Temanggung, Hariantemanggung.com – Bertempat di halaman Rektorat Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung, Wakil Rektor I INISNU Hamidulloh Ibda menegaskan bahwa mahasiswa harus menjaga tiga aspek. “Ada tiga hal yang harus dijaga mahasiswa, pelaku budaya, atau aktivis bahkan masyarakat, yaitu local knowledge (pengetahuan lokal), local genius (kecerdasan lokal), dan local wisdom (kearifan lokal),” katanya dalam pembukaan kegiatan Pekan Raya Budaya (Perabu) yang digelar Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) INISNU pada Jumat (23/12/2022).
Pihaknya mencontohkan seperti adanya ungkapan bagi perempuan, kalau nyapu harus bersih, kalau tidak bersih nanti suaminya berengosen. “Seperti juga kalau makan dihabiskan, kalau tidak nanti ayammu mati. Ini bukan sekadar gugon tuoh, klenik, mitos, tidak ilmiah, namun ini adalah bentuk konstruksi sosial yang tidak ada di daerah lain. Maka harus dijaga dan dilestarikan, diilmiahkan, bukan kita ikut-ikutan memandang ini sebuah mitos,” kata Pjs Direktur Utama LPPL Temanggung tersebut.
Pihaknya mengapresiasi kegiatan Perabu itu yang merupakan bentuk bantuan lembaga kemahiswaan dari Kementerian Agama untuk DEMA. “Sejumlah dosen ada sepuluh kelompok tahun ini juga mendapatkan bantuan penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan juga penulisan dari Kemenag, kemarin juga dapat riset untuk survei kepuasaan publik, dan riset dari BRIN. Mahasiswa juga dapat beasiswa KIP Kuliah, Besiswa Peningkatan Prestasi Akademik dan Tahfiz, ini adalah bentuk prestasi sivitas akademika INISNU,” lanjut dia.
Ibda juga menjelaskan, bahwa agama sangat membutuhkan budaya, begitu sebaliknya. “Contoh sederhana, perempuan saat salat butuh mukena, yang laki-laki butuh sarung, baju, nah, semua itu kan produk budaya bahkan teknologi. Maka, agama sangat membutuhkan mesin jahit, jika kita menolak budaya, masak kita salat dengan telanjang?” tegas dia.
Sesuai agenda, selain lomba tari kreasi yang diikusi oleh mahasiwa dan pelajar se Kabupaten Temanggung, pada malam hari juga akan digelar pagelaran seni, dan halaqah moderasi beragama yang pesertanya berasal dari lintas agama. “Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua, utamanya dalam menjaga tradisi, seni, dan budaya yang hakikatnya satu tarikan nafas dengan agama, tak perlu dibenturkan,” kata pria asal Pati tersebut.
Secara resmi, acara dibuka dan dilanjutkan dengan lomba tari kreasi yang menampilkan puluhan seni tari dari berbagai daerah, dari yang tradisional sampai yang modern. (htm/taf)
Tambahkan Komentar