Ende, Harianguru.com - Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAINU Temanggung Hamidulloh Ibda, didapuk Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kemenag RI mengisi kegiatan “Pelatihan Guru dan Tendik di Daerah 3T” yang diselenggarakan pada tanggal 28 November 2020 sampai 1 Desember 2020 di Syifa Hotel Jl. Gatot Subroto KM3, Kel. Mautapaga, Ende Timur, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 


Pihaknya berkesempatan menyampaikan materi bertemakan "Membangkitkan Gerakan Literasi di Madrasah dalam Pengembangan Diri Guru melalui Forum Kerja Guru di Daerah 3T" pada Ahad (29/11/2020).


Dalam materinya, ia menjelaskan best practice Gerakan Literasi Madrasah yang dilakukan di Jawa Tengah. Menurut dia, literasi adalah perintah Allah pertama kali yang sudah ada di Alquran pada surat Al-Alaq. "Namun harus kita pahami, literasi saat ini harus bergeser. Jika dulu paradigmanya adalah literasi lama saja yaitu membaca, menulis, berhitung, kini kita harus melakukan literasi baru yaitu literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia," beber penulis buku Konsep dan Aplikasi Literasi Baru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 tersebut dalam siaran pers yang diterima Hariantemanggung.com.


Jika diterjemahkan, maka ada beberapa jenis karya yang dapat dikembangkan di madrasah. "Ada empat jenis karya yang harus diperkuat di NTT ini. Mulai dari karya tulis jurnalistik, karya tulis ilmiah, karya sastra dan karya digital," beber penulis buku Dosen Penggerak Literasi tersebut.


Dijelaskannya, bahwa skema gerakan literasi yang dapat dilakukan di MI, MTs, MA di NTT dapat dilakukan melalui empat pola. "Yaitu pendidikan-pembelajaran, pembiasaan-pembudayaan dan keteladanan," beber Kabid Bidang Media Massa, Hukum, dan Humas FKPT Jateng tersebut.


Beberapa best practice yang ia sampaikan mulai dari pembiasaan-pembudayaan tradisi Islam Wasatiyah seperti membaca aqoid 50, selawat Nabi, asmaul husna, hafalan surat pendek, burdahan dan lainnya sebagai pengganti kegiatan 15 menit membaca sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.


"Madrasah juga perlu mendirikan Lembaga Pers Siswa, media menulis siswa, membuat mading, buletin, tabloid, majalah. Juga perlu membuat media ilmiah penerbit dan percetakan buku, jurnal ilmiah, dan perlu juga menguatkan karya digital seperti pembuatan meme dan video pembelajaran di Youtube," papar Pengurus LTN NU Temanggung tersebut.


Selain itu, skema rencana tindak lanjut juga ia buat. Mulai dari pendidikan-pembelajaran, penerbitan-percetakan, perlombaan. "Forum KKG dan MGMP harus menjadi wadah meningkatkan profesionalisme guru baik secara kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, maupun profesional. Khususnya pada aspek pengembangan diri dan pengembangan keprofesian berkelanjutan," papar penulis buku Sing Penting NUlis Terus tersebut.


Pihaknya juga siap mendampingi Forum KKG dan MGMP di NTT dalam melakukan pendidikan dan pelatihan. Mulai dari diklat karya tulis jurnalistik, diklat karya tulis ilmiah, diklat karya sastra dan diklat karya digital.


"Sesuai yang sudah ada pada form rencana tindak lanjut, segera lakukan analisis SWOT potensi dan sumber daya yang ada untuk menerapkan gerakan literasi madrasah di daerah 3T. Saya yakin akan berbeda. Sekali lagi, tidak semua konsep atau program literasi yang saya sampaikan ini dapat diterapkan. Maka harus menyesuaikan dengan local knowledge (pengetahuan lokal), local genius (kecerdasan lokal), dan local wisdom (kearifan lokal) di masing-masing madrasah," kata penulis buku Media Literasi Sekolah tersebut.


Inti dari literasi, kata dia, harus melakukan tiga pilar. "Kalau menurut Phoenix, ada tiga pilar literasi yaitu membaca, menulis dan mengarsipkan. Sudah saatnya madrasah di NTT ini menjadi pelopor literasi," beber penulis buku Siapkah Saya Menjadi Guru SD Revolusioner tersebut. (Htm12).

Bagikan :

Tambahkan Komentar