Oleh Isni Indriyana
Guru MI Nahdlatut Tholibin Malebo, Temanggung, Jawa Tengah

Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa ditandai dengan kemajuan kebudayaan, pendidikan dan olahraga. Untuk memajukan kebudayaan, pendidikan dan olahraga tersebut dapat melalui materi yang bermuara pada inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Salah satunya inovasi permainan tradisional dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Pembelajaran baru akan didapatkan sekaligus melesatarikan kebudayaan, satu dayung dua pulau terlampaui. Pembelajaran yang menyenangkan sekaligus kelestarian budaya dapat dijaga.

Pendidikan yang maju akan membawa bangsa yang besar ke arah yang lebih baik. Pendidikan sebagai tumpuan perkembangan suatu bangsa, apabila perkembangan pendidikan suatu bangsa dinilai mempunyai klasifikasi yang tinggi, bangsa tersebut akan dinilai mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Begitupun pada bidang pendidikan olahraga, mens sana in corpora sano yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat,  begitupun diterapkan pada bangsa, bangsa memiliki jiwa kuat  jika segala pembentuk atau komponen di dalamnya mempunyai fisik dan mental yang sehat. Tanpa fisik dan mental yang sehat ini, bangsa tidak akan dapat berjalan stabil.

Pada tahun 2018, Indonesia berhasil menempati posisi 4 dalam perolehan emas paling banyak dengan jumlah 31 medali pada ajang Asian Games 2018 dari jumlah 45 negara. Menteri Koodinator  Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), mengungkapkan bahwa ini adalah sebuah torehan prestasi atlet Tim Indonesia yang sangat membanggakan dan dapat menjadi momentum kebangkitan prestasi olahraga Indonesia (Liputan6.com, 06/09/2018). Pencapaian prestasi dalam bidang olahraga ini tentu membawa nama baik Indonesia.

Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa adalah sebagai tanda mereka mempunyai ciri khas sebagai tanda bangsa yang dikenal. Menurut bahasa (kbbi.kemdikbud.go.id) budaya, kebudayaan berarti hasil kegiatan manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Sedangkan Koentjoroningrat (1985: 180) berpendapat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan  dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyaraakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Sehingga permainan tradisional bisa disebut kebudayaan karena  hasil karya manusia yang didapatkan dengan tindakan yang dilakukan secara turun menurun dalam jangka panjang. Apakah bisa dimasukkan dalam PJOK?

Magernya Anak karena Menjamurnya Game Online
Hal di atas dapat dipadukan dengan permainan tradisional yang sudah mulai hilang setelah anak-anak lebih menyukai gawai ketimbang bermain di luar rumah. Revolusi Industri 4.0 ini memang menuntut generasi milenial untuk tidak gaptek, dan mengetahui tentang teknologi. Namun jalan yang salah dilakukan karena pemanfaatan teknologi secara abnormal sehingga timbul masalah baru pada anak. Anak lebih suka berdiam diri di dalam rumah sambil mengotak atik gawai mereka tanpa bosan. Mereka betah hanya dengan difasilitasi gawai tanpa bergerak sedikitpun. Yaa… memang bergerak, namun hanya untuk gerakan jari. Selebihnya, akan menimbulkan apa yang dinamakan mager atau malas bergerak.

Menjamurnya game online, play station, dan aplikasi game pada gawai saat ini bisa dibilang meracuni anak-anak untuk tidak bermain diluar. Apakah hal tersebut menjadi masalah? Tentu akan menjadi masalah jika sampai anak-anak merasa kecanduan dengan apa yang ada pada gawai mereka. Apalagi dengan aplikasi yang bermacam-macam dan membuat anak merasa betah untuk berdiam diri. Gerakan mereka yang kurang maksimal juga akan berpengaruh pada pertumbuhan dan kinerja otak anak. Banyak pengaruh yang diperoleh anak dari kecanduan game online ini, mulai dari prestasi belajar yang bisa menurun, management waktu yang kacau, penyalahgunaan aplikasi sampai pada tergganggunya kesehatan tubuh karena kurangnya olahraga dan aktivitas lain yang bermanfaat pada tubuh. Dengan melihat layar pada gawai juga akan mempengaruhi kinerja mata secara terus menerus.

