Oleh : Rizki Dwi Septiani
Mahasiswi Prodi PAI STAINU Temanggung
Mengisi waktu untuk diri sendiri alias me-time bukan hanya
bisa dilakukan dengan menonton serial drama atau tidur sepanjang hari. Kita
sebaiknya juga menggunakan waktu luang tersebut untuk melakukan introspeksi
diri. Introspeksi diri adalah tindakan melihat ke dalam pikiran maupun perasaan
Kita sendiri. Ketika melakukan introspeksi diri, Kita akan banyak melihat ke
belakang mengenai hal-hal yang sudah Kita lakukan, baik itu positif maupun
negatif.Bukan, tujuan introspeksi diri bukanlah mengungkit masa lalu dan
tenggelam di dalamnya. Sebaliknya, hal ini dilakukan dengan tujuan mengevaluasi
perilaku kita sehingga kita dapat berdamai dengan diri sendiri maupun
memperbaiki hubungan dengan orang lain.
Introspeksi diri adalah cara utama untuk menilai kekurangan dan
kelebihan diri kita sendiri yang akan dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu,
kita harus melakukannya secara sadar dan jujur agar mendapatkan manfaat dari
introspeksi diri, seperti mengurangi kecemasan karena
kita akan dapat berpikir dengan lebih efisien, menaikkan level kepercayaan diri
karena kita dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri, membuat kita
lebih mampu berempati terhadap orang lain, memunculkan ide-ide baru, termasuk
dalam mengembangkan bakat yang ada dalam diri kita.
Introspeksi diri seharusnya melahirkan pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya. Sayangnya, ada pula orang yang justru jatuh ke lubang yang salah
ketika selesai mengevaluasi dirinya sendiri.Para psikolog membagi introspeksi
diri ke dalam dua tipe, yaitu: refleksi diri dan ruminasi diri. Refleksi adalah
bentuk introspeksi diri yang positif. Dengan melakukan refleksi diri, orang
tersebut akan menghargai setiap pemikiran maupun tindakan yang telah
dilakukannya.Tak hanya itu, refleksi juga akan membuat seseorang dapat menerima
dan belajar dari kesalahan yang mereka perbuat. Pada akhirnya, refleksi diri
akan melahirkan pribadi yang lebih baik dan lebih sadar akan kemampuan dan
ketidakmampuan dirinya sendiri.
Ruminasi adalah bentuk introspeksi diri negatif dan berkebalikan dengan
refleksi diri. Ketika melakukan ruminasi, seseorang cenderung melebih-lebihkan
kegagalan yang dialaminya sehingga ia meragukan diri sendiri dan menilai
dirinya lebih rendah dari orang lain.Ruminasi inilah yang harus dihindari dalam
introspeksi diri. Jika kita merasa terjebak pada ruminasi diri, ada beberapa
tips yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak negatifnya, yaitu:
Menyibukkan diri pada kegiatan yang melahirkan pikiran
positif, misalnya berolahraga, bersosialisasi dengan orang yang
positif, maupun belajar meditasi.
Fokus pada memecahkan masalah daripada sibuk menyalahkan diri sendiri.
Misalnya saat Kita melakukan kesalahan di tempat kerja, coba berdiskusi dengan
teman atau atasan untuk mencari solusi agar hal yang sama tidak terjadi lagi di
kemudian hari.
Tips melakukan introspeksi diri yang benar
kita tentu tidak ingin fokus pada refleksi ketimbang ruminasi saat
melakukan introspeksi diri, bukan? Nah, untuk itu, ada tips dari psikolog
tentang cara melakukan introspeksi yang benar, yaitu:
Berdamailah dengan diri sendiri
Jangan terlalu sering menyalahkan diri sendiri atas kesalahan apa pun
yang Kita pernah lakukan di masa lalu. Apabila Kita tidak 100 persen jujur
dengan diri sendiri terkait hal yang tengah terjadi, atau cara Kita berperilaku
selama ini, proses membantu diri sendiri pun akan menjadi sulit
dilakukan.Terkadang, kebiasaan buruk memang sulit untuk disingkirkan. Kita tak
harus melakukan perubahan dalam sekejap. Jika ada resolusi dan tujuan tak
tercapai, Kita tak perlu menyalahkan diri sendiri. Maafkanlah diri sendiri
walau terkadang membuat kesalahan.
