Oleh : Fatikhatul Muawanah

Mahasiswa PAI di STAINU Temanggung

Dunia dikejutkan dengan mewabahnya penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama corona atau dikenal dengan istilah covid-19 (Corona Virus Diseases-19). Sebuah virus yang disinyalir berasal dari kota Wuhan, Tiongkok yang mulai mewabah pada akhir tahun 2019. Saat ini telah menjadi pandemi global dan hampir menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan waktu yang relative sangat cepat dan juga sulitnya mendeteksi orang yang terpapar, karena masa inkubasi atau biasa kita sebut dengan karantina virus ini kurang lebih 14 hari, menjadi penyebab banyaknya korban yang berjatuhan. Tercatat jutaan manusia di seluruh dunia telah terpapar virus ini bahkan puluhan ribu dinyatakan telah menjadi korban meninggal. Tidak terkecuali negara kita Indonesia

Maret 2020 terkonfirmasi menjadi awal penyebaran virus corona atau covid 19 di Indonesia. Rumitnya penanganan wabah ini membuat pemerintah menerapkan kebijakan ketat untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Salah satunya kebijakan pembatasan interaksi sosial atau biasa kita sebut dengan social distancing, menjadi pilihan berat yang harus diambil dan tentunya kebijakan ini akan memberikan dampak pada segala aspek kehidupan.

Hingga kini, selain kebijakan social distancing berbagai upaya penanggulangan dilakukan pemerintah untuk meredam dampak dari pandemi di berbagai sektor. Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan. Sektor ekonomi, sosial, bahkan termasuk bidang pendidikan juga terkena dampaknya, yang mana hampir seluruh pelajar diberbagai penjuru di wilayah Indonesia melakukan pembelajaran dari rumah hingga batas waktu yang tidak ditentukan sampai keadaan semakin membaik. Semua instansi pendidikan menerapkan pembelajaran online (daring) dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan terkait penyebaran virus corona. Sesuai dengan Surat Edaran Kemendikbud Nomor 15, Tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan dari rumah antara lain, memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama pandemi, melindungi warga satuan pendidikan, mencegah penyebaran dan penularan covid-19, dan memastikan pemenuhan dukungan psikologi bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali.

Dengan dikeluarkannya Surat Edaran tersebut, pemerintah meliburkan atau memindahkan proses pembelajaran tatap muka langsung di sekolah menjadi pembelajaran online atau daring di rumah, Agar tak disalahartikan sebagai hari libur, siswa pun diberi tugas-tugas pembelajaran agar mereka tetap dalam suasana belajar. Namun, tak bisa dipungkiri kebijakan tersebut membuat kelimpungan banyak pihak. Terutama pada siswa dan orang tua siswa. Biasanya mereka bisa bertatap muka dengan gurunya dalam pembelajaran. Sementara karena hal ini, mereka harus belajar dengan sistem Daring (Dalam Jaringan) dan dengan setumpuk tugas yang mereka dapatkan dari guru tanpa diberi contoh dalam pengerjaannya. Belum lagi jika ada orang tua siswa yang Gagap Teknologi (GAPTEK) akses jaringan yang sulit dan berbagai kendala lain yang tentunya dapat menghambat jalannya kegiatan belajara mengajar melalui daring. Maka dari itu peran orangtua menjadi sangat penting dalam hal ini.

Pentingnya Parenting Bagi Orang Tua Dalam Pembelajaran Daring

Apa makna parenting? Parenting adalah ilmu tentang mengasuh, mendidik dan membimbing anak dengan baik dan benar. Orang tua adalah sekolah mendasar anak anaknya, oleh karena itu menjadi orang tua harus memiliki ilmu. Banyak orang terdahulu berkata untuk mengasuh anak tidak perlu pendidikan. Ini adalah sebuah ungkapan salah besar, siapa bilang mengasuh anak tidak membutuhkan pendidikan? Untuk dapat membentuk anak menjadi anak yang berkarakter, percaya diri, serta mandiri pastinya dibutuhkan sebuah ilmu.

Orang tua diharapkan memahami betapa pentingnya dukungan dan peran mereka sangat sangat dibutuhkan anak-anak dalam proses pembelajaran setiap hari. Kondisi darurat yang menjadi seperti “gerakan serentak” ini pun diharapkan akan menyadarkan orang tua akan perannya dalam mendampingi, membimbing, dan mengarahkan anak-anak mereka dalam penyelesaian proses pembelajaran. Mereka juga “dipaksa” mengenal lebih dekat lagi sikap dan karakter anak mereka.

Selain itu, kemampuan membagi waktu dan menyelesaikan masalah secara tepat juga menjadi efek keberhasilan terhadap tugas yang diberikan oleh sekolah. Masih banyak lagi sifat karakter anak yang mungkin belum diketehui orang tua kemudian akan tampak pada saat pengerjaan tugas tersebut. Dari kondisi ini, diharapkan akan dipahami bersama pentingnya pendidikan diawali dari keluarga sebagai tempat pertama dalam pembentukan karakter anak. Orang tua dan lingkungan adalah sekolah pertama yang dikenal oleh seorang anak.

