Oleh : Nanik Nurida Utami
Mahasiswi STAINU Temanggung

Indonesia yang saat itu sedang dijajah oleh Belanda dan Jepang mengalami pasang surut dalam pergerakannya dibidang pendidikan.mengamati perkembangan pendidikan di Indonesia, sudah sangat patut diacungi jempol meskipun masih ada segelintir warga yang karena jarak dan kondisi daerahnya tidak terjamah oleh pendidikan namun masih ada guru yang memperjuangkan mereka dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan menempuh jarak yang sangat jauh demi menjangkau siswa-siswinya walau dengan kondisi yang kurang layak namun mereka tetap berjuang mentransfer ilmu yang mereka miliki.

Menjadi Guru
Bicara soal guru, bagi saya  “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Jasanya mengubah seseorang dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu, terkadang bahkan tak sebanding dengan penghasilan yang mereka terima. Walaupun gaji yang diberikan kepada guru dari tahun ke tahun terus naik namun tetap saja masih ada guru yang mendapatkan gaji sesuai dengan jasanya, terutama guru honorer. Saya amat salut dengan mereka barisan rapi para guru honorer. Dibalik itu semua, terimakasih kepada pemerintah yang hingga detik ini terus memperhatikan nasib guru honorer Indonesia.

Menjadi seorang guru adalah sebuah cita-cita yang luhur karena guru merupakan ujung tombak dalam menciptakan generasi penerus bangsa. Banyak guru honorer yang tidak digaji menetap oleh pemerintah selayaknya PNS  yang rela menghabiskan waktu dan sisa hidupnya untuk membagikan ilmunya kepada siswa-siswinya, bahkan banyak pula guru honorer yang hidup tak layak sebagaimana kehidupan yang selayaknya untuk ukuran manusia, ada yang hanya memiliki rumah beralaskan tanah berdindingkan papan, beratapkan rumbia.

Sebagai pahlawan dengan jasa yang terbilang “gaib”, mestinya para guru di Indonesia dapat hidup sejahtera dan selalu disejahterakan, terutama oleh para pencetus kebijakan yang selama ini sudah menikmati gaibnya jasa guru. Kemajuan pendidikan di Indonesia tentulah tidak dapat diremehkan, buktinya sudah banyak generasi muda yang berhasil meraih medali atas prestasi karena pendidikan dan seluruhnya adalah berkat jasa seorang guru. Dalam kenyataan ini guru memang benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa, yang tanpanya kita tidak bisa menjadi apa-apa.

Menjadi guru adalah menjadi suluh ditengah gelapnya malam. Pekerjaan yang bertaburan makna entah mengapa saya dulu langsung memilih pekerjaan ini selepas menempuh pendidikan jenjang (SMA) Sekolah Menengah Atas. Pokoknya mantap saja. Saya juga tidak tau bagaimana nasib menjadi guru nantinya. Padahal hingga saat ini tak ada satupun darah keturunan guru dari kedua orang tua saya. Beberapa tahun belakangan setelah saya menjadi guru kemudian saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya dengan memilih fakultas yang sesuai dengan pekerjaan saya, yakni Program Pendidikan Keguruan.

Menjadi guru sesungguhnya adalah pilihan hidup yang mulia. Tidak akan cukup ruang yang singkat ini untuk merinci satu demi satu, jika kita ikhlas mengajar maka akan ada amal kebaikan yang tidak ada putusnya, dan surga akan menjadi tempat kembali satu-satunya. Apa lagi yang lebih menggiurkan dari janji surga yang telah di janjikan.

Setelah beberapa tahun kemudian banyak masalah yang muncul, ditambah lagi dengan pendidikan yang sedang saya lakukan pastinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit bukan ? belum lagi kita hidup membutuhkan makan minum, bisa menikmati liburan atau plesiran sampai ke manca negara. Minimal bisa naik haji tanpa harus menunggu tua dan penyakitan. Banyak teman-teman saya yang mengatakan bahwa “hidup harus realistis”.

