Temanggung, Hariantemanggung.com
- Hari Raya idul Fitri menjadi momentum yang pas untuk menjalin silaturahmi kepada keluarga, sahabat, ulama dan tokoh masyarakat. Selain mendapatkan pahala silaturahmi, seringkali pesan yang disampaikan perlu dicermati. Seperti pesan ketua PCNU Temanggung untuk kader NU yang harus mengolah 4 kecerdasannya untuk menjadi manusia yang mulia.

Bertempat di Pondok Pesantren Al Hidayah, Kranggan, Temanggung pada Senin, (24/04/2023). Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Temanggung melakukan safari lebaran Kepada KH Furqon Masyhuri pengasuh pondok pesantren Al Hidayah yang juga merupakan salah satu Majelis Pembina Cabang (Mabincab) PC PMII Temanggung.

"Tradisi silaturahmi di idul Fitri ini adalah tradisi yang adiluhung (mulia)" sahut KH M. Furqon Masyhuri. Karena, tradisi ini karya ulama hebat yang digagas oleh pangeran samber nyowo sehingga memiliki nilai filosofis yang mendalam bila dipelajari.

Memang Idul Fitri identik dengan ketupat, biasanya dipadu dengan opor ayam dengan santan yang kental. Jika belum ada makanan ini dimeja makan, belum lengkap rasanya hari raya. "Kupat (ketupat) itu bermakna ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan berbentuk persegi empat, terbuat dari janur". Tuturnya. 

Dalam kehidupan sosial tentu manusia memiliki kesalahan, baik disengaja ataupun tidak. Nabi Muhammad SAW bersabda “Tidaklah seseorang memberikan maaf, kecuali Allah akan tambahkan kemuliaan baginya.” (HR. Ahmad). Tentu, Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk menyerahkan diri "ngaku lepat" memohon maaf kepada sesama saudara.

Bentuk persegi empat menggambarkan diri kita dengan tiga sudut yang lain. Yaitu diri kita, orang tua kandung, guru dan mertua. Ketiganya adalah orang yang harus dimuliakan untuk mencapai kehidupan yang tentram dengan sesama masyarakat.

Selanjutnya ketupat terbuat dari janur (daun kelapa). Janur itu bermakna sejatinya nur (sejatinya cahaya). Janur pasti berada pada bagian teratas di pohon kelapa, begitupun juga dengan manusia bahwa dirinya harus mencari sejatinya cahaya yaitu tauhid, mengesakan Allah SWT.

Selain makna idul Fitri, ketua PCNU Temanggung perpesan kepada kader kader NU untuk mengolah dan meningkatkan empat kecerdasannya. "Kita itu harus memiliki empat kecerdasan untuk menjadi manusia yang mulia, yaitu kecerdasan intelektual, emosional, spritual dan digital", tuturnya.

Pertama, kecerdasan intelektual yaitu berkaitan dengan pengolahan akal, cara berfikir, metode dan lainnya. Intelektual harus mencakup ilmu agama dan ilmu umum, termasuk kajian ahlussunah wal jamaah karena kader NU adalah orang-orang yang memperjuangkan aqidah ahlussunah wal jamaah.

Kedua, kecerdasan emosional mencakup hal tentang pengolahan diri, kepemimpinan, kepekaan terhadap kondisi sosial dan kepedulian terhadap lingkungan. Sebagai calon pemimpin dimasa depan kader NU harus mengolah ini sejak dalam kaderisasi yang ada di NU. "Kalau di PMII ya harus serius sejak Masa Penerimaan Anggota Baru", lanjutnya.

Ketiga, kecerdasan spritual itu mencakup penguasaan bathin, pengelolaan hati dan tawakal atas apa yang telah dilakukan. KH M Furqon Masyhuri menyampaikan, "Kader-kader NU harus memiliki amalan rutin untuk meningkatkan kecerdasan spritual".

Keempat, kecerdasan digital yaitu mencakup penguasaan dalam bidang digitalisasi. Sekarang adalah era digital, era dimana kontak fisik lebih sedikit dibandingkan kontak non fisik (digital). "Bila dunia digital itu ibaratkan etalase-etalase dalam super market, etalasenya kader kader NU itu masih di etalase belakang, yang ada tapi belum nampak keberadaannya", tuturnya.

Peningkatan kecerdasan digital ini perlu menjadi bahasan serius bagi kader kader NU, sehingga kedepannya bisa mengikuti zaman. Demikian 4 kecerdasan yang harus ditingkatkan oleh kader kader NU untuk menjadi manusia yang mulia. (HTM/Izza).

Bagikan :

Tambahkan Komentar