Semarang, Hariantemanggung.com – Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, Hamidulloh Ibda, menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh The Habibie Center bekerja sama dengan UNICEF Indonesia dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Jumat (25/7/2025) di Hotel ibis Semarang Simpang Lima.
Sebelumnya, pada
Kamis (24/7/2025) jajaran pengurus FKPT Jateng juga menjadi narasumber
rangkaian riset yang dilakukan The Habibie Center melalui Zoom.
FGD ini merupakan bagian dari rangkaian
penelitian bertajuk “Kesiapan Pemerintah Daerah
dan Komunitas untuk Reintegrasi Anak yang Direpatriasi”, yang secara khusus
menyoroti kesiapan wilayah Solo Raya dan Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah
rawan ekstremisme berbasis kekerasan.
Dalam kegiatan yang
berlangsung pukul 08.00–11.00 WIB tersebut, Hamidulloh Ibda hadir bersama para
pemangku kepentingan strategis, seperti perwakilan dari Badan Kesbangpol Jateng,
Dinas Sosial Jateng, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jateng,
Kepolisian, Kanwil Kemenag, Satgas Densus 88 AT, serta Fasilitator Forum Anak
Jawa Tengah.
“Reintegrasi
anak-anak yang direpatriasi dari wilayah konflik seperti Suriah membutuhkan
dukungan ekosistem yang kuat, tidak hanya dari pemerintah pusat, tetapi juga
daerah dan komunitas. Jawa Tengah sebagai salah satu wilayah dengan kerentanan
tinggi harus benar-benar siap,” ujar Ibda dalam pemaparannya.
Menurut data yang
dihimpun The Habibie Center, hingga pertengahan 2024 terdapat sekitar 275 Warga
Negara Indonesia, termasuk 145 anak-anak, yang masih berada di kamp pengungsian
seperti Al-Hawl dan Al-Roj. Mereka menanti proses repatriasi ke Indonesia, yang
dalam pelaksanaannya menuntut sistem perlindungan dan pemulihan sosial yang
komprehensif.
FGD ini bertujuan
untuk memetakan kesiapan layanan sosial di daerah, persepsi masyarakat, serta
merumuskan indikator monitoring dan evaluasi (MEL) untuk mendukung proses
reintegrasi yang aman dan inklusif.
Penelitian ini
dilaksanakan di empat wilayah utama di Jawa Tengah yaitu Semarang, Surakarta,
Klaten, dan Sragen, yang telah memiliki pengalaman dalam penanganan deportan
dan returni, termasuk anak-anak korban jaringan terorisme.
Hamidulloh Ibda
menekankan pentingnya pelibatan semua unsur masyarakat dalam menghapus stigma
terhadap anak-anak korban dan memastikan mereka dapat kembali hidup layak di
tengah masyarakat.
“Tanpa dukungan
dari komunitas lokal, upaya reintegrasi hanya akan menjadi wacana. Kita harus bersama-sama
hadir sebagai pelindung dan pendamping anak-anak ini,” tutupnya.
Pihaknya juga menyampaikan capaian dan peran FKPT
Jawa Tengah dalam pencegahan radikalisme dan terorisme melalui program
mandatori BNPT RI maupun non-mandatori yang secara langsung maupun tidak
langsung turut mencegah laju perkembangan ideologisasi radikal. (*).
Tambahkan Komentar