Oleh Intan Nasution

Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung.

 ”Ha Memper” merupakan satu dari sekian banyak logat khas Temanggungan yang sedang Trending baru-baru ini, baik di kalangan remaja maupun dewasa bahkan sampai dengan anak kecil. Istlah “Ha Memper” awal mulanya hanya logat biasa yang sering diucapkan oleh orang dewasa tulen (Mbah-Mbah), yang sekarang menjelma menjadi bahasa yang dijadikan Guyonan dan di gemari masyarakat luas.

Kabupaten Temanggung, merupakan sebuah kabupaten yang berada diantara dua gunung yakni gunung sindoro dan gunung sumbing. Dimana kabupaten yang sangat terkenal dengan cirri khasnya yaitu Tembakau dan kopi. Disamping terkenal dengan hasil kekayaan tembakau tadi, kabupaten Temanggung juga kental dengan bahasa-bahasa yang unik dan asing bilamana didengar.

Bahasa yang dimaksud yakni seperti judul diatas “Ha Memper”, tidak hanya itu adapun bahasa-bahasa lainnya, “Haiyo Karang Ya Wo, Cis-Cisan, Ndak Iyo Ya Wo, E Ha Memper, Ndengaren”. Jika diteliti dan dipelajari kembali banyak sekali bahasa-bahasa asli pribumi Temanggung yang asing dan otomatis menjadi pendeteksi manakala orang-orang Temanggung berada dalam suatu tempat. Selain produksi tembakau, dan juga bahasa, adapun umpatan-umpatan yang tidak kalah menarik, khas orang Temanggungan.

Sikak, Thelo,Jidor, Sikem, Bajingan, Celeng, Kemen”, umpatan yang semacam inilah yang juga menjadi ciri khas masyarakat Temanggung dalam berdialog. Terlebih bagi orang yang berwatak antagonis, dengan mudahnya akan melemparkan umpatan-umpatan tadi tanpa berpikir panjang. Namun berbeda dengan masyarakat dengan watak protagonist tentu akan merasa makjlep sakit hati apabila berhadapan dengan orang yang seketika mengucapkan bahasa atau umpatan tadi.

Sebenarnya, sebagai manusia wajib hukumnya mempelajari keragaman bahasa, agar supaya dalam suatu tempat kita tidak kaget dengan keadaan/ suasana yang bersamaan dengan kita. Agar tidak mudah menjustivikasi seseorang dengan bahasa yang sedemikian tersebut, serta mampu menghargai adanya perbedaan atau keragaman bahasa setiap daerah.

Dari sekian bahasa dan umpatan yang penulis katakana tadi, ada satu bahasa yang baru-baru ini menjadi perbincangan dan Trending di masyarakat luas. “Ha Memper”. Sebuah kata yang sulit dicerna, dimana kata yang bersifat bahasa jawa namun bermakna. Dan tidak semua orang suka padanya. Terkadang pun orang memandangnya sebagai umpatan yang tidak bermakna dan mengundang dosa.

Istilah “Ha Memper” berasal dari bahasa jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kata “Ha” dan “Memper”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Ha” berarti setuju atau membenarkan dan “Memper” yang berarti sebenarnya atau benar-benar. Jadi pengertian dari “Ha Memper” merupakan sebuah kalimat yang menyatakan persetujuan atau membenarkan.

Logat tersebut lebih sering diucapkan oleh pribumi Temanggungan yang terbentuk dalam persatuan Ghibah ibu-ibu di setiap daerah di kabupaten Temanggung, utamanya yang masih berada di pedesaan dan pegunungan. Tidak hanya persatuan Ghibah bahkan Mbah-mbah karena asal mulanya logat ini adalah dari nenek moyang mereka yang turun dari generasi ke generasi.

Selama ini logat tersebut belum Kondang/Masyhur seperti sekarang. Belakangan ini salah satu warga dari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yang lebih tepatnya Desa Dangkel yakni Ananda Joko membuat video tentang bahasa Temangungan berdurasi sekitar 30 detik. Dari video ini seketika Joko bersama videonya ramai diperbincangkan mulai dari Whatsap, Twitter, Fachebook, bahkan Instagram.

Alhasil nama joko pun tersohor dan populer di kalangan masyarakat luas. Tidak hanya itu penggunaan kata “Ha Memper” juga tidak kalah Kondang , selain digunakan Guyonan kata ini juga mengangkat nama sekaligus masuk dalam aset kebudayaan kabupaten Temanggung. Bahasa bukanlah suatu pemecah bangsa, namun bahasa merupakan pemersatu bangsa. Pelajari bahasa agar kita dapat menghargai sesamanya.

“Ha Memper ya Wong Temanggung Sugih Budaya”

Terimakasih….

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar