Ilustrasi |
Oleh
Intan Nasution
Peresensi merupakan mahasiswi
Prodi PAI STAINU Temanggung
Pemahaman masyarakat terhadap Tradisi
Grebeg Satu Sura selama ini masih sangat parsial, mereka beranggapan tradisi
ini merupakan bidah, bahkan ada pula yang menilai tradisi ini termasuk
perbuatan syirik. Maka dari itu perlu dekonstruksi dan telaah ilmiah yang
menjadikan masyarakat objektif empiris dalam mendudukkan serta memahamai
Tradisi Grebeg Satu Sura. Salah satu pendekatannya dengan menggunakan kacamata
filsafat.
Dalam buku Tradisi-tradisi
Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dijelaskan Tradisi
Suronan merupakan tradisi leluhur
untuk memperingati tahun baru Islam yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal
satu sura dan sudah menjadi adat-istiadat yang tidak dapat ditinggalkan oleh
masyarakat Desa Traji.(hlm. 113)
Masyarakat Desa Traji mempunyai kepercayaan jika adat ini
tidak dilaksanakan, maka masyarakat akan mengalami kegagalan panen, sumber air
menjadi kecil, banyak orang yang sakit, sehingga tradisi ini tetap dilestarikan
sampai saat ini. Adapun sebagian besar masyarakat Desa Traji
memandang bahwa upacara Tradisi Suronan
yang telah dilakukan tersebut membawa perubahan ke hal yang lebih baik dalam
aspek keagamaan, kedamaian jiwa, bahkan mereka hidup damai meskipun terdapat
bermacam-macam agama dan aliran.(hlm.110)
Sebenarnya jika kita memahami betul
tentang Tradisi Satu Sura di Desa Traji ini, kita tidak akan memvonis segala
sesuatu itu dengan perkataan bidah. Karena pada dasanya maksud Tradisi ini
dilaksanakan adalah untuk memperingati datangnya bulan Muharram serta
mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas segala rahmat yang diberikan
Selain itu ada beberapa manfaat Grebeg
Satu Sura di Desa Traji. Pertama, masyarakat Traji dan luar Traji sangat
antusias dalam menyaksikan ritual upacara adat Satu Sura di Desa Traji,
sehingga dapat dijadikan juga sebagai wahana wisata. Kedua, meningkatkan rasa
kebersamaan antar warga. Ketiga, merupakan kegiatan mempertahankan warisan
nenek moyang. Keempat, berdampak positik dalam bidang ekonomi, karena
perekonomian masyarakat Traji menjadi lancer. Kelima, dengan diadakannya
upacara ini, masyarakat merasa kehidupannya menjadi lebih rukun, tenteram, dan
bisa mempererat tali persaudaraan dan kegotongroyongan masyarakat.(hlm. 119).
Kekurangan Buku
Menurut saya, buku diatas sudah
menjelaskan secara lengkap dan menarik. Hanya saja kertas yang digunakan kurang
begitu mendukung buku ini, dan kepada penulis dalam memberikan gambar kurang
banyak karena buku ini hanya terdapat satu gambar saja mengenai Tradisi Grebeg.
Kelebihan Buku
Menurut saya, buku ini sudah memaparkan
secara jelas dan lengkap, mulai dari pengertian Tradisi Satu Sura, manfaat
diadakannya ritual ini, serta betapa pentingnya ritual ini dilakukan. Selain
itu saya sangat berterima kasih kepada penulis. Karena buku ini menjadi jawaban
bagi sebagian masyarakat yang memvonis bahwasannya Tradisi Grebeg Satu Sura
merupakan bidah.
Biodata Buku
Nama
Penulis: Tim PAI IB
STAINU Temanggung
Nama
Editor: Hamidulloh
Ibda
ISBN 978-602-50566-4-2
Penerbit: Forum Muda Cendekia
(Formaci)
Tahun
Terbit: 2019
Catatan
dan Tebal: 21 x 14 cm, xii +
260 Halaman
Harga: Rp 60.000,00
Tambahkan Komentar