Oleh Ririn Widiastuti
Mahasiswa
PGMI INISNU Temanggung
Sudah satu
tahun lebih dunia menghadapi masa sulit dari ancaman virus corona, masa yang
berpengaruh pada semua aspek kehidupan, masa sulit untuk memutar roda
perekonomian yang mengakibatkan tingkat pengangguran meningkat. Kebutuhan hidup
yang meningkat tidak sebanding dengan jumlah penghasilan dan juga lapangan
pekerjaan yang semakin sempit, sehingga banyak masyarakat di perdesaan yang
mencari cara untuk tetap bertahan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Hal itu
mengakibatkan banyak pengusaha kecil-kecilan yang gulung tikar dan pegawai menerima
PHK. Banyak pedagang yang mengeluhkan akan sepinya pelanggan. Selain itu,
beberapa masyarakat juga beralih profesi
untuk mencari kerja yang lebih dibutuhkan di masa sekarang, bahkan juga
ada yang mengganggur. Tidak hanya di kota, namun di desa juga merasakan dampak
pandemi cukup memprihatinkan.
Salah
satunya di daerah Temanggung yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai
petani. Pada awal pandemi petani Temanggung mengalami banyak kerugian dari
harga tembakau, cabai, dan sayur-sayuran anjlok secara drastis. Namun sekarang
kesempatan bagi sebagian petani yang lahannya ditanami cabai untuk meraup
untung yang cukup besar, dikarenakan harga cabai cukup membuat orang
kaget. Yang semula cabai setan dihargai
Rp.30.000,00 per kilo gram, sekarang Rp.120.000,00 per kilo gramnya, harga
tersebut sangat jauh dari harga normal.Dengan harga yang meningkat, sebagian
masyarakat kurang mampu justru takut untuk membeli cabai.
Adanya kasus
tersebut, bupati Temanggung mensiasati dengan cara yang begitu kreatif, agar masyarakatnya
tidak merasa kesusahan untuk membeli kebutuhan dapur yang mahal. Program umum
bupati Temanggung, yaitu stanting, persampahan, dan tani pekarangan. Pemerintah
daerah sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan program tersebut, dan membuat
berbagai pelatihan. Stanting merupakan program bantuan untuk anak-anak yang
mengalami perlambatan pertumbuhan untuk warga yang kurang mampu, persampahan
yaitu mengolah sampah menjadi barang yang lebih berguna dan menjual
barang-barang bekas untuk diolah kembali, kemudian tani pekarangan yaitu kegiatan bertani di halaman.
Kreatifitas
Hadapi Pandemi
Dari berbagai
program tersebut, masyarakat Temanggung mulai menjalankannya. Di desa Caruban,
dusun Kelingan, masyarakat sudah program tersebut. Persampahan dan juga tani
pekarangan sekarang menjadi kegiatan di tengah-tengah pandemi. Dimulai dari
persampahan yang tiap bulannya harus mengumpulkan sampah yang layak untuk
dijual. Banyaknya produsen di dusun Kelingan yang memproduksi barang-barang
serbaguna, membuat sampah terlihat banyak. Alhasil, program persampahan sudah
berjalan sejak tahun lalu.
Sampah
dikumpulkan di ketua dawis setiap RT yang ada di dusun Kelingan, setelah
terkumpul sampah-sampah tersebut dijual di pengepul. Sampah tersebut misalnya,
sampah botol, sepatu bekas, sandal, prabotan dapur bekas, elektronik rusak, dan
lain sebagainya. Hasil dari penjualan sampah tersebut dikumpulkan untuk
ditabung, meskipun hasilnya sedikit, apabila dilaksanakan secara
berkesinambungan juga akan merasakan hasil maksimal.
Selain
persampahan, masyarakat Kelingan juga melaksanakan program tani pekarangan. Petani
pekarangan merupakan sebuah kegiatan untuk bercocok tanam di lingkungan rumah
dengan lahan yang sempit, dan menggunakan plastik ataupun karung bekas. Petani
pekarangan ini bisa dilakukan secara kelompok dan juga individu.
Sekitar 2
bulan yang lalu, petani pekarangan sudah dilaksanakan masyarakat caruban
tepatnya di dusun Kelingan. Dusun Kelingan membuat 6 kelompok tani pekarangan,
yang dalam 1 kelompok terdiri dari anggota Rukun Tetangga (RT). Dari setiap
kelompok membuat sebuah rumah kecil atau gubuk yang di dalamnya digunakan untuk
bercocok tanam. Bibit-bibit dari tani pekarangan merupakan bibit bantuan dari
pemerintah, sebanyak Rp.20.000.000,00 dibagi 5 dusun kemudian bantuan tersebut
dibelikan bibit yang dibagi tiap kelompok.
Masing-masing
kelompok menerima sejumlah bibit unggul, seperti bibit tomat, bibit terong, sawi, cabai, jahe,
jeruk, dan masih banyak lagi. Semua bibit ditanam dan dirawat oleh
masing-masing kelompok rukun tetangga. Apabila sudah layak panen, sayur
tersebut akan dijual pada anggota atau dijual di warung sekitar. Hasil tersebut
dibukukan dan akan dibuat perlombaan, apabila hasil penjualan terbanyak itu
yang menjadi pemenang.
Hasil
Kreatifitas Masyarakat Desa
Program
persampahan dan juga tani pekarangan ini harus dijalankan secara bersama dan secara
kompak. Meskipun virus Covid-19 masih ada di sekitar, jika dihadapi dengan
berbagai aktivitas bermanfaat maka tidak akan terasa. Setelah beberapa bulan
menjalankan program dari bupati Temanggung, masyarakat mulai merasakan hasilnya
dan berbagai manfaatnya.
Dari program
persampahan, masyarakat merasakan hasilnya lingkungan menjadi bersih. Melatih
kreatifitas, karena selain dijual juga barang yang berguna didaur ulang menjadi
barang yang lebih bermanfaat, contohnya membuat kursi menggunakan botol, dan
juga plastik. Kegiatan ini juga membantu ibu rumah tangga yang tidak memiliki
pekerjaan untuk berkarya menghasilkan sesuatu yang berguna.
Di samping
persampahan juga ada tani pekarangan, tani pekarangan ini juga memiliki dampak
yang cukup besar bagi kehidupan bermasyarakat di dusun Kelingan. Manfaatnya
bisa mempererat tali persaudaraan, mahir bercocok tanam, menikmati sayuran yang
sudah layak makan dengan harga murah, memanfaatkan lahan kosong, dan lain
sebagainya. Selain untuk di jual hasil sayurannya, tani pekarangan dusun
Kelingan juga menjual pohon sayur yang masih kecil kepada konsumen yang
membutuhkan.
Program yang
sudah dilaksanakan di dusun Kelingan ini, diharapkan bisa menjadi motivasi
untuk dusun lain menirunya. Apalagi pada masa pandemi ini, yang harga sayuran
mahal akan tetapi pekerjaan semakin susah. Menghadapi pendemi harus dengan
kegiatan bermanfaat dan juga membangun pikiran semakin maju agar masyarakat
lainnya terpesona.
Tambahkan Komentar