Oleh Lutfi Nurkhayati
Alamat kenteng Desa Krawitan Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung
Tumpeng
dan Ingkung adalah peninggalan sejarah dan sudah menjadi ikon kebudayaan dalam
acara adat di seluruh Indonesia, tidak terkecuali pada acara adat di desa kecil
ujung kabupaten Temanggung sebelah utara yaitu Dusun Kenteng Desa Krawitan
Kecamatan Candiroto Kabupaten Temaggung
Pada
tanggal 1 april kemaren yang bertepatan dengan hari Sadranan atau Nyadran.
seluruh warga di Dusun Kenteng melakukan bersih desa dengan agenda acara
membersihkan makam, membaca tahlil(haul masal) membaca ayat suci Alqur’an dan
ditutup dengan kenduri (genduren) atau bahasa kerenya makan bersama
Seluruh
laki-laki yang ada di dusun kenteng di haruskan melakukan kerja bakti
membersihkan makam sebagai wujud berbaktinya mereka kepada orang tua, kakek
nenek dan kerabat, sedangkan warga yang wanita menungguu di rumah kepala dusun
tempat di adakanya acara genduri,dengan membawa ingkung dan tupeng ditambah
telur rebus utuh. jumlah telur yang harus di bawa tergantung jumlah orang yang
ada di keluarga.
Ada
yang unik pada acara kenduri ini, bukan pada tahlilan yang konon katanya haram
bagi sebagian kelompok di Indonesia namun kepada ingkung dan tumpeng. Mengapa
harus ingkung dan tumpeng sebagai simbol perwujutan syukurnya manusia dalam
acara-acara besar. tidak hanya acara keagamaan, namun sering kita jumpai kedua
makanan tersebut pada acara-acara sukuran ulang tahun, syukuran atas
terwujudnya cita-cita dan masih banyak yang lainya
Pada
kesempatan kali ini redaksi bersyukur dapat bertemu dengan salah satu warga
yang di tuakan di Dusun tersebut untuk menggali informasi seputar tentang
serangkaian acara yang telah terjadi.
Ingkung.
tidak semua ayam bisa di jadikan ingkung yang akan dipersembahkan pada acara
kenduri di sini, diharuskan ayam kampung yang berjenis pejantan(jago) dan belum
pernah kawin, untuk penyembelihannya sendiri harus dengan pisau yang tajam dan
menghadap kiblat. Setelah ayam di bersihkan bulu dan kotoranya, ayam di tata
antara sayap dan kakinya(sendekung) dan di ikat. Setelahnya di rebus bersama
jeroanya. Dimasaknya pun harus dengan menggunakan tungku(pawon)
Nasi
di urap dengan kelapa asin agar menjadi nasi gurih ditanak dengan menggunakan
tungku tidak boleh di tanak menggunakan magic com, setelahnya nasi di bentuk
menjadi kerucut dengan menggunakan alat tumpeng yang terbuat dari bambu atau
dari alumunium agar menjadi bucu biasa warga Dusun ini sebutkan atau tumpeng
pada umumnya orang katakana. Kedua makanan tersebut di sajikan dengan media
anyaman bambu(tampah kecil) yang di beri alas daun pisang. Dan di beri telur
sesuai dengan jumlah orang yang ada di keluarga,
Kedua
makanan yang telah tersaji kemudian di bawa oleh ibu-ibu ke rumah sesepuh Dusun
sebagai tempat diselenggarakanya acara
Setelah
warga(laki-laki) selesai membersihkan makam.mereka kembali berkumpul di tempat
acara dan melanjutkan rangkain acara selanjutnya, yaitu haul masal atau
mengirim doa untuk para arwah leluhur dengan
serangkaian bacaan tahlil,solawat,bacaan alqur’an dan doa.
sebelum
di laksanakan serangkaian acara di atas seluruh arwah leluhur dari warga yang
ada di Dusun. di sebutkan satu persatu dan setelahnya di kirim surat Fatihah
dan serangkaian acara tadi( tahlil, solawat, bacaan Alqur’an dan di ahiri dengan
doa )
Barulah
setelah acara selesai seluruh warga dapat menikmati ingkung dan tumpeng yang
sudah mereka bawa, di tukar kepada warga lain dan telah tertata rapi berjejer
di pelataran rumah sesepuh dusun yang mereka sebut dengan bancaan kenduri.
“mengapa
harus bucu dan ingkung mbah? Dan mengapa banyak syarat ketika akan membuatnya”
sempat salah satu kru tanyakan kepada sesepuh Dusun yang saat itu dalam perjalanan
pulang dengan bawaan tampah ditangannya, kemudian beliau duduk dan menjelaskan
filusufi dari ingkung dan tumpeng yang tadi sudah beliau bawa.
“Mengapa
harus ingkung? ingkung itu terbuat dari ayam dan ayam rasanya enak, yang
artinya dalam hidup kita harus enak dan kepenak” bahwa kita harus nikat dalam
menjalani hidup, hidup yang tanpa beban. Ayam yang diikat tadi harus sendekung
dengan makna bahwa kita harus melaksanakan kewajiban solat lima waktu. Seperti
simbol dalam sholat ketika tahiyat yaitu duduk sendekung.
Tumpeng
itu satu berdiri dan menjulur ke atas, mengartikan bahwa wujud syukur dan iman
kita itu hnaya satu yaitu Allah Yang Maha Esa
.Menghadap
kiblat dan menggunakan pisau yang tajam itu sudah menjadi anjuran umat islam
ketika menyembelih hewan,agar agar hewat tidak kesakitan ketika menggunakan
pisau tajam ketika menyembelihnya.
Sedangkan
tumpeng dan ingkung harus di masak dengan tungku itu pada zaman dahulu ketika
masyarakat Indonesia kebanyakan belum menggunakan gas untuk memasak, namun pada
kali ini kebiasaan mengaruskan tidak lagi di pakai munkin budaya tersebut telah
tergilas oleh waktu.
Tambahkan Komentar