Oleh Retno Puji Astuti
Mahasiswi PIAUD STAINU Temanggung
Pendidikan karakter menjadi
isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini, hal ini berkaitan dengan
fenomena dekadensi moral yang terjadi ditengah – tengah masyarakat maupun
dilingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas,
ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti
bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia.
Budi pekerti luhur,
kesantunan, dan relegiusitas yang
dijunjung tinggi dan menjadi budaya bangsa Indonesia selama ini
seakan-akan menjadi terasa asing dan jarang ditemui ditengah-tengah masyarakat.
Kondisi ini akan menjadi lebih parah lagi jika pemerintah tidak segera
mengupayakan program-program perbaikan baik yang bersifat jangka panjang maupun
jangka pendek.
Pendidikan karakter menjadi
sebuah jawaban yang tepat atas permasalahan-permasalahan yang telah disebut di
atas dan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menjadi
tempat yang mampu mewujudkan misi dari pendidikan karakter tersebut.
Salah satu alternatif yang
dapat dilakukan dalam melaksanakan
pendidikan karakter disekolah adalah mengoptimalkan pembelajaran materi pendidikan
agama Islam (PAI). Peran pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam
sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter siswa. Pendidikan
agama merupakan sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan (aspek
kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta nilai moral untuk membentuk
sikap (aspek afektif), yang berperan dalam mengendalikan prilaku (aspek
psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian manusia seutuhnya.
Pendidikan Agama Islam
diharapkan mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman,
takwa, dan berakhlak mulia, akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau
moral sebagai perwujudan dari pendidikan. Manusia seperti itu diharapkan
tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam
pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun
global.
Konsep pendidikan karakter
sebenarnya telah ada sejak zaman rasulullah SAW. Hal ini terbukti dari perintah
Allah bahwa tugas pertama dan utama Rasulullah adalah sebagai penyempurna
akhlak bagi umatnya. Pembahasan substansi makna dari karakter sama dengan
konsep akhlak dalam Islam, keduanya membahas tentang perbuatan prilaku manusia.
Al-Ghazali menjelaskan jika akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa
yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang
tanpa perlu adanya pemikiran
dan pertimbangan. Suwito menyebutkan bahwa akhlak sering disebut juga ilmu
tingkah laku atau perangai, karena dengan ilmu tersebut akan diperoleh
pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan jiwa. bagaimana cara memperolehnya dan
bagaiman membersihkan jiwa yang telah kotor.
Pola pembelajaran terhadap
materi PAI diatas sudah saatnya dirubah. Guru yang menjadi ujung tombak
keberhasilan sebuah pembelajaran harus menyadari bahwa tanggung jawabnya
terhadap keberhasilan pembelajaran PAI tidak hanya pada tataran kognitif saja.
Tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana memberikan kesadaran kepada siswa
bahwa pendidikan agama adalah sebuah kebutuhan sehingga siswa mempunyai kesadaran
yang tinggi untuk melak- sanakan pengetahuan agama yang diperolehnya dalam
kehidupan sehari-hari. Disinilah dibutuhkan kreatifitas guru dalam menyampaikan
pembelajaran, dimana pembelajaran PAI seharusnya tidak hanya diajarkan didalam
kelas saja, tetapi bagaimana guru dapat memotivasi dan memfasilitasi
pembelajaran agama diluar kelas melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat
keagamaan dan menciptakan lingkungan sekolah yang religius dan tidak terbatas
oleh jam pelajaran saja.
Tujuan utama dari
Pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian pada diri siswa yang tercermin
dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari, maka
pembelajaran PAI tidak hanya menjadi tanggung jawab guru PAI seorang diri,
tetapi dibutuhkan dukungan dari seluruh komunitas disekolah, masyarakat, dan
lebih penting lagi adalah orang tua. Sekolah harus mampu mengkoordinir serta
mengkomunikasikan pola pembelajaran PAI terhadap beberapa pihak yang telah
disebutkan sebagai sebuah rangkaian komunitas yang saling mendukung dan menjaga
demi terbentuknya siswa berakhlak dan berbudi pekerti luhur.
Pemberian pengetahuan
tentang aqidah yang benar menjadi dasar yang paling utama dalam penanaman
akhlak pada anak. Disinilah pentingnya pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah, karena pendidikan agama merupakan
pondasi bagi pembelajaaran ilmu pengetahuan lain, yang akan menghantarkan
terbentuknya anak yang berkepribadian, agamis dan berpengetahuan tinggi. Maka
tepat jika dikatakan bahwa penerapan Pendidikan agama Islam disekolah adalah
sebagai pilar pendidikan karakter yang utama. Pendidikan agama mengajarkan
pentingnya penanaman akhlak yang dimulai dari kesadaran beragama pada anak. Ia
mengajarkan aqidah sebagai dasar keagamaannya, mengajarkan al quran dan hadits
sebagai pedoman hidupnya, mengajarkan fiqih sebagai rambu-rambu hukum dalam
beribadah, mengajarkan sejarah Islam sebagai sebuah keteladan hidup, dan
mengajarkan akhlak sebagai pedoman prilaku manusia apakah dalam kategori baik
ataupun buruk.
Penanaman karakter pada anak
sejak dini berarti ikut mempersiapkan generasi bangsa yang berkarakter, mereka
adalah calon generasi bangsa yang diharapkan mampu memimpin bangsa dan
menjadikan negara yang berperadaban, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa
dengan akhlak dan budi pekerti yang baik serta menjadi generasi yang berilmu
pengetahuan tinggi dan menghiasi dirinya dengan iman dan taqwa. Oleh karena itu
pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah sebagai salah satu upaya
pembentukan karakter siswa sangatlah penting. Pembentukan Karakter anak akan
lebih baik jika muncul dari kesadaran keberagamaan bukan hanya karena sekedar
berdasarkan prilaku yang membudaya dalam masyarakat.
Tambahkan Komentar