Oleh Muhammad Syauqy Numan
Mahasiswa semester 3 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam MalangKetua PAKPT IPNU  RADEN RAHMAT UNISMA

Seperti burung yang terbang lepas bebas dari sangkarnya yang sudah membelenggunya beberapa tahun.Ibarat ini mungkin sangat cocok diibaratkan untuk seorang pelajar dikalangan santri ketika detik detik mereka lulus dan pulang setelah beberapa tahun mencari ilmu agama untuk persiapan mereka dimasa depan. Melihat peristiwa seorang santri yang sudah pulang setelah mereka diwisuda merupakan kebahagian tersendiri. Mereka akan menghadapi dunia yang sesungguhnya di dunia luar dengan tantangan arus globalisasi yang terus menggerus.

Namun, dalam berbagai aspek kita juga perlu mengetahui apakah seorang santri yang mungkin menjadi seorang yang dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya atau malah mereka terlarut dan terlena atas kehidupan barunya. Fenomena ini sangat sering terjadi di kalangan santri dikalangan mahasiswa di perguruan tinggi . Mungkin bagi mereka ketika sudah menginjak pendidikan di dunia perkuliahan setelah mencari bekal ilmu agama di penjara suci selama 3 sampai 6 tahun.

Dirasa ilmu yang sudah didapatkan selama beberapa tahun sangat menancap dan juga sangat menguasai di benak diri masing masing. Santri dikalangan mahasiswa tidak hanya dihadapkan oleh persoalan agama namun juga masalah idealisme dan pluralisme yang lebih kompleks. Sebagian santri mungkin lebih memilih nyantri sambil kuliah karena dirasa ilmu yang didapatkan masih kurang. Selain itu untuk mencari sebuah barokah dan sanad keilmuan nya dari kyai.

Tentunya mereka lebih mudah untuk meneruskan dan mengamalkan apa yang didapatkan di pesantren mereka sebelumnya karena pada dasarnya mereka dalam ruang lingkup yang sama. Hal ini mungkin sangat berpengaruh dalam cara hidup yang menjunjung nilai luhur pesantren kesederhanaan, akhlak, tata krama yang tentunya juga sangat mempengaruhi mereka ketika berinteraksi di dunia kampus.

Sedangkan sebagaimana semestinya tentunya ada juga smiebagaian santri yang telah lulus lebih memilih hanya melanjutkan pendidikan formal di kampus belaka. Dikarenakan alasan kesibukan tugas, pola kehidupan yang sangat berbeda dibandingkan di dunia pesantren, ataupun prioritas dalam mengejar mimpi mereka dengan jalur pendidikan formal saja. Tentunya mereka memiliki tanggung jawab yang lebih dibandingkan santri yang masih belajar di pondok pesantren sambil kuliah, karena pada dasarnya mereka didorong lebih mampu untuk mengamalkan apa yang mereka dapatkan sebelumnya di dunia pesantren.

Pola kehidupan yang sangat berbeda inilah yang memang menjadi tantangan baru bagi mereka apakah mereka dapat mempertahankan jiwa santrinya atau malah terhanyut dalam  gemerlap kehidupan luar. Mulai dari pengaruh teman dan lingkungan  secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Namun pada kenyataannya tidak banyak mereka yang dapat melewati hal tersebut.

Bahkan justru tidak sedikit yang hanyut dalam dunia luar yang lebih nyaman karena dirasa lebih bebas dan tanpa batas. Hal yang sangat miris adalah terkadang nilai nilai luhur pesantren yang didapatkan selama tidak kurang dari 3 tahun seakan hilang begitu saja bahkan mirisnya sebagaian orang justru malu menampakan latar belakang dari dunia pesantren. Ironis memang tapi inilah yang terjadi di kalangan santri yang berada di dunia perguruan tinggi

Pada dasarnya mimilih melanjutkan ataupun tidak jenjang pendidikan pesantren di dunia perguruan tinggi adalah hak prerogatif masing masing. Tidak mudah memang membuat keputusan tersebut harus diambil dengan matang dan penuh perhitungan.

Ada baiknya ketika santri lebih memilih melanjutkan pendidikan pesantren nya tanpa meninggalkan pendidikan formalnya. Namun tidak salah juga memang untuk mereka yang lebih memilih melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi saja tetapi jangan sampai nilai nilai pesantren yang didapatkan seolah sirna dengan kehidupan luar yang bebas.

Bagikan :

Tambahkan Komentar