Lalu bagaimana agar tetap bisa menjadi guru yang sukses dua-duanya? Seperti doa yang tak pernah lalai saya panjatkan, seperti mimpi-mimpi saya semasa waktu remaja. “dunia baik, akhirat juga baik”. Saya sering berdiskusi dengan diri saya sendiri bahwa bukan menjadi guru yang dapat membuat kita kaya, tetapi pilihan hidup yang diputuskan oleh hati. Mencintai pekerjaan, menjadikan mengajar sebagai panggilan jiwa serta memenuhi kewajiban terhadap sesama bahwa barang siapa memiliki ilmu maka wajib hukumnya untuk memberikan ilmunya kepada orang lain, dengan demikian ilmu yang kita miliki akan menjadi manfaat hingga ke akhirat.

Kembali ke pertanyaan awal, yaitu bagaimana agar kita bisa sukses menjadi guru dengan menjadi seorang pengusaha? Dan dari sini lah kita akan mengulas kembali tentang apa motivasi kita menjadi seorang guru? Ini pertanyaan penting dan jawaban  harus keluar dari lubuk hati yang sangat dalam.

Tanpa basa-basi.
Setelah saya amati dari beberapa teman saya, ada dua motivasi yang menggerakkan mereka untuk menjadi seorang guru yaitu motivasi yang datang dari dalam diri mereka sendiri dan motivasi yang datang dari luar yaitu dari lingkungan mereka tinggal. Namun hanya ada beberapa rekan saya yang mendapatkan motivasi dari dalam diri mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka mendapat motivasi dari lingkungannya dengan iming-iming bahwa menjadi guru adalah langkah mudah yang dapat menjadi cepat kaya.

Padahal seseorang yang bekerja hanya untuk uang performanya tidak lebih baik atau lebih buruk dari pada oleh seseorang yang bekerja dari hati. Artinya keputusan memilih profesi berangkat dari hati yang paling dalam, istilahnya  menjadi guru adalah panggilan jiwa, bukan karena ikut-ikutan atau coba-coba untuk sekedar batu loncatan saja. Sehingga, sebuah pilihan yang dibarengi dengan pemahaman bahwa setiap pilihan pasti memiliki sebuah konsekuensi.

Jika motivasi sudah dimiliki oleh seorang guru, maka mereka akan benar-benar paham bahwa menjadi guru itu memang mulia tetapi juga berat. Gaji kecil, kerjaan tanpa henti. Banyak tuntutan dan tekanan dari sana-sini. Tak hanya mengajar tetapi juga mengerjakan administrasi. Ibarat menikahi seorang gadis, yang harus diterima secara utuh, tak hanya cantiknya  tapi juga sisi cerewetnya. Satu paket. Deal !! ketika kita sudah benar-benar paham maka semua itu akan terasa ringan ketika dikerjakan. Dan Hasrat untuk selalu melakukan pekerjaan menjadi lebih baik di setiap harinya.

Sifat alami manusia adalah menyukai pertumbuhan dan membenci keadaan yang itu-itu saja. Lalu kemudian jika seperti ini, apakah pekerjaan kita menjadi guru itu keliru ? atau malah akan menjadikan kita akan semakin berilmu? Lalu apakah dengan kita mengajar selama 10 atau 20 tahun itu akan memberikan perubahan yang semakin baik? Atau malah biasa-biasa saja?  Semua serba biasa-biasa saja. Ilmu biasa-biasa saja, gaji juga biasa-biasa saja dan hidup pun masih  biasa-biasa saja. Mental istiqomah dan hati baperan .

Pernah saya berdisuksi dengan senior guru di tempat saya bekerja, beliau sudah mengajar selama 10 tahun. Akhir-akhir ini nampaknya ia mengeluhkan kondisi keuangan yang semakin tidak mencukupi. Saya kemudian mencoba untuk berdiskusi tentang pandangan hidup. “ saya pribadi tidak pernah berfokus pada gaji atau bayaran. Yang penting saya bekerja dan ilmu yang saya miliki dapat bermanfaat bagi orang lain, itu saja. Gaji itu naiknya lama dan itupun tidak seberapa.

