Oleh
Laeli Zzakiyah
Peneliti Islamic Studies STAINU Temanggung
Ujian nasional adalah salah satu upaya
pemerintah dalam penjaminan mutu di satuan pendidikan. Jika UN yang menjadi
penakut mental siswa akan dihapus. Bagaimana pendapat kalian? Lalu apa gantinya
jika UN dihapus?. Mungkin untuk siswa zaman sekarang jika UN dihapus mereka
jingkrak-jingkrak bahkan jungkir balik sangat bahagia. Karena bagi siswa ujian
nasional adalah tantangan yang mematikan yang harus mereka lewati dengan
berbagai syarat.
Walaupun UN bukan penentu kelulusan
siswa, namun UN sangat berguna bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke
jenjang selanjutnya dan juga peningkatan mutu lembaga pendidikan tersebut. Berdasarkan
pendapat dilontarkan pada debat ketiga antar
cawapres pada Ahad 17 Maret 2019, Cawapres 02 Sandiaga Uno menjanjikan bakal menghapus Ujian Nasional
(UN). Hal ini membuat masalah baru lagi bagi
pendidikan di Indonesia, karena banyaknya pro dan kontra yang belum berakhir
hingga saat ini.
Ujian nasional yang dilaksanakan di setiap tahunnya memiliki tolok ukur terhadap
seorang siswa selama belajar di dalam lembaga pendidikan tersebut, meski
sekarang tidak menjadi jaminan untuk kelulusan karena sejak tahun 2015 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan perubahan target pada gelaran Ujian Nasional. Pemerintah
mengubah motto, dari target 100 persen lulus menjadi 100 persen jujur. Langkah
yang diambil pemerintah sebenarnya untuk mengubah motivasi siswa dari takut
tidak lulus agar termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Angka UN-nya dijadikan untuk mendaftar
ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi Kalau ingin dapatkan sekolah yang diidamkan
nilainya harus tinggi. Tapi kita ingin proses anak belajar itu bukan sekedar
mengejar nilai tapi proses pembelajaran. Demikian menurut Anies pada Selasa (31/3/2015) usai acara penutupan Rembuk Nasional, Pusbang
Tendik, Depok, Jawa Barat.( detik.com 09/04/1019).
Banyaknya pertanyaan yang terus
membumbung tinggi, mengapa cawapres 02 mengusulkan
begitu. Padahal UN adalah salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan di dalam
lembaga pendidikan. Sepertinya jika tidak ada UN maka pendidikan kita belum
mencapai final yang kita harapkan. Masih ada berbagai pihak yang beranggapan jika
Ujian Nasional dihapus banyak aspek standar pendidikan yang juga harus diganti.
Pendidikan bukan masalah sepele loh, soalnya pendidikan adalah penentu kemajuan
bangsa ini. Lalu bagaimana dengan nasib bangsa yang masih terus mempersoalkan
pengahapusan UN ini?
Stabilisasi Persoalan
Munculnya permasalahan yang terus menghantui dunia pendidikan
hingga saat ini, seperti penghapusan UN yang di lontarkan cawapres no urut 02
mejadi permasalahan baru bagi masyarakat yang kontra dengan penghapusan UN ini
jika benar-benar terjadi, bagi saya persoalan ini memang harus segera diusut,
karena pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan bangsa ini. Semakin
baik pendidikan dalam suatu Negara maka semakin baik pula tingkat Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada dalam Negara tersebut.
Lalu sekarang pertanyaanya, bagaimana
jika UN benar-benar di hapus? Lalu bagaimana cara mengukur prestasi anak didik?
Bagaimana cara kita menentukan seseorang dianggap layak lulus dalam satu
jenjang pendidikan? Pertanyaan itu muncul dalam pikiran setiap warga Negara
Indonesia. Benarkah begitu? Tanda tanya besar bagi seluruh warga juga
sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara-cara yang mudah meskipun memerlukan
waktu yang agak lama untuk menyesuaikan dengan Negara kita.
Dengan adanya motif pendidikan tersebut otomatis
sistem pendidikan di Indonesia diganti dengan sistem minat dan bakat yang
dimiliki peserta didik. Maka
solusi yang pertama, jika UN dihapus maka jangan hanya menilai anak dari sisi
akademis saja. Namun dari segi sikap dan perilaku siswa juga dinilai. Bisa saja
siswa diajarkan kedisiplinan, kesabaran, ketekunan dan lainnya.
Kedua, penilaian yang intensif. Penilaian bukan hanya
saat menjalankan ujian semester namun juga kesehariannya, karena pada
kenyataanya siswa tidak pernah sekolah bahkan tidak pernah belajar namun saat
ujian semester dia “sistem kebut semalam” itu kan tidak efektif bagi siswa. Ketiga,
siswa selalu diajarkan sebagaimana sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu dan
mencari potensi, bakat, dan minat siswa.
Hal terpenting yang harus dibekalkan pada siswa bukan
hanya akademis semata namun yang lebih penting adalah mengingatkan anak kita
mengenai tujuan pendidikan yang sebenarnya bukan sekedar mencari nilai bagus
dalam hal akademis, bukan sekadar mengantongi ijazah. Melainkan,
meningkatkan kesadaran kita terhadap kelebihan yang Tuhan titipkan dalam diri
kita. Kemudian, menggunakannya agar bermanfaat bagi sesama. Tuntaskan?
Tambahkan Komentar