Temanggung, Hariantemanggung.com - Pada hari Jumat, (06/12/2019), para Alaktivis kampus yang tergabung dalam organisasi intra kampus yaitu Unit Kajian Islam (UKI) STAINU Temanggung kembali menggelar diskusi. Setelah hari Jumat yang lalu diadakan acara yang sama, kini mereka kembali mengadakan hal yang sama, akan tetapi beda pembahasan.
Kegiatan diskusi tersebut, kini menjadi agenda rutinan tiap minggunya, yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Hari ini acara berlangsung di halaman kampus STAINU Temanggung, mereka menempati sebuah gazebo yang ada di kampus tersebut.
Diskusi tersebut merupakan agenda rutinan atau program kerja dari divisi kajian yang merupakan salah satu sayap dari organisasi UKI. Meskipun tidak semua anggota UKI dapat hadir pada kesempatan itu, namun tidak mengurangi semangat para pesesrta untuk berdiskusi, semua nampak antusias mengikuti kegiatan diskusi yang mengambil tema ‘Taqlid buta’ dan dimoderatori oleh Achmad Farihin . Tidak hanya menyimak, mereka saling beradu argument dan mengungkapkan pendapatnya masing-masing.
Dimas Rama mahhendra sebagai ketua divisi kajian mengungkapkan,“kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih mental, dan memiliki sikap kritis sebagai mahasiswa”. Karena dengan diskusi paling tidak mereka harus mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya, selain itu untuk berpendapat mereka juga harus punya dasar untuk disampaikan, sehingga secara tidak langsung mereka sudah belajar melatih keberanian untuk bicara di depan publik dan juga belajar mencari materi untuk didiskusikan. Lebih lanjut dia mengungkapkan kegiatan ini akan terus kami lakukan setiap minggungya.
Diskusi yang membahas tentang Taqlid Buta, banyak memaparkan keadaan-keadaan sekitar yang kita alami, khususnya di media sosial. Dari kesimpulan diskusi, Taqlid buta adalah menganut paham yang tidak ada dasarnya, merasa benar dengan pendapatnya sendiri dan tidak mau untuk dibenarkan. Jika taqlid buta tidak diantisipasi maka akan menyebabkan kerusakan moral dan akhlaq bangsa. Sebagai solusi yang ditawarkan, adalah dakwah dengan cara rahmatan lil alamin, yaitu dengan cara yang ramah seperti yang telah diajarkan para Ulama’ yang tentu ada dalil dasarnya.
Minggu kemarin kita mengambil tema ‘Strategi Dakwah’ hari ini temanya ‘Taqlid Buta’ dan minggu depan kita juga akan mencoba berdiskusi dengan membedah buku hasil karya dari salah satu dosen di STAINU Temanggung itu sendiri yaitu ‘Stop Nikah Ayo Pacaran’ yang ditulis oleh Bapak Hamidullah Ibda.
Dengan membedah buku ini juga secara tidak langsung para kader UKI mau tidak mau harus membaca, memahami, mempresentasikan, dan bahkan diharapkan nanti dapat menuliskanya kembali dalam bentuk resum. (Htm99/ M Dwi)
Kegiatan diskusi tersebut, kini menjadi agenda rutinan tiap minggunya, yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Hari ini acara berlangsung di halaman kampus STAINU Temanggung, mereka menempati sebuah gazebo yang ada di kampus tersebut.
Diskusi tersebut merupakan agenda rutinan atau program kerja dari divisi kajian yang merupakan salah satu sayap dari organisasi UKI. Meskipun tidak semua anggota UKI dapat hadir pada kesempatan itu, namun tidak mengurangi semangat para pesesrta untuk berdiskusi, semua nampak antusias mengikuti kegiatan diskusi yang mengambil tema ‘Taqlid buta’ dan dimoderatori oleh Achmad Farihin . Tidak hanya menyimak, mereka saling beradu argument dan mengungkapkan pendapatnya masing-masing.
Dimas Rama mahhendra sebagai ketua divisi kajian mengungkapkan,“kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih mental, dan memiliki sikap kritis sebagai mahasiswa”. Karena dengan diskusi paling tidak mereka harus mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya, selain itu untuk berpendapat mereka juga harus punya dasar untuk disampaikan, sehingga secara tidak langsung mereka sudah belajar melatih keberanian untuk bicara di depan publik dan juga belajar mencari materi untuk didiskusikan. Lebih lanjut dia mengungkapkan kegiatan ini akan terus kami lakukan setiap minggungya.
Diskusi yang membahas tentang Taqlid Buta, banyak memaparkan keadaan-keadaan sekitar yang kita alami, khususnya di media sosial. Dari kesimpulan diskusi, Taqlid buta adalah menganut paham yang tidak ada dasarnya, merasa benar dengan pendapatnya sendiri dan tidak mau untuk dibenarkan. Jika taqlid buta tidak diantisipasi maka akan menyebabkan kerusakan moral dan akhlaq bangsa. Sebagai solusi yang ditawarkan, adalah dakwah dengan cara rahmatan lil alamin, yaitu dengan cara yang ramah seperti yang telah diajarkan para Ulama’ yang tentu ada dalil dasarnya.
Minggu kemarin kita mengambil tema ‘Strategi Dakwah’ hari ini temanya ‘Taqlid Buta’ dan minggu depan kita juga akan mencoba berdiskusi dengan membedah buku hasil karya dari salah satu dosen di STAINU Temanggung itu sendiri yaitu ‘Stop Nikah Ayo Pacaran’ yang ditulis oleh Bapak Hamidullah Ibda.
Dengan membedah buku ini juga secara tidak langsung para kader UKI mau tidak mau harus membaca, memahami, mempresentasikan, dan bahkan diharapkan nanti dapat menuliskanya kembali dalam bentuk resum. (Htm99/ M Dwi)
Tambahkan Komentar