegiatan ngaji pertama dan terakhir, namun awal untuk melakukan kajian tentang tema-tema filsafat bagi mahasiswa," tegas dia.
Dalam pemaparannya, Fahruddin Faiz mengatakan bahwa cinta mengalami dua fase yaifu fallin in love dan standing in love.
"Fallin in love isinya passion, dan komitmen dilanjutkan dengan standing in love yang isinya adalah knowledge, respect, care dan responsibility," tutur Fahruddin Faiz yang juga dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.
Disampaikannya, pada aspek knowledge, kalau orang ingin cinta pada Indonesia, NKRI, maka ya ingin tahu banyak pada NKRI. "Kalau cinta pada seorang ya pasti kepo pada apa saja pada diri yang dicintai. Ya ngepoin Instagramnya, medsos dan lainnya," kata Fakhrudin Faiz.
Kalau cinta pada Allah, ya pasti ingin tahu lebih banyak dan dekat dengan Allah, lanjut dia.
Selanjutnya adalah respect. "Respect itu menghargai. Tadi kan sudah memelajari dan tahu dari A sampai Z yang kita cintai. Maka harus respect, harus menghargai apa adanya," tegas dia.
Kalau orang mencintai itu pasti menerima apapun kondisi dan situasi yang dicintai. "Kalau ingin mengubah, mbok kamu begini, mbok kamu begitu. Kalau ini namanya negosiasi, belum cinta," lanjutnya.
Syarat ketiga adalah care atau peduli. "Ya respect, tapi harus care itu peduli. Misalnya orang kesayangan Anda itu malas salat, Anda tahu, maka Anda jangan diam. Tapi dikasih tahu untuk diajak salat. Itu namanya care, peduli," papar dia.
Jadi, kata dia, care itu tidak membiarkan orang yang kita tindak melakukan hal-hal yang blunder. "Termasuk hal-hal yang dilarang, yang merusak, itu namanya peduli. Kita mengusahakan agar orang yang kita cinta melakukan hal-hal yang merusak," tegas dia.
Aspek keempat adalah responsibility. "Orang yang mencintai itu siap menanggung apa saja efek dari apa yang dicintai. Jadi tidak hanya mencari yang nyaman saja, yang enak saja. Tapi harus tanggungjawab. Kalau tidak tanggungjawab ya belum cinta, hanya ingin senang-senang saja," papar dia.
Usai pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang dihadiri lebih dari seratus lebih sivitas akademika INISNU Temanggung dan mahasiswa dari berbagai daerah. (htm/ibd)
Tambahkan Komentar