Menurut World Health Organization (WHO) kecanduan game online ini dapat berakibat menarik diri anak menjauh dari lingkungan, mudah kehilangan kendali serta tidak peduli dengan kegiatan lain di sekitarnya.Tidak peduli dengan kegiatan lain di sekitarnya karena anak mulai merasa nyaman dengan gawai mereka sehingga mereka lupa untuk beraktivitas penting untuk tubuh seperti olahraga (Theconversation.com, 04/07/2018). Dikutip dari Kompas.com (Boldsky.com), akibat dari kurangnya gerak tubuh tersebut akan mengakibatkan stress seseorang, gangguan tidur, metabolism  tubuh yang melambat, tekanan darah tinggi, meningkatkan berat badan atau obesitas, sampai pada tulang lemah karena hal di atas.

Inovasi Permainan Tradisional
Sebagai sarana belajar anak, sekolah harus mampu merubah keburukan siswa dengan berproses. Anak harus sadar cara hidup sehat dan dampak dari mereka kurang beraktifitas. Terkadang, anak merasa bosan dengan materi PJOK yang hanya diulang-ulang dan penuh dengan teori. Guru mengajarkan tapi terkadang  melupakan karakter anak bahwa mereka masih senang bermain, aktif dan memang tidak bisa diam.

Guru harus mampu mempacking pembelajaran anak secara menyenangkan namun masih masuk dalam kurikulum standar. Banyak permainan tradisional yang bisa diterapkan dalam PJOK. Permainan tradisional yang bervariasi akan menambah semangat anak bisa belajar sambil bermain dan tidak akan bosan untuk melakukannya di rumah bersama teman-teman. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini tentu dapat dirasakan jika anak lebih aktif bergerak, berolahraga daripada hanya duduk diam dengan bermain gawai dan menjauh dari lingkungan luar.

Banyak permainan tradisional Nusantara yang bisa diterapkan dalam inovasi pemelajaran PJOK. Pada permainan benteng sodor atau gobak sodor misalnya. Anak dibagi menjadi dua kelompok dan dibuat dengan garis yang sudah ada pada aturan. Kemudian masing-masing kelompok harus bisa menjaga benteng mereka sedangkan  kelompok yang lain mencoba melewati benteng lawan. Dari permainan ini, guru dapat menilai kecepatan lari anak kemudian kecekatan anak. Kemudian permainan selanjutnya, gugur gunung. Kenapa bisa dinamakan gugur gunung?

Kembali dalam permainan ini anak dibagi menjadi dua kelompok. Aturan permainan ini, beberapa pecahan genteng ditata menjadi seperti gunung kemudian dengan bola kelompok yang lain mencoba menjatuhkan tumpukan genteng tersebut sampai runtuh. Itulah sebabnya dinamakan gugur gunung yang berarti gunung yang runtuh. Setelah bola mengenai tumpukan genteng tersebut, kelompok lain harus mengejar kelompok lawan dan melemparkan bola pada tubuh lawan sampai tumpukan genteng bisa kembali seperti semula. Dalam permainan ini, guru bisa menilai kecepatan anak, kecakapan gerak anak serta konsentrasi anak pada saat melempar bola.

Banyak permainan tradisional yang bisa diterapkan dalam PJOK. Penyesuain materi pembelajaran pada permainan tradisional tentu dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam penilaian siswa. Namun, dengan inovasi pembelajaran yang ada, diharapkan anak lebih bersemangat dalam belajar dan tentu lebih antusias dalam mengikutinya. Sebagai guru, tidak hanya harus memberikan pembelajaran yang berat terhadap siswa dengan teori, namun memperhatikan kondisi anak dengan materi yang menyenangkan juga diperlukan. Dengan inovasi permainan tradisional, secara tidak langsung akan memberikan kesan kepada anak untuk lebih menyukai permainan dan menjaga kebudayaan milik bangsa.

Bagikan :

Tambahkan Komentar