Dari sini pula diketahui pentingnya sinergi antara orang tua dan pihak sekolah. Karena itu, kiranya proses pendidikan orang tua (education parenting) perlu benar-benar dijadikan program kerja sama yang nyata antara sekolah dan orang tua. Tujuannya adalah, Pertama, meningkatkan kesadaran orang tua agar tidak lagi asalasalan dalam memberikan pengasuhan. Kedua, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam hal pengasuhan sesuai dengan karakter, usia, dan perkembangan anak. Ketiga, mempertemukan kepentingan dan keinginan antara keluarga dan pihak sekolah.

 

Sebagian orang tua mungkin ada yang merasa cukup kewalahan karena harus tetap bekerja dari rumah sembari mengasuh anak-anak. Hal ini bisa saja terjadi sejak pemerintah mengimbau agar masyarakat tetap di rumah serta meliburkan sekolah akibat pandemi. Tidak hanya orang tua saja yang bisa merasa stres, anak pun dapat merasa stres karena larangan keluar dari rumah untuk bermain dan berkumpul bersama teman sebayanya. Sehingga orang tua harus memutar otak agar si anak tidak merasa bosan karena kondisi saat ini.

Dilihat dari hal positifnya sebenarnya saat-saat pandemi ini orang tua justru memiliki lebih banyak waktu bersama anaknya. Dengan memanfaatkan waktu lebih seperti ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk dekat dan mengenal lebih jauh tentang anaknya.

Lalu, Bagaimana Pengasuhan Bisa Berjalan Normal Selama Pendemi Virus Corona Ini Masih Melanda? Dan Bagaimana Para Orang Tua Dapat Membantu Mereka Belajar?

Para orang tua perlu memahami bahwa meski di rumah, anak mereka tetaplah harus konsentrasi pada proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Di sinilah dukungan dan pengertian para orang tua sangat dibutuhkan. Dari sini juga akan diketahui bagaimana seharusnya orang tua memberikan pendidikan kepada anak sekaligus memahami apa saja yang menjadi tugas para guru. Karena itu, orang tua juga perlu mendampingi bagaimana anak mereka dalam belajar.

Meskipun penting untuk mengikuti pekerjaan rumah apa pun yang diberikan oleh sekolah selama pembelajaran, baik online atau di atas kertas, lebih penting lagi untuk menjadikannya sebagai rutinitas. Mintalah mereka (anak) bangun pada hari yang sama Senin hingga Jumat, dan pertahankan waktu tidur seperti hari-hari sekolah. Tetapkan jadwal kapan mereka akan membaca, kapan mereka akan melakukan matematika, kapan mereka akan memiliki waktu luang, makan dan aktivitas fisik. Dan meskipun banyak anak-anak perlu meluangkan waktu di layar komputer untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, cobalah untuk membatasi paparan. Jangan biarkan anak hanya menonton televisi atau gawai selama sekolah ditutup. Dalam hal belajar, biarkan anak-anak mengajari orangtua keterampilan yang telah mereka kuasai di sekolah, atau cari permainan atau kegiatan langsung lainnya untuk jeda sebentar dari pembelajaran online.

Lantas bolehkah mereka bermain dengan teman-temannya? Dalam kasus virus corona, kebanyakan anak-anak adalah pembawa virus bagi orang dewasa, baik tanpa gejala atau hanya menunjukkan gejala yang sangat sedikit. Tetapi mereka dapat menularkan virus ini ke orang dewasa dengan mudah. Jadi, sebaiknya anak tidak bermain dulu bersama teman-temannya selama pandemi. Namun kegiatan di luar ruangan di mana tidak banyak peralatan atau kontak dengan yang lain juga perlu dilakukan, agar anak tidak merasa bosan selama di rumah. Sembari terus memberikan pemahaman pentingnya untuk menjaga kebersihan dan kesehatan dengan rajin mencuci tangan dan memakai masker saat bepergian.

Kesimpulannya adalah orang tua bukanlah semata-mata sosok yang hanya berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan material anak. Kebutuhan immaterial dalam hal ini pendampingan dan pengawasan kepada anak juga harus mendapatkan porsi yang sama, bahkan lebih, apalagi ditengah pandemi seperti saat ini. Sebab, tanpa pendampingan yang selayaknya dari orang tua, maka hasil pendidikan dari bangku sekolah tidak akan berbekas dan bermakna dalam kemasyarakatan. Pengawasan dan pengendalian anak usia sekolah sangatlah membutuhkan peran orang tua. Sebab, kemampuan akademis yang mencakup seluruh aspek karakter bahkan jiwa dan raga, tidaklah semata-mata tanggung jawab sekolah (guru). Dan ini menjadi kunci bagi keberhasilan peserta didik atau anak-anak kita kelak menjadi SDM yang lebih unggul.

 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar