Oleh Evi Nur Indah Maghfira Yuniar
Mahasiswi PGMI INISNU Temanggung
Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan dengan sebaik-baiknya. Seperti yang tersampaikan dalam firman Allah “Laqad khalaqnal insana fii ahsani taqwiim”, yang artinya “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. At-Tin : 4). Dari ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan kelengkapan baik fisik maupun akal, sehingga kita harus menerima dan bersyukur terhadap apa yang ada pada diri kita. Di dunia ini, memang tidak ada yang sempurna. Semua aspek pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pada zaman seperti ini, penampilan fisik menjadi hal yang sangat disorot. Banyak orang mengutamakan penampilan agar terlihat menjadi sosok yang menarik. Dalam sudut pandang perempuan sendiri biasanya terpatri dengan istilah standar kecantikan. Standar kecantikan merupakan ukuran, patokan, atau acuan tertentu pada penampilan fisik manusia untuk mecapai definisi “indah”. Berbagai macam cara dilakukan agar tercapai standar good looking, seperti dengan perawatan wajah, memakai outfit serta aksesoris yang matching, dan lain sebagainya. Dari adanya standar kecantikan tersebut, seringkali pula timbul masalah-masalah psikologis, salah satunya adalah rasa minder dan kurang percaya diri yang lebih dikenal dengan istilah insecure.
Kata insecure berasal dari bahasa Inggris yang artinya “tidak aman”. Perasaan insecure merupakan perasaan kurang percaya diri atau cemas yang diakibatkan karena adanya perbandingan terhadap bentuk fisik maupun kemampuan seseorang dengan orang lain. Saat ini, banyak sekali fenomena insecurity yang melanda masyarakat, terutama perempuan. Misalnya saja dalam lingkungan pertemanan, perempuan seringkali membicaran image diri dengan standar yang dibangun oleh media, baik dalam hal gaya hidup, fashion, make-up, dan lain-lain. Mereka menganggap bahwa penampilan “cantik” merupakan hal yang sangat penting.
Beberapa orang melakukan hal-hal yang terkesan memaksakan diri seperti diet ekstrim, membeli produk kecantikan mahal tanpa memperhatikan isi kantong, membeli outfit yang sesuai trend, demi tercapainya standar kecantikan yang ideal. Jika seseorang merasa “kurang cantik” dari orang lain, orang tersebut akan dilanda dengan rasa insecure.
Terkadang, rasa insecure dapat membuat kita tidak bisa menjadi diri sendiri, karena pada akhirnya kita akan terbawa arus untuk berusaha agar terlihat seperti orang lain yang dianggap cantik, ideal, dan good looking tersebut. Insecure secara tidak langsung bisa membuat mindset yang negatif terhadap diri sendiri, dan membuat kita selalu berpikir bahwa kita selalu saja merasa kurang dengan apa yang kita punya. Padahal, pada kenyataannya setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan dengan porsi masing-masing.
Sifat insecure yang berlarut-larut, akan menimbulkan kerugian pada diri sendiri. Ketika kita merasa insecure, kita akan cenderung menjadi minder terhadap diri sendiri, dan bergantung pada pengakuan orang lain. Sifat tersebut sebisa mungkin harus kita hilangkan agar tidak tertanam secara terus menerus dalam diri kita. Terdapat beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan menghilangkan sifat insecure. Pertama adalah mencintai diri sendiri (self-love).
Kita harus memulai untuk belajar mencintai, menghargai, menerima, dan memaafkan diri sendiri, karena jika bukan kita sendiri yang seperti itu, lalu siapa lagi? Berfikirlah bahwa kita berharga sehingga kita berusaha untuk menanamkan rasa percaya diri. Kedua, berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain. Setiap orang mempunyai ciri khas masing-masing. Kita akan lebih nyaman jika menjadi apa adanya. Jangan terlalu membandingkan diri dengan standar orang lain, kita cantik, baik, pandai dengan versi diri kita sendiri. Ketiga, selalu bersyukur. Kita harus menanamkan rasa bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepada kita. Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kita semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Ingatlah, bahwa Allah akan menambah nikmat kepada hamba-Nya yang selalu bersyukur. Dengan bersyukur, beban pikiran pun akan berkurang.
Mulai dari sekarang, mari kita belajar untuk mengubah pola pikir dari yang tadinya “insecure” menjadi bersyukur. Hal tersebut memang tidak mudah dilakukan secara spontan. Kita harus membiasakan dari sedikit demi sedikit agar tertanam dalam diri kita. Semoga kedepannya kita bisa menjadi sosok yang lebih baik lagi.
Tambahkan Komentar