Bedakan sifat dengan perilaku
Jika Kita merasa memiliki sifat dermawan, lalu tidak memberi bantuan
pada orang lain sesekali, hal itu tidak akan mengubah sifat Kita.
Memprioritaskan diri Kita bukanlah hal yang salah selagi Kita tidak melakukan hal
yang negatif.
Menghargai proses
Misalnya ketika Kita sudah tidak merokok selama 10 tahun, kemudian
kembali merokok hari ini, jangan melihat diri Kita sebagai orang yang gagal
karena Kita pernah berhasil menahan diri selama 10 tahun dan bisa melakukannya
lagi di kemudian hari.
Jangan melebih-lebihkan kesalahan diri sendiri
Sesekali melakukan kesalahan adalah hal yang manusiawi, jadi janganlah
melebih-lebihkan kesalahan yang dibuat tersebut. Sebab, pada akhirnya,
kita semua adalah manusia. Dan sangat manusiawi jika kita melakukan kesalahan.
Membuat pola kebiasaan baru
Sebagai manusia, tentu kita sering menjalankan banyak kebiasaan.
Beberapa kebiasaan tersebut bermanfaat, namun sebagian lagi bisa saja merugikan
diri sendiri dan orang lain.Dalam melakukan proses introspeksi dan refleksi
diri, Kita perlu mengenali dan mengelompokkan kebiasaan yang sering dilakukan.
Dengan mempelajari kebiasaan-kebiasaan tersebu. Kita bisa menghilangkan
kebiasaan yang tak bermanfaat, sekaligus menambah kebiasaan sehat dan positif.
Saat melakukan introspeksi diri, cobalah sejajarkan antara impian
dengan usaha yang Kita lakukan alias realistis. Jangan menggantungkan cita-cita
setinggi langit bila Kita memang tidak bisa mencurahkan usaha secara maksimal
agar ekspektasi diri juga tidak terlalu tinggi.Introspeksi dan refleksi diri
menjadi bagian penting dalam memahami dan mempelajari fenomena hidup. Beberapa
orang mungkin sulit melakukannya di awal. Namun, dengan sedikit latihan,
refleksi diri dapat menjadi senjata Kita untuk terus berkembang menjadi pribadi yang lebih
baik.
Nah, mari kita saling introspeksi.
Tak usah mencari kesalahan orang lain. Sudahkah memperbaiki akhlaknya
masing-masing? Jika kita masih susah mengendalikan nafsu dan amarah, berarti
kita masih punya pekerjaan persoalan yang harus diselesaikan. Jika kita masih
belum membekali diri dengan ilmu pengetahuan, tingkat literasi rendah, mudah
percaya dengan pernyataan orang lain maka sejatinya kita juga harus ada
persoalan personal yang harus diselesaikan. Karena orang yang minim ilmu
pengetahuan, akan mudah sekali terprovokasi hoaks dan ujaran kebencian.
Dan jika kita masih belum bisa berlaku adil terhadap diri sendiri dan
orang lain, maka harus selalu introspeksi untuk memperbaiki. Karena pada
dasarnya kita adalah pribadi yang kurang berakhlak. Kita harus terus belajar
untuk memperbaiki akhlak kita untuk menjadi lebih baik. Dan untuk bisa belajar
akhlak, maka tidak bisa secara teori tapi juga harus diimplementasikan dalam
kehidupan nyata.
Jika kita lihat sekeliling, memang masih banyak orang-orang, tokoh
masyarakat, tokoh politik, tokoh agama yang banyak mengumbar nafsu dan
amarahnya di depan publik. Banyak para pemimpin yang tidak membekali dengan
ilmu pengetahuan dan belum bisa berlaku adil kepada masyarakat. Namun tidak
sedikit dari mereka berbicara tentang akhlak dan lain sebagainya. Tak heran
jika banyak tokoh yang berbicara anti korupsi padahal dialah koruptor itu
sendiri. Banyak orang yang mengkafirkan orang lain, padahal bisa jadi dialah
yang kafir. Mari saling menahan diri dan terus memperbaiki akhlak dalam diri.
Tambahkan Komentar