Temanggung, Hariantemanggung.com - Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung menggelar penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal yang mendatangkan narasumber dari Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Islam Malang (UNISMA) Dr Ir Mahayu Woro Lestari, MP.
Dalam arahannya, Rektor INISNU Temanggung Dr Muh. Baehaqi, MM., mengatakan bahwa sinergitas yayasan, pimpinan, dan dosen menjadi keniscayaan dalam kemajuan perguruan tinggi. “Saya dulu teringat almarhum Rektor UNISMA Prof. Dr. Drs. K.H. Muhammad Tholchah Hasan yang dulu pernah bertemu waktu ke sana, beliau menyampaikan bahwa jika kampus mau maju, maka yayasan harus ngantor,” jelasnya.
Hal itu telah dilaksanakan oleh BPP INISNU sebagai tangan panjang PBNU yang sekira dua tahun terakhir sudah aktif, ngantor, dan bersinergi dengan INISNU. “Bahkan yayasan sudah menyiapkan huruf U untuk perubahan menjadi universitas sebagai wujud mimpi bersama,” katanya.
Pihaknya juga menjelaskan, bahwa pemenuhan semua syarat pengajuan Program Studi S2 yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Hukum Keluarga Islam (HKI) dalam waktu dekat akan turun izinnya sehingga menambah modal untuk perubahan atau alih bentuk menjadi Unisnu.
Sementara itu, dalam paparannya, Dr Ir Mahayu Woro Lestari yang menyampaikan materi “Membangun Budaya Mutu di Perguruan Tinggi” menegaskan bahwa penjaminan mutu awalnya harus dipaksa. “Jika sudah berjalan, nanti konsep adalah dipaksa-terpaksa-terbiasa,” katanya di ruang rapat INISNU Temanggung lantai 2, Jumat pagi (17/2/2023).
Ketika penjaminan mutu sudah kita rasakan pekerjaan kita, maka kita akan terbiasa. “Kita contohkan saja seperti salat lima waktu. Apakah kita perlu diaudit untuk tertib? Kan tidak? Karena Allah Swt sudah membuat standarnya, maka kita akan meninggalkan salat itu akan merasa tidak enak, karena penjaminan mutu salat sudah mendarah daging pada diri seorang muslim,” kata dia.
Dalam kegiatan itu, selain Rektor, hadir Wakil Rektor I Hamidulloh Ibda, Wakil Rektor II Khamim Saifuddin, Wakil Rektor III Moh. Syafi’, para Dekan, Kaprodi, dan Ketua Lembaga di lingkungan INISNU Temanggung.
“Budaya mutu adalah sistem nilai organisasi yang dihasilkan oleh lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan dan meningkatkan mutu,” katanya.
Maka perubahan mutu, katanya, membutuhkan dukungan, ide, dan kepemimpinan dari seluruh level staf. “Dimulai dari mana? Ya, dari pucuk pimpinan,” tegasnya.
Tujuan budaya mutu, katanya, adalah perubahan diri, perubahan sikap, perubahan perilaku, berdasarkan SN Dikti.
Pihaknya juga membeberkan banyak dasar untuk penjaminan mutu internal yang bisa dilakukan perguruan tinggi khususnya INISNU Temanggung.
Dalam kesempatan itu, untuk konteks percepatan jumlah mahasiswa memang kurang senada secara langsung dengan budaya mutu. “Jadi di Unisma itu, percepatan guru besar, menyekolahkan dosen S3 ke dalam dan luar negeri, membangun lab bagus, ternyata tidak berdampak signifikan pada jumlah mahasiswa. Namun ketika kampus memperbanyak spot-spot selfie untuk mahasiswa, maka hal ini justru mempercepat jumlah mahasiswa yang masuk ke Unisma karena ruang-ruang eksistensi mereka kita sediakan,” katanya.
Setelah pemaparan materi, kegiatan dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab yang dilakukan oleh semua peserta dan narasumber. (htm/ibd)
Tambahkan Komentar