Temanggung, Hariantemanggung.com - IKESTA (Ikatan Keluarga Mahasiswa  Ekonomi Syariah STAINU Temanggung) mengadakan kunjungan studi banding yang langsung didampingi oleh Amin Nasrullah Lc. M.EK (Kaprodi Ekonomi Syariah STAINU Temanggung), Fatmawati Sungkawaningrum S.Si M.S.I. (Sekprodi) . Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan, mengembangkan dan membandingkan ilmu yang didapat bangku kuliah dengan yang terjadi di lapangan. 

UD. Insan Berkah yang merupakan salah satu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah ( UMKM)yang beralamat di Widoro, Walitelon Utara, Temanggung, Kamis (20/02/2020) Waktu setempat.

UD. Berkah Insani merupakan UMKM yang memanfaatkan limbah tempurung kelapa menjadi bahan bakar alternatif terbarukan  berupa biobriket ( briket arang). Arwah telah menekuni Pengolahan tempurung kelapa menjadi briket ini sudah sejak 2015 silam. Hampir keseluruhan produksinya ia jual ke luar negara-negara Timur Tengah, briket tempurung kelapa di gunakan untuk kelengkapan shisha.

"Untuk saat ini kita menjual produksi hampir sebagian besar ke luar negeri seperti negara-negara di Timur Tengah,negara tujuan utamanya yaitu Jeddah dan hanya sebagian kecil yang kami jual untuk pasar lokal ” katanya.

Untuk bisa menembus pasar ekspor, Arwah harus membuat briket dengan kualitas yang bagus, walaupun limbah tempurung kelapa bisa ia dapatkan dengan mudah, namun harus mencari yang benar-benar berkualitas.

Dalam 1 hari UD. Berkah Insani memerlukan bahan baku 10 ton untuk memproduksi 3 ton briket siap ekspor, briket di kemas dengan kemasan 5 kg dengan harga Rp 13.000, namun hasil tersebut tidak terlepas dari upaya yang ia lakukan untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

"Dalam produksi briket di indonesia belum memenuhi pasar ekspor sepenuhnya. Masih di perlukan pengusaha briket yang mampu memproduksi briket yang berkualitas dan menembus pasar ekspor,” jelasnya.

Dalam proses pembuatan briket juga tidak begitu sukar. Dalam tahap pertama tempurung kelapa di bersihkan dari serabut dan di giling, selanjutnya di campur dengan pelekat, “ untuk pelekat menggunakan tepung tapioka sebanyak 5% yang di campur dengan air kemudian di giling,” jelasnya. Campuran itu selanjutnya di cetak menggunakan mesin pres sesuaikan ukuran permintaan pembeli.

Terakhir, briket di oven agar tidak berjamur.Selain memanfaatkan limbah, produksi briket ini merupakan trobosan yang tepat untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar fosil seperti minyak tanah maupun gas elpiji yang setiap hari semakin menigkat. “ Kurangnya sosialisasi dan promisi di pasar lokal, menjadikan briket arang tempurung ini sulit di kenal oleh masyarakat indonesia, walaupun untuk menyalakan dan memadamkan briket ini sangat sulit sehingga di anggap tidak efisien namun briket ini sangat ramah dengan lingkungan, aman bagi ibu-ibu yang sering memasak di dapur dan tentunya lebih ekonomis.” kata Arwah di forum diskusi.

Dalam kunjungan ini selain berdiskusi, rombongan mahasiswa dan dosen STAINU Temanggung juga mendapat kesempatan melihat cara pembuatan briket, “ Mahasiswa ekonomi harus lebih jeli melihat  potensi apa yang ada di lingkungannya untuk bisa di kembangkan lagi, kegiatan seperti ini menjadi salah satu pengalian potensi di bidang kewirausahaan,” tutur Najib Mubarok S.Si M.Sc. Kunjungan ini diakhiri dengan tukar menukar kenag-kenagan dan foto bersama. (htm55/Arfan/LPM GRIP).
Bagikan :

Tambahkan Komentar