Oleh Ima Sartika
Mahasiswa Prodi PIAUD INISNU Temanggung
Pendidikan Anak Usia Dini
Berdasarkan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yag dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 14).
Demi mendukung perkembangan anak usia dini sebagai orang tua haruslah
memfasilitasinya. Bagaimana caranya?. Tentulah dengan mempercayakannya kepada
suatu lembaga pendidikan non formal seperti TK, RA, KB ataupun TPA. Pastinya
orang tua perlu untuk meluangkan waktu demi kemajuan anak-anak kita khususnya
anak usia dini. Apalagi seorang ibu, tentunya ibu akan merelakan sebagian
waktunya untuk mengantar anak-anak mereka ke sekolah. Karena pada umumnya
banyak anak TK, RA ataupun KB yang kesekolah tapi masih ditunggu oleh ibunya.
Untuk menyekolahkan anak-anak usia dini pada suatu lembaga nonformal memanglah memerlukan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Hal tersebut yang akan membuat orang tua untuk merelakan waktunya untuk mengantar anak-anak mereka ke sekolah karena memang sulit untuk begitu saja melepas anak-anak kepada orang lain. Anak pun demikian, mereka tidak begitu saja mau untuk berpisah dengan ibu.
Anak Usia Dini
Anak tentunya akan merasa senang jika bisa bermain dengan banyak teman.
Apalagi bermainnya bisa sambil belajar, tentunya akan baik untuk perkembangan
anak usia dini. Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang
usia perkembangan manusia. Masa ini merupakan
periode sensitif, selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima
stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan
berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Usia
keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai
stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja
maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi
fisik dan psikis sehingga siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas
perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Kreativitas Bunda
Lembaga pendidikan anak usia dini memang tidak sama dengan pendidikan
formal. Disini kesabaran dan ketelatenan sangatlah diperlukan baik dari
pendidik maupun orang tua anak didik karena setiap anak usia dini mempunyai
karakteristik yang berbeda. Di TK, RA ataupun KB biasanya orang tua akan
menunggu anak-anak mereka di sekolah. Banyak juga orang tua yang tak mau
menyekolahkan anak mereka dengan alasan malas ataupun tak sempat untuk
mengantar ataupun menunggu anak-anak mereka.
Ada pemandangan yang tak biasa di RA Islamiyah Surodadi, para orang tua
khususnya ibu-ibu yang menunggu anaknya di sekolah. Ada kegiatan atau aktivitas
yang mereka lakukan di sana. Mereka menunggu anak-anak mereka sambil membuat
tas anyaman dari plastic. Mereka memanfaatkan waktu menunggu mereka dengan
menghasilkan barang yang mereka pikir lumayan untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga. Meski tidak seberapa yang dihasilkan mereka tetap semangat
melakukannya, mereka berpikir daripada ngantuk ketika menunggu anak jadi mereka
membawa anyaman plastic untuk dibuat di sekolah. Di sekolah mereka bisa
menghasilkan lima buah anyaman tas dengan bayaran Rp. 1500,00 per buahnya.
Memang sih mereka membuat tas tidak hanya di sekolah saja namun mereka
melanjutkannya di rumah. Dari pihak sekolah sendiri tidak merasa keberatan jika
para orang tua menunggu anak-anak mereka sambil melakukan aktivitas di sekolah,
selama tidak mengganggua kegiatan pembelajaran di sekolah. Pihak sekolah malah
merasa senang jika orang tua dapat memanfaatkan waktu tunggu mereka dengan
kegiatan yang
bermanfaat.
Selain membuat anyaman tas ada juga yang membuat bulu mata alias idep.
Ibu-ibu membawa peralatan mereka ke sekolah yaitu balok kayu beserta pakunya
dan juga bahan-bahan pembuatan bulu mata. Selama lima jam di sekolah mereka
bisa membuat 40-50 buah bulu mata dengan upah yang diterima Rp. 350,00 per bulu
matanya. “Lumayan itung-itung untuk uang saku anak ke sekolah” kata ibu Santi
yang anaknya sekolah di RA Isalmiyah Surodadi.
Meski sambil bekerja ketika mereka menunggu anak-anak namun mereka
melakukannya dengan kondusif. Ketenangan tetap terjaga sehingga kegiatan
pembelajaran di sekolah tidak terganggu. Kegiatan yang mereka lakukan bisa
dilanjutklan di rumah, dalam satu harinya mereka bisa menerima upah sebesar
Rp.40.000,00 – Rp.70.000,00.
Hal ini bisa ditiru oleh lembaga lain atau kalau bisa malah lembaga
memfasilitasi kegiatan wali murid di sekolah. Dengan kata lain lembaga membuat
suatu usaha rumahan dengan wali murid sebagai pelaku usahanya. Dengan demikian
anak bisa sekolah, orang tua menunggu sambil berkrativitas. Apa itu???silahkan
anda mencetuskan ide untuk lembaga anda!
Tambahkan Komentar