Oleh: Anisa Rejeki
Nasi jagung, atau yang dikenal juga sebagai sega jagung, merupakan salah satu kuliner khas Nusantara yang kini mulai kembali naik daun. Meskipun sempat terlupakan dan dianggap sebagai makanan ndeso (kampung), kini nasi jagung mulai dilirik kembali oleh generasi muda, terutama mereka yang peduli terhadap pola makan sehat dan tren kembali ke makanan tradisional. Tak jarang media sosial, food blogger, bahkan acara kuliner di televisi mulai menyoroti kembali keberadaan nasi jagung sebagai pangan alternatif yang menyehatkan dan sarat nilai budaya.
Dapat disimpulkan bahwa minat masyarakat terhadap pangan lokal kini semakin meningkat, terutama sejak banyaknya kampanye hidup sehat dan pengurangan konsumsi nasi putih. Jagung yang dulunya dipandang sebagai makanan kelas dua, kini mendapat tempat istimewa dalam tren kuliner kekinian. Hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi informasi dan semakin berkembangnya kesadaran akan pentingnya konsumsi makanan yang alami dan minim olahan.
Nasi jagung adalah makanan yang terbuat dari butiran jagung yang ditumbuk kasar dan dikukus hingga matang, kemudian disajikan seperti nasi pada umumnya. Biasanya, nasi jagung disandingkan dengan sayur urap, ikan asin, tempe garit, atau sambal kelapa yang pedas dan gurih. Cita rasanya khas dan mengenyangkan. Selain rasanya yang lezat, nasi jagung juga memiliki banyak manfaat karena mengandung serat tinggi, rendah gula, dan kaya karbohidrat kompleks yang baik untuk tubuh.
Mengapa nasi jagung kembali diminati masyarakat, khususnya anak muda?
Hal ini tak lepas dari pergeseran gaya hidup masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya makanan sehat dan bergizi. Nasi jagung menjadi alternatif dari nasi putih yang dianggap tinggi gula dan kurang baik untuk penderita diabetes. Ditambah lagi, nasi jagung kini tidak hanya ditemukan di warung tradisional, tetapi juga mulai banyak hadir di kafe-kafe kekinian dengan tampilan lebih modern dan estetik, sehingga menarik minat generasi muda.
Dampak positif dari tren ini tentu saja tidak hanya dirasakan oleh konsumen, tetapi juga oleh para petani jagung dan pelaku UMKM kuliner lokal. Dengan meningkatnya permintaan akan nasi jagung, para petani bisa lebih semangat menanam jagung, dan para pelaku usaha bisa mengembangkan variasi menu berbasis jagung. Ini tentu mendukung perekonomian lokal dan pelestarian budaya kuliner Indonesia.
Namun, meskipun tren nasi jagung sedang naik daun, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah keterbatasan produksi dan minimnya pengetahuan generasi muda tentang cara mengolah nasi jagung. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi dan pelatihan tentang pengolahan jagung menjadi bahan makanan yang menarik dan layak jual di pasaran modern. Pemerintah dan pelaku usaha bisa berperan dalam menciptakan inovasi produk sekaligus mengedukasi masyarakat akan nilai gizi dan budaya dari nasi jagung.
Pertama, penting bagi sekolah dan komunitas kuliner untuk memberikan edukasi dan kesadaran tentang pentingnya melestarikan pangan lokal seperti nasi jagung. Misalnya dengan mengadakan lomba memasak atau festival kuliner tradisional.
Kedua, mendukung inovasi produk nasi jagung dengan tampilan yang menarik, modern, dan ramah anak muda. Hal ini bisa dilakukan melalui kolaborasi antara UMKM kuliner, chef muda, dan influencer makanan.
Tidak begitu?
Tambahkan Komentar