Oleh Damkha Ulul Fadli

Mahasiswa INISNU Temanggung


Negara Indonesia terlalu besar dan terlalu kaya untuk kualitas manusia yang dahulunya baik, dan bahkan menjadi salah satu negara primadona di dunia. Sehingga untuk menguasai sebuah Primadona yang Bernama Indonesia, kita hanya bisa dibodohi. Terlalu banyak strategi konspirasi yang tersistem dengan baik untuk menghancurkan Negeri ini, salah satunya yaitu dengan memberi cap atau label bahwa kebudayaan kita adalah turunan ataupun pemberian dari negara lain. Mereka berkerja secara masif dan terorganisir untuk bisa menghancurkan kita, dan dengan sabar akan menggerogoti kita. Maka dari itu mari berdamai melestarikan kekayaan negeri ini dan wariskan ke anak cucu kita.

Wayang Adalah Indonesia

Wayang adalah salah satu warisan budaya yang diwariskan oleh para leluhur kita. Ketika kita berbicara tentang wayang, yang paling menarik adalah kita selalu dihadapkan dengan informasi bahwa warisan budaya ini adalah pemberian atau turunan dari negara India. 

Faktanya wayang bukanlah dan tidak berasal dari India, ini adalah salah satu hasil karya atau karya asli dari leluhur Nusantara atau Indonesia yang merekam jejak sejarahnya sendiri, kemudian disampaikan melalui pertunjukan wayang yang diwariskan secara turun menurun.

Entah bagaimana ceritanya banyak orang bahkan saya sendiri awalnya beranggapan bahwa kisah-kisah yang ada dalam wayang adalah berasal dari India. Yang kita lupa bahwa yang menyebut bahwa kisah wayang berasal dari India adalah Belanda pertama kalinya. 

Hal ini adalah strategi yang dilakukan oleh Belanda untuk melemahkan bangsa kita. Dalam buku “Architects Of Deception-Secret History Of Freemasonry” karya Juri Lina menyebutkan bahwa jika ingin melemahkan suatu bangsa maka bisa dimulai dengan mengaburkan sejarahnya, kemudian hancurkan semua bukti sejarahnya sehingga diragukan kebenarannya, serta putuskan hubungan mereka dengan para leluhur dengan memberikan label bahwa leluhur mereka adalah orang yang bodoh dan primitif. Jika itu sudah terjadi maka kita akan dihadapkan dengan keragu-raguan atas leluhur kita.

Kembali ke topik kenapa Belanda menyebut bahwa wayang adalah warisan budaya dari india. Landasan pemikiran yang mereka gunakan adalah karena kisah ini dipengaruhi oleh Bahasa, yang mereka percaya bahwa Bahasa Sansekerta adalah Bahasa yang berasal dari india. 

Hipotesa ini lahir karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa Bahasa Sansekerta sampai sekarang masih digunakan di tanah India, namun mereka tidak pernah tahu dan bisa menjelaskan bagaimana Bahasa ini bisa masuk ke Nusantara atau Indonesia. Apakah melalui jalur hubungan dagang, ekonomi ataukah perkawinan, bahkan cerita tentang keakraban antara bangsa kita dengan tanah India pun tidak terlalu banyak. 

Asal-usul Sansekerta sendiri hingga kini masih menjadi sebuah perdebatan, tetapi kemungkinan bahwa Bahasa ini adalah sebuah Bahasa yang hanya digunakan oleh masyarakat dari kalangan atas atau kalangan tinggi, artinya Bahasa ini tidak dikuasai oleh semua orang. Masyarakat biasa akan menggunakan Bahasa daerah mereka masing masing.

Yang menjadi menarik adalah pada tanggal 07 November 2003, UNESCO menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” atau karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan budaya yang indah. Sebuah Mahakarya yang tidak ternilai harganya di dalam seni bertutur. 

Jika memang benar cerita wayang berasal dari India adakah nama-nama disana yang minimal mirip dengan “Gatot Kaca, Bima, Yudistira, atau Sengkuni”, mungkin hanya Hanoman yang mirip. 

Kita sering lupa dengan fakta bahwa sejarah kita mungkin saja mewarnai peradaban India, pada tahun 700/620 SM Dharmasada, Sanjaya, Sariputra, Dharmapala, Svarna Keisha, Svarna Dwipi, Dharmakirti, adalah tokoh putra Nusantara Indonesia terdahulu yang membawa falsafah Dharma atau Dama ke tiga seperempat permukaan Bumi, dan hal ini tidak pernah dipublikasikan. 

Bahkan Universitas Nalanda di Bihar India yang didirikan pada 27 Masehi dan dibangun oleh Raja Pala dari dinasti Sailendra, juga berasal dari Svara Dwipa Indonesia. Ini adalah cabang dari Universitas Svara Dwipa yang bernama Dharmapala, hingga akhirnya Dharma atau Dama tumbuh dan berkembang di India dan menjadi sebuah kepercayaan karena pengaruh pendahulu kita.

Jadi berhentilah mengagungkan Negeri orang lain, pelajari pengetahuan Negerimu, gali lebih dalam dan wariskan kepada generasi mendatang. Sejarah dan kebudayaan bukan hanya untuk Euforia semata tapi bisa dijadikan sebuah Landas bijak untuk sebuah pencapaian peradaban yang jauh lebih baik dari sebelumnya, di abad ini dan masa ini. Bukan berarti kamu harus menjadi kampungan dan kehilangan esensi dari sebuah kebudayaan dan hanya berfokus pada Packaging dari sebuah kebudayaan.

BENAR ATAU SALAH SILAHKAN KALIAN KAJI SENDIRI, SAYA MUNGKIN SALAH DAN ANDA BELUM TENTU BENAR, MARI KERUCUTKAN DARI SEBUAH HIPOTESA YANG SIAP UNTUK KITA BAHAS LEBIH DALAM.


Bagikan :

Tambahkan Komentar