Mahasiswa STAINU Temanggung
Pulau Rinca, sebuah pulau kecil dekat Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Dengan keindahan dan keasrian alaminya pulau tersebut menjadi salah satu tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Ditambah lagi dengan masih banyaknya hewan liar seperti babi, kerbau, burung dan sebagainya. Akan tetapi yang menjadi pusat perhatian bukanlah itu, melaikan terdapat hewan langka dan satu-satunya di dunia, yakni komodo.
Memang komodo di pulau rinca hanya
beberapa karena yang paling banyak ada di Pulau Komodo itu sendiri. Yang
membedakan adalah ukuran komodo di Pulau Komodo lebih besar dibandinkan di
Pulau Rinca. Namun dikarenakan Pulau Rinca yang cukup dekat dengan destinasi
terkenal yaitu Labuhan Bajo di Flores. Maka tidak heran jika para pengunjung
lebih memilih ke Pulau Rinca.
Sebagai habitat asli dari komodo dan inti dari Taman Nasional Pulau
Komodo, Pulau Rinca dijaga dengan ketat oleh pemerintah. Besama dengan Pulau
Komodo, Pulau Padar, Gili Motang, pulau ini diterima sebagai Situs Warisan
Dunia UNESCO. Sementara Taman Nasional Pulau Komodo sendiri pada tahun 2009
dinobatkan menjadi finalis “New Seven
Wonders of Nature” dan bersaing dengan Hutan amazon, Teluk Halong, Air
Terjun Iguazu, Pulau jeju, dan Taman Nasional Pulau Komodo mendapatkan suara
terbanyak. Membanggakan bukan?
Siapa Diuntungkan?
Dengan sudah tersohornya Taman Nasional Pulau Komodo sampai kancah
internasional. Maka pemerintah berencana membangun komodo park. Tetapi, rencana
pemerintah membangun taman modern di Pulau rinca menuai polemik. Pasalnya dua
tahun sudah masyarakat Pulau Rinca menolak mentah-mentah rencana pemerintah. Tanpa
dibangun taman pun masyarakat menganggap para pengunjung lokal maupun
mancanegara datang ke pulau tak hanya ingin melihat naga satu-satunya di dunia
, melainkan juga inigin menikmati keasrian pulau tersebut.
Di sisi lain, pemerintah berencana membangun taman wisata yang modern
seperti layaknya film ”Jurassic Park”. Sebuah taman dengan fasilitas modern
untuk kepentingan masyarakat dan para wisatawan. Dengan adanya fasilitas yang
memadahi akan lebih menarik serta meningkatkan pengunjung untuk datang. Dengan
meningkatnya wisatawan bukan tidak mungkin kesejahteraan masarakat Pulau Rinca
akan lebih terdongkrak.
Penolakan masyarakat Pulau Rinca sepertinya tidak membuahkan hasil.
Sebab dua bulan terakhir ini pemerintah sudah memulai membangun taman modern di
pulau tersebut. Namun dengan lalu lalang truk dan alat berat di Pulau Rinca
selama dua bulan, baru-baru ini media sosial dikejutkan dengan adanya foto
seekor komodo menghadang sebuah truk yang sedang melintas. Kejadian itu seakan
menjadi bukti bahwa tidak ada izin dari penghuni asli Pulau Rinca, yakni
komodo. Kemungkinan komodo terusik dengan bunyi-bunyi asing.
Jika dilihat dari foto tersebut, seakan mengisyaratkan bahwa komodo
sejalan dengan masyarakat tentang penolakan pembangunan taman modern. Dengan
dibangunnya taman modern justru akan menghilangkan keaslian, kearifan,
kealamian dari Pulau Rinca. Belum lagi dengan dampak lingkungan yang
memungkinkan mengalami peningkatkan. Bertambahnya pengunjung sama halnya
menambah pencemaran lingkungan. Seperti jumlah sampah yang pasti akan melonjak.
Permasalahan ini perlu diperhatikan dengan baik. Jika tidak, bukan tidak
mungkin naga satu-satunya di dunia mengalami penurunan jumlah.
Sayangnya permerintah justru menganggap kejadian itu biasa saja. Bahkan pererintah sudah menyiapkan strategi supaya komodo tidak lagi berada di kawasan yang akan dibangun. Seperti pembuatan pagar sementara dengan tujuan komodo tidak menganggu jalannya proyek.
Hal ini sekan mengusir habitat asli Pulau
Rinca meski bersifat sementara. Pemerintah juga meyakinkan bahwa proyek taman
modern sebagai penataan menyeluruh Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
Labuhan Bajo di Nusa Tenggara Timur dengan tujuan melindungi Taman Nasional
Komodo sebagai Situs Warisan Dunia UNECO.
Namun apapun tujuan pemerintah membangun taman modern tidak digubris
masyarakat. Pasalnya pro kontra mengenai pembangunan taman modern sepertinya
masih berlanjut. Bagi yang setuju pasti beranggapan bahwa itu cara tepat
meningkatkan perekonomian, sebaliknya tak sedikit masyarakat yang sangat
menyayangkan tetap dilakukan pembangunan
dikawasan konservasi yang selama ini dijaga ketat. Tidak hanya itu, dengan
hebohnya tersebut warganet sampai membuat petisi yang ditujukan kepada Presiden
Joko widodo dengan isi menolak pembukaan lahan di Taman Nasional Komodo.
Lalu siapa yang diuntungkan dalam pembangunan taman modern ini? Boleh
jadi dengan dibangun taman modern perekonomian masyarakat sekitar meningkat.
Bisa saja para wisatawan tertarik kemudian datang dan merasa puas. Atau para
investor asing yang memang paling diuntungkan? Ini cerita tentang kerakusan
manusia merusak alam, bukan hanya merampas hak masyarakat sekitar yang jelas-jelas
menolak, akan tetapi juga merampas hak hewan purba yang ingin hidup di habitat
aslinya.
Kenapa tidak mencoba tetap dengan keasrian dan kealamian. Wisatawan
tetap bisa menikmati tanpa merugikan habitat dan penghuninya. Sebab ini bukan
soal investasi yang mengiurkan dan fasilitas mewah. Namun tentang bagaimana
menjaga komodo tidak punah. Bukan tentang meningkatkan ekonomi, tetapi yang
juga tidak merusak habitat asli. Satu-satunya yang diuntungkan hanyalah
manusia.
Jika pemerintah berani menjamin meningatkannya ekonomi dan sumber daya
manusia, apakah pemerintah berani pula menjamin komodo tidak terganggu bahkan
sirna?
Tambahkan Komentar