Oleh
: Nahdiyatul Mustahfiroh
Mahasiswi
Prodi PGMI STAINU Temanggung
Identitas
Buku
Judul : Filsafat Pendidikan Islam
Penulis : Drs. Hasan Basri,M.Ag.
Editor : Drs. Maman Abd. Djaliel
Penerbit : CV Pustaka Setia
ISBN : 978-979-730-726-4
Tahun Terbit : 2009
Cetakan : Ke III, Maret 2017
Tebal : 252 hlm.; 16 x 24 cm
Ilmu pengetahuan ditanamkan sejak dini
oleh Allah kepada manusia. Bayi yang baru dilahirkan telah memiliki pengetahuan
tentang Tuhan dengan fitrahnya, pengetahuan dengan pendengaran dan perasaannya.
Sekalipun demikian, semua potensi akal manusia harus terus dikembangkan melalui
pendidikan yang berkarakter, artinya pendidikan yang mengikuti perkembangan dan
kebutuhan manusia sebagai makhluk yang kreatif dan dinamis. Salah satu caranya
adalah dengan pendekatan filsafat. Lalu bagaimana dengan pemikiran para ahli
filsafat Islam mengenai pendidikan?
Imam al Ghazali membagi metode perolehan
ilmu menjadi dua, yaitu metode pengajaran manusia (ta’allum insani) dan metode pengajaran
dari Tuhan (ta’allum rabbani). Ta’allum insani merupakan metode yang biasa
digunakan di sekolah formal dna nonformal, yang mengandalkan informasi
interpersonal dan interaksi sosial. Adapun ta’allum rabbani merupakan metode
pengajaran yang melibatkan komunikasi manusia dengan Allah. Salah satu caranya
adalah dengan tafakkur. Aktifitas tafakkur akan mendatangkan ilham dari Tuhan.
Menurutnya, kedudukan ilham kalau diparalelkan dengan wahyu adalah sama. Hanya
saja wahyu untuk nabi dan rasu, sedangkan ilham untuk wali dan orang-orang
pilihan-Nya.(hlm.224)
Ibnu Maskawayh memandang bahwa
pendidikan akhlak harus ditanamkan sejak usia dini karena perkembangan mental
anak berevolusi, berkembang menuju kesempurnaan, menyimpan pesan-pesan masa
lalu dan merasuk ke dalam jiwa berpikir. Oleh karena itu, pendidikan bukan
semata-mata memperdalam ilmu pengetahuan berpikir, lebih jauh dari itu, dikaji
secara mendalam tentang pengaruh ilmu pengetahuan terhadap etika dan akhlak
masyarakat.(hlm.231)
Pandangan Ibnu Khaldun tentang
pendidikan berpijak pada statemennya yang menegaskan bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna. Kesempurnaan manusia dicirikan oleh akalnya yang
berfungsi memikirkan segala sesuatu, merekayasa sesuatu, dan bahkan
meningkatkan rasa iman kepada Allah. Ibnu Khaldun ini adalah konseptor pertama
historiografi dan filsafat sejarah, sehingga ia berpendapat bahwailmu
pengetahuan hanya tumbuh dalam peradapan dan kebudayaan yang berkembang pesat.
Perekmbangan kebudayaan sangat bergantung pada cara berpikir masyarakat,
sedangkan perkembangan dan kemajuan pemikiran masyarakat bergantung pada
pendidikannya.(hlm.232-233)
Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara.
Ia inigin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut
tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali
hidup menurut tuntunan Alquran dan Hadis.(hlm.235)
Rahmah El-Yunusiah sebagai sosok
perempuan yang memandang ilmu pengetahuan sebagai bagian yang sangat penting
bagi kehidupan perempuan. Pendidikan bagi perempuan akan membebaskan jiwa dan
pikirannya dari belenggu kebodohan. Laki-laki dan perempuan diberi hak yang
sama dalam mencari ilmu, hukum mencari ilmu wajib bukan hanya untuk laki-laki,
tetapi juga untuk perempuan.(hlm.241)
Sedangkan menurut Abdul Halim pendidikan
bukan hanya penyampaian materi pengetahuan saja, tetapi perlu juga pemberian
bekal keterampilan kepada anak didik, agar kelak mereka hidup mandiri tanpa
harus bergantung pada orang lain.(hlm.244)
Kelebihan
Buku
Buku ini ditulis dengan bahasa yang
mudah dipelajari, sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi pembacanya.
Kekurangan
Buku
Kualitas penjilidan buku tergolong
rendah, tidak rapi, dan lembaran buku mudah sobek. Selain itu ada bagian yang
tidak terpotong sama.
Tambahkan Komentar