Farid Ahmadi Sekjur PGSD UNNES |
Semarang, Hariantemanggung.com – Farid Ahmadi, S.Kom., M.Kom, Ph.D, Sekretaris
Jurusan PGSD Universitas Negeri Semarang (UNNES) menegaskan bahwa di era milenial seperti ini, kehadiran media literasi sangat urgen diterapkan di sekolah. Hal itu ia jelaskan saat merillis buku baru bertajuk “Media
Literasi Sekolah (Teori dan Praktik)” yang ditulis bersama Hamidulloh Ibda
Kaprodi PGMI STAINU Temanggung. Menurut dia, buku Media Literasi Sekolah
terbitan CV. Pilar Nusantara ini bisa menjadi rujukan media pembelajaran di
Indonesia.
Dalam buku itu, Farid yang juga mengajar di Program Pascasarjana UNNES
ini membeberkan bahwa literasi sudah menjadi media, bukan lagi literasi media
yang selama ini menjadi konsep akselerasi pendidikan.
Sebelumnya, Farid telah merillis buku “Guru SD di Era Digital (Pendekatan,
Media, Inovasi)”, tahun 2018 ini, ia merillis buku baru yang didedikasikan
untuk menambahkan khazanah literasi khususnya di bidang media pembelajaran di
Indonesia.
“Dalam buku ini, literasi sudah menjadi media, tidak lagi literasi media yang cakupannya pada pengenalan dan juga penyadaran
menyikapi media massa dan media sosial, internet, dunia maya, dan lainnya
dengan benar, baik dan bijaksana. Sebab, variabelnya akan berbeda jika itu literasi
media, sedangkan dalam buku ini, yang dikaji adalah media literasi dalam
berbagai bentuk,” kata Farid Ahmadi di sela-sela Dies Natalis UNNES ke 53,
Kamis (1/3/2018).
Farid di dunia literasi, mendapatkan sejumlah prestasi. Mulai dari Juara II Dosen Berprestasi UNNES 2017, The best paper award IIER 2016 dari IIER
Malaysia, dan The best paper award AIPAR
2017 dari AIPAR Australia dan lainnya. Hal itu mendorong pihaknya terus
menelurkan karya melalui buku dan tidak hanya jurnal ilmiah.
Dosen kelahiran Kendal, 26 Januari 1977 juga membebarkan, bahwa literasi tidak
boleh sekadar membaca, sebab ia merupakan kemampuan kompleks. “Bahkan, selain
empat keterampilan berbahasa (menyimak atau mendengarkan, membaca, menulis, dan
berbicara), literasi juga dimaknai sebagai semua usaha untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dan informasi. Aspek melek komputer dan menangkal berita bohong dan
palsu juga masuk kategori literasi,” beber doktor bidang ilmu
Information Science Central China Normal University (CCNU) tersebut.
Ketua Himpunan Dosen PGSD Wilayah Jawa ini juga menandaskan, bahwa dalam buku
ini, literasi tidak lagi disajikan kaku seperti di buku-buku, diktat, dan
jurnal-jurnal ilmiah selama ini. Sebab, literasi sudah melekat menjadi media
itu sendiri dalam pembelajaran terutama di sekolah. Media literasi adalah
bagian dari pengembangan literasi dan media.
“Banyak media yang selama ini sebenarnya adalah media literasi, namun guru
dan juga dosen masih jarang yang memaknainya. Buku ini berisi empat bab. Mulai
dari konsep literasi dalam pendidikan, gerakan literasi di sekolah, media
literasi sekolah dan implementasi media literasi sekolah,” beber Ketua Gugus
Pengelola Jurnal LP2M UNNES tersebut.
Dijelaskannya, bahwa sebelum menggapai puncak kejayaan literasi pada 2045,
Indonesia bisa bergerak cepat melalui literasi untuk penguatan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan kualitas pendidikan dari jenjang SD, SMP, SMA, sampai program
doktor (S3).
“Tanpa literasi, semua akan terasa bias bahkan tidak mampu mengejar
ketertinggalan dari negara lain. Saya berharap buku ini menjadi bahan untuk
melakukan akselerasi literasi untuk memajukan pendidikan di Indonesia,” pungkas
dia. (htm56/hms).
Tambahkan Komentar