Ilustrasi: Anteraja Blog |
Oleh. Fathiyatun Nisa
Mahasiswi INISNU Temanggung
Sebagai umat muslim tentu tidak asing dengan surah Al-Fatihah, surat pembuka dalam kitab suci Al-Qur’an. Surat Al-Fatihah adalah salah satu surat yang dijadikan syarat sah shalat, sehingga setiap hari seorang muslim pasti membaca surat Al-Fatihah setidaknya tujuh belas kali dalam shalat lima waktunya.
Hal ini
termasuk dalam keistimewaan surat Al-Fatihah yang disebut dengan Assab’ul
Matsani berarti tujuh ayat yang diulang-ulang. Namun demikian ada perbedaan
pendapat mengenai jumlah surat Al-Fatihah. Imam Malik berpendapat bahwa surat
Al-Fatihah berjumlah enam surah dengan tidak memasukkan basmalah kedalamnya.
Sedangkan menurut Imam Syafi’I, surat Al-Fatihah berjumlah tujuh ayat. Apapun
perbedaan pendapat tersebut, kita tetap harus saling menghargai ya..
Surah yang turun di kota Mekah ini mendapat julukan induk atau ibunya
Al-Qur’an atau Ummul Qur’an karena surat Al-Fatihah merupakan induk dari
semua isi Al-Qur’an. Di dalamnya terkandung keimanan, hukum dan kisah-kisah.
Selain julukan sebagai Assab’ul Matsani, Ummul Qur’an surat Al-Fatihah
memiliki nama lain yaitu Al-Wafiyah (yang sempurna), Asy-Syafiyah (yang
menyembuhkan), dan Asy-Syifa’ (obat). Begitu banyak dan sangat indah
bukan nama lain dari Surat Al-Fatihah. Sehingga surat Al-Fatihah memiliki
keistimewaan seperti surat yang menjadi perantara doa ketika kita memiliki
hajat. Sudah tidak asing lagi, jika ada acara apapun atau doa apapun pasti
selalu dilantunkan surat Al-Fatihah. Keistimewaan kedua yaitu surat Al-Fatihah
adalah satu-satunya surat dalam Al-Qur’an yang menjadi syarat sah shalat, tidak
hanya menjadi syarat sah, namun juga menjadi rukun shalat. Keistimewaan ketiga,
surat Al-Fatihah sebagai perantara menyembuhkan penyakit dengan cara
menambahkan obat-obat herbal yang pernah dilakukan Rasulullah untuk mengobati
dirinya sendiri maupun orang lain. Keistimewaan keempat adalah surat Al-Fatihah
setara dengan sepertiga Al-Qur’an, sehingga siapa yang membaca surat Al-Fatihah
setara dengan membaca sepertiga Al-Qur’an.
Dari beberapa keistimewaan dari surat Al-Fatihah, dan sangat sering setiap hari kita membacanya, maka jangan biarkan khususnya keluarga kita bisa membaca surat Al-Fatihah dengan orang lain. Apalagi seorang anak, sebaiknya ibu yang mengajarkan surat Al-Fatihah kepada anaknya karena begitu besar amal jariyah yang didapatkan dengan mengajarkan surat Al-Fatihah ini. Sesuai hadist yang berbunyi “jika seorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim).
Dari hadist tersebut kita dapat
menyimpulkan bahwa, proses ketika seorang ibu mengajarkan surat Al-Fatihah
kepada anak sudah dihitung sebagai sedekah jariyah, sedangkan ketika anak sudah
tumbuh dan melantunkan surat Al-Fatihah, hal ini sudah terhitung sebagai ilmu
yang dimanfaatkan, dan ketika orang tua sudah dibimbing ilmu yang bermanfaat
sejak kecil, insyaallah seorang anak akan menjadi anak yang soleh solehah dan
doanya akan bermanfaat untuk kita kelak. Secara tidak disadari menagajari anak
surat Al-Fatihah sudah menadapat kebaikan tiga perkara sekaligus. Bukankah kita
akan rugi jika hal ini, anak kita memahaminya dari orang lain? Tapi apapun itu
orang tua pasti telah memberikan yang terbaik untuk anaknya, dan ikhtiar yang
berbeda tentu diberikan kepda orang tua untuk anaknya agar anaknya menjadi yang
terbaik.
Lalu, bagaimanakah cara orang tua memngajarkan surat Al-Fatihah kepada anaknya? Berikut cara dari saya, ketika hamil hendaklah kita selalu mengaji setiap harinya sebisa mungkin, dan setelah mengaji saya selalu meniup dan mengusapkan di perut dengan memohon doa kepada Allah, kemudian setelah anak lahir meski dari bayi selalu memperdengarkan ayat suci Al-Qur’an khususnya surat Al-Fatihah kepada anak setiap hari.
Sehingga anak akan terbiasa mendengar
lantunan ayat suci Al-Qur’an tersebut. Ketika anak beranjak tumbuh ucapkan
melalui lisan ketika kita sedang santai, anak bermain, atau menggantikan baju.
Dan jangan lupa ajak anak sholat berjamaah agar ia bisa mendengar terus
lantunan ayat suci Al-Qur’an khususnya surat Al-Fatihah.
Berbeda dengan anak, bagaimana jika kita mengajarkan surat Al-Fatihah kepada orang lain? Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadist yang berbunyi, “barang siapa menyeru kepada hidayah (petunjuk) maka ia mendapatkan pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim).
Dari
hadist tersebut dapat kita simpulkan bahwa, setiap amalan yang kita ajarkan
kepada orang lain maka kita akan mendapatkan pahala seperti orang yang kita
ajarkan. Kita bisa bayangkan, jika seseorang yang diajarkan membaca surat
Al-Fatihah dan mengamalkannya maka kita akan dialiri pahala. Lalu, apakah
pahala dari surat Al-Fatihah? Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
Rasulullah bersabda: “siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya
satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh
kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم
satu huruf akan tetapi Alif satu huruf , Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’ No. 6469).
Ketika kita telah mengetahui keistimewaan dan aliran amal jariyah yang
dilimpahkan tiada putusnya kepada kita ketika kita mengajarkan surat Al-Fatihah
baik kepada anak ataupun orang lain, seperti lima kali shalat dalam sehari, dan
sedikitnya tujuh belas kali surat Al-Fatihah ini dibaca kemudian setiap satu
hurufnya dinilai sepuluh kebaikan padahal surat Al-Fatihah terdiri dari 139
huruf. Belum jika mengerjakan hal yang sunnah lainnya, apakah kita akan menyia-nyiakan
amalan ini begitu saja? Semoga kita tergolong manusia yang mengikhtiarkan
mengajarkan surat Al-Fatihah dan kebaikan lain yang di Ridhoi Allah baik kepada
anak sendiri, keluarga, maupun orang lain.
Tambahkan Komentar