Judul Buku       : Menyandi Sepi
Penerbit            : Tonggak Pustaka
Tebal                : xii + 124 hlm.
Terbit               : 2017
Peresensi          : Asrul Sanie

Kesepian terasa setelah kehilangan sesuatu yang biasa dekat. Rasa itu datang kemudian melekat di dinding pikir orang-orang yang kehilangan. Mereka hanya bisa mencari-cari yang hilang itu dengan alat penyimpan kenang. Mereka tak bisa menemukannya dalam nyata. Semua sirna dan sepi terus melingkupi.

“Menyandi Sepi” karya 23 penyair memuat sandi-sandi sepi yang melingkupi perasaan orang-orang yang sedang menuju rasa sepi dan mengalami sepi. Mereka bercerita lewat tanda-tanda dan /atau perantara siapa saja dan apa saja yang bisa menjadi perantara.

Kesepian datang dari berbagai sebab, misal karena ditinggal kekasih yang sangat dicintai, rindu yang tak kunjung terobati, penantian yang amat panjang, kenangan indah yang begitu menyakitkan, patah hati karena dikhianati, harapan-harapan palsu, rasa takut dalam kesendirian, ketidakcocokan, perpisahan, dusta, dan sebagainya. Dari sebab-sebab tersebut, maka tak heran bila air mata terpaksa mengucur deras, pikiran melayang, lebih banyak melamun, bahkan perasaan sesal yang mendalam.

Akibat dari kesepian, rindu-rindu bermekaran. Tidak hanya rindu pada kekasih, tapi juga kepada banyak hal: rindu kepada tuhan, teman, orang tua, anak, tempat kelahiran, bahkan kepada keadilan. Secangkir kopi adalah teman setia menjaga rindu yang kian akut. Entah mengapa, sekuntum doa yang terkirimkan belum juga mendapat jawaban. Bila yang dinanti semua telah pergi, maka barangkali rindu tak akan pernah terobati.

Dalam “Menyandi Sepi”, setidaknya ada dua hal penting dalam menyikapi persoalan sepi dan rindu. Bila berasal dari rasa bahagia dan bangga, ia akan selalu disimpan di hati dan dijaga dengan baik, bagaimanapun sakitnya terasa. Akan tetapi bila berasal dari sesal dan patah hati, tanpa basa-basi ia akan dipangkas tuntas, dibuang jauh-jauh, tak akan diingat-ingat lagi.

Demikian buku ini menyajikan sandi-sandi tentang kerinduan dan kesepian. Akan tetapi tak hanya itu saja, ada juga tema lain yang dihadirkan dalam buku ini, misalnya tema tentang persoalan sosial, semangat, petani, juga kepahlawanan.

Kehadiran buku ini menjadi penyemangat tersendiri, khususnya bagi para penyair yang menjadi kontributor di dalamnya. Para kontributor berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Selain bermanfaat untuk mempererat silaturahmi, mereka juga bisa saling berbagi dan mengenal karya satu sama lain. (htm).
Bagikan :

Tambahkan Komentar