Oleh: Maya Trilifia Febriani

mayatrilifia@gmail.com


Dapat kita ketahui, bahwa moral anak bangsa saat ini kian memprihatinkan. Hal tersebut diakibatkan karena majunya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sehingga manusia dengan mudah mendapatkan informasi dari belahan dunia manapun. Banyak sekali anak bangsa di era milenial ini menyalahgunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, seperti mudah menerima budaya dari luar yang berbanding terbalik dengan budaya Indonesia tanpa adanya penyaringan budaya terlebih dahulu. 

Di dunia pendidikan ada istilah baru yang mulai diperkenalkan yaitu Pelajar Pancasila, mungkin bagi sebagian kalangan masih terasa asing mendengar istilah tersebut meskipun istilah Pancasila sudah banyak yang tahu. Profil pelajar pancasila merupakan pengimplementasian moral generasi bangsa dalam kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar. 

Kurikulum Merdeka Belajar merupakan Dimensi dalam Profil Pelajaran Pancasila yang memiliki enam dimensi. Yang mana keenam dimensi tersebut antara lain, Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, Ber-kebhinekaan global, Bergotong royong, Mandiri, Bernalar kritis, dan Kreatif.

Keenam dimensi tersebut menunjukkan bahwa Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan dalam segi moralitas Kurikulum Merdeka Belajar. 

Namun saat ini banyak sekali anak yang lebih memilih menonton K-POP daripada mengaji, lebih memilih bolos sekolah daripada belajar, lebih memilih bermain handphone daripada mendengarkan gurunya, dan yang lebih parah lagi anak berani melawan guru. Begitulah moralitas anak bangsa di era milenial yang kian bobrok. Jika dibandingkan dengan anak zaman dulu, dimana moralitas masih dijunjung tinggi. Dahulu anak lebih mementingkan Pendidikan daripada segalanya, tekun saat belajar, menghormati guru. Hal tersebut yang didambakan dari moralitas anak bangsa di zaman sekarang. Karena kebanyakan anak bangsa sudah tidak memiliki rasa etika dan menjadikan moralitas di dalam dirinya akan runtuh. 

Dalam mengatasi masalah tersebut makan diperlukannya peran guru PAI untuk meningkatkan moralitas. Di dunia Pendidikan formal, guru sangat memegang peranan penting dalam mencerdaskan anak bangsa. Selain mengajar, mendidik, dan membina akhlakul karimah guru juga berperan sebagai orang tua kedua yang menjadi teladan siswa di sekolah. 

Tanggung jawab Guru PAI ialah untuk mendidik, mengembangkan ilmu pengetahuan agama, dan menanamkan keimanan pada siswanya. Membimbing kerohanian siswa, menumbuhkan sikap keberadaban siswa, dan menanamkan nilai toleransi antar umat beragama. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi spiritual dan membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan supaya siswa dapat memahami fitrahnya sebagai makhluk Tuhan. 

Guru PAI mempunyai peran penting dalam menjadikan siswa beradab serta meningkatkan akhlaqul karimah siswanya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad Bukhori bahwa:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari)

Sebagai negara yang sangat menghargai perbedaan dan minjung tinggi Hak Asasi Manusia, Indonesia sebagai bangsa yang multikultural tentu saja mempunyai bermacam ragam agama dan kepercayaan. Adanya perbedaan tersebut menjadikan konflik antar agama. Terlebih lagi perkembangan teknologi yang semakin pesat, isu-isu sara yang dilontarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dapat dengan mudah memicu timbulnya konflik agama. Hal seperti itulah yang harus segera diatasi agar tidak terjadinya pertikaian antar umat beragama. 

Sebagai ikhtiar yang diberikan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran Agama di sekolah yaitu dengan menanamkan sikap toleransi kepada siswanya. Dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut kepercayaannya masing-masing. 

Memiliki moral yang baik merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing. Akan tetapi, dinamika kehidupan yang semakin tidak terkendali terkadang menjerumuskan generasi ke hal-hal yang berbau negative. Berdasarkan struktur ajaran Islam, Pendidikan moral adlah yang terpenting. Pada dasarnya moralitas ialah suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya suatu perkara. 

Franz Magnis Suseno menguraikan moralitas ialah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati). Moralitas sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. 

Menurut W. Poespoprodjo, moralitas adlah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia. 

Imanuel Kant, mengatakan bahwa moralitas itu menyangkut hal baik dan buruk, yang dalam bahasa Kant, apa yang baik pada diri sendiri, yang baik pada tiap pembatasan sama sekali. Kebaikan moral ialah sesuatu yang baik dari segala segi, tanpa ada batasan. 

Dengan demikian moral mengandung muatan nilai dan norma yang bersumber pada hati Nurani manusia. Kebenaran moralitas lebih bersifat universal. Hal ini dikarenakan pada karakteristik moral itu sendiri yang bersumber pada suara hati Nurani manusia. Pada dasarnya terdapat dua macam suara hati nurani, yaitu suara hati nurani yang mengarah pada kebaikan dan suara was-was yang mengarah pada keburukan. Jika sebuah keinginan untuk berbuat baik ditekan, dalam artian meninggalkan untuk berbuat baik sesuai dengan norma yang berlaku, maka suara hati memanggil-manggil dan ingin mengarahkan pada hal yang baik-baik atau tidak baik. Suara batin tersebut mengingatkan bahwa perbuatan itu kurang baik atau tidak baik. 

Kedatangan suara hati nurani datangnya secara tiba-tiba dan memberikan pengaruh yang sangat kuat sekali pada diri seseorang. Jadi suara hati nurani sebagai sumber moralitas manusia pada dasarnya berupaya menahan dna menyadarkan manusia dari perbuatan-perbuatan buruk. Setiap orang mempunyai suara hati nurani sebagai kodrat kemanusiaannya. 

Oleh karena itu anak bangsa bisa memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi sesuai dengan kebutuhannya, nilai-nilai maupun norma yang ada. Sehingga, anak bangsa dapat meningkatkan derajat manusia itu sendiri. Moralitas dapat ditanamkan sejak usia dini, maka dapat dipastikan akan terlahir bibit anak bangsa yang unggul. Sehingga generasi anak bangsa mampu memiliki kualitas moral yang baik.

Bagikan :

Tambahkan Komentar