Temanggung, Hariantemanggung.com – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Temanggung menggelar rapat koordinasi (Rakor) bersama Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) dan Pengurus Ranting NU (PRNU) se-Kecamatan Tembarak, Ahad, 8 Juni 2025, di Kemloko. Acara ini menjadi momentum penting dalam upaya memperkuat struktur organisasi NU hingga tingkat paling bawah, yaitu dusun atau yang kini diarahkan menjadi Pengurus Anak Ranting NU (PARNU).
Dalam sambutannya, Ketua Tanfidziyah PCNU Temanggung, KH. Muchamad Nurul Yaqin, menyampaikan arahan spiritual sekaligus organisatoris. Ia menegaskan pentingnya menjadikan NU sebagai kendaraan keselamatan umat yang ingin bernaung di bawah para ulama.
"Pembuka syafaat adalah Rasulullah SAW. Yang berhak mengusulkan syafaat kepada beliau adalah para nabi, ulama, dan syuhada. Maka, kita berharap mendapat syafaat dengan bernaung dalam jamiyyah Nahdlatul Ulama," tegasnya.
Gus Nurul menggambarkan NU sebagai "perahu besar" yang mampu menyelamatkan umat dari arus zaman, selama mereka bersedia ikut dan terlibat. Ia juga menekankan bahwa NU adalah pesantren besar, dan pesantren adalah miniatur NU.
"Kita di NU ibarat santri kalong dari para kiai. Kalau ingin menjadi santri yang dikasihi, ada dua syarat: 'alim atau ikhlas berkhidmah," jelasnya, menekankan pentingnya ketulusan dalam berorganisasi.
Terkait dengan perkembangan demografi dan tantangan geografis, PCNU Temanggung kini tengah mendorong pembentukan PARNU sebagai upaya memperluas jangkauan pelayanan dan strukturisasi organisasi hingga tingkat dusun.
"Desa-desa sekarang padat dan luas. Satu kiai tidak mungkin membawahi satu desa. Maka, kita bentuk pengurus anak ranting di tingkat dusun agar pelayanan keummatan lebih efektif," jelasnya.
Ia menyebut, prinsip dari pembentukan PARNu ini bukan untuk mengubah struktur lama, tapi menambah kekuatan jamiyyah. Setiap anak ranting diharapkan memiliki minimal 10 pengurus, sedangkan ranting memiliki minimal 20 pengurus aktif.
Pihaknya juga mendorong agar para pengurus ranting menghidupkan lembaga-lembaga NU yang relevan dengan kebutuhan masyarakat seperti LTMNU, LDNU, LAZISNU, RMI, LESBUMI, dan LTN NU.
"Menjadi pengurus NU itu harus ikhlas dan siap repot. Kalau panjenengan sudah jadi pengurus, tugas selanjutnya adalah mengajak orang lain untuk ikut menjadi pengurus. Ini adalah khidmah untuk jamiyah, bukan untuk pribadi," ujarnya.
Di akhir arahannya, Gus Nurul mengingatkan pentingnya adab dalam menyikapi perbedaan pendapat dengan merujuk pada prinsip Ahlussunnah wal Jamaah.
"Dalam fikih Aswaja dikatakan: ‘Pendapat kami benar meski mungkin keliru, dan pendapat orang lain keliru tapi mungkin saja benar’. Ini adalah kearifan dalam berijtihad dan bermuamalah dalam keberagaman," pungkasnya.
Selain PCNU, Rakor ini dihadiri oleh jajaran pengurus MWCNU, seluruh PRNU se-Kecamatan Tembarak, serta tokoh-tokoh masyarakat setempat. Semangat penguatan struktural NU diharapkan menjadi warisan berharga bagi generasi penerus jamiyah. (*)
Tambahkan Komentar