Lalu kemudian apa yang harus kita fokuskan ?  sebaiknya kita fokus pada kapasitas diri sendiri, meningkatkan keilmuan dan kemampuan diri, uang akan mengikuti dan menyesuaikan dengan sendirinya. Saya selalu mengatakan pada diri saya sendiri “ yang penting saya bermanfaat untuk orang lain” dan itu selalu mengingatkan kembali tentang motivasi mengapa saya memutuskan untuk menjadi guru.

Menjadi Pengusaha
Di awal mengajar saya belum menempuh pendidikan S1 dan sampai sekarang pun saya juga belum selesai menempuh pendidikan S1. Sembari menjalankan kedua kewajiban tersebut lalu bagaimana cara saya untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri? Apakah semuanya dibiayai oleh instansi tempat saya bekerja ? atau diperoleh dari beasiswa ? Tidak ! untuk memenuhi semua kebutuhan saya menyisihkan sebagian dari gaji dan dari usaha yang sedang saya geluti, yang ternyata meskipun sudah diatur sedemikian tapi hasilnya sama saja meleset dari perkiraan.

Namun disitulah saya menemukan sebuah keajaiban.Allah tidak akan memberikan sayap bagi orang-orang yang takut terjun dari ketinggian. Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan. Benarkah begitu bukan? setelah semua saya jalani dengan rasa syukur kemudia Allah memberi kesempatan kepada saya untuk memulai sebuah usaha dengan mendirikan Lembaga Pendidikan Anak Hebat.

Lembaga Anak Hebat adalah lembaga yang didalamnya berisikan pengajaran baca tulis kepada anak-anak usia dini untuk mempersiapkan kemampuan membaca sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan di tahap selanjutnya. Dan saya menjadi satu-satunya pendiri usaha tersebut yang paling muda. Istimewa bukan? bukan sombong, kata ibu saya sombong itu merendahkan orang lain, tetapi kalau memuji diri sendiri itu namanya promosi.

Keinginan saya yang sangat kuat untuk menjadi seorang guru dan pengusaha mengantarkan saya untuk bergabung pada sebuah komunitas yang menganjurkan setiap anggotanya untuk menjadi guru yang memiliki pengahsilan sendiri bukan melulu mengandalkan gaji dari instansi. Dan dengan terpaksa dan terseok-seok saya belajar memaksakan diri untuk mengikuti jejak langkah para senior di komunitas tersebut.

Usaha memangg tidak menghianati hasil. Setelah banyak waktu yang saya korbankan, keringat yang saya curahkan. Akhirnya dengan usaha saya mendirikan Lembaga Pendidikan Anak Hebat tersebut kini saya dapat mencukupi kebutuhan saya sendiri, dan tetap bisa menjalankan aktivitas saya sebagai guru dan seorang mahasiswi aktif di perguruan tinggi.

Kembali ke laptop, saya bekerja menjadi guru tidak semata mata untuk mencari uang saja tapi disitulah saya menemukan kebermaknaan hidup, saya senang ketika saya dapat memudahkan hidup orang banyak. Dan apa yang saya dapatkan sekarang itu lebih banyak dari uang 1 juta dollar. Betapa mulianya menjadi seorang guru menjadi suluh ditengah gelapnya malam. Pekerjaan yang bertaburan makna dalam setiap gerakan.

Diantara wajah-wajah siswa yang menggemaskan, senyum mereka yang selalu menenangkan yang setiap pagi memintakan ampunan Tuhan untuk dirinya, untuk orang tuanya, untuk guru-gurunya dan akan ada tangan-tangan yang menyeret kita ke surga. Dan tetaplah menjadi guru, mendidik calon pengusaha yang jujur, calon pimpinan yang amanah. “ guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa. Dan pengusaha adalah penguat bagi keberlangsungan suatu negara.

Bagikan :

Tambahkan Komentar