Oleh Ilfi Nangimatul Janah
Mahasiswa STAINU Temanggung

Biodata Buku
Judul: Filosofi Teras
Penulis: Henry Manampirang
Editor: Patricia Wulandari
ISBN: 978-602-412-518-9
Cetakan 1: Penerbit Buku Kompas
Penerbit: Buku Kompas 2019 PT Kompas Media Nusantara Jl. Palmerah Selatan 26-28 Jakarta 10270


Pertama kali mendengar kata filsafat biasanya orang akan berpikir bahwa hal itu njelimet, rumit, atau mungkin bahkan murtad, tapi memang hal itu gak bisa disalahin, emang kadang ketika pertama kali kita belajar filsafat kita langsung dibawa ke pemahaman yang baru dan mungkin jarang dibahas dalam pelajaran apapun, misalnya tentang pemikiran. Kenapa orang bisa berpikir? Kenapa orang mikir ini? Kenapa orang mikir itu? Apalagi kalau udah bertanya perihal keberadaan sesuatu, misalnya manusia, benda, sampai Tuhan. Pokoknya semuanya dipertanyakan, dari hal yang menurut orang gak pentig, sampai gak penting banget, asli—karena emang ilmu inikan ingin coba menggali segala hakikat sesuatu sampai ke akar-akar.

Sebenarnya bukan cuma itu pelajaran filsafat, ada banyak, dan selain diidentikan sama hal yang sebelumnya (njelimet), orang yang berfilsafat juga biasa disebut bijak. Kenapa seperti itu? Ya mungkin karena dalam filsafat kita diajak untuk mempertanyakan segala sesuatu sampai ke pemahaman yang bener-bener clear, jadi gak gampang buat nyimpulin sesuatu. Di filsafat juga sebenernya ada satu ajaran yang baik buat kesehatan mental, yaitu ajaran Stoisisme, pertama kali terkenal dari karya tulis Marcus Aurelius yang diberi judul meditasi. Sebenernya Marcus Aurelius gak pernah kasih nama buat tulisannya, karyanya juga bukan untuk dibukukan, tetapi buat jurnal pribadi yang ia tulis ketika sedang menjadi kaisar Romawai pada tahun 161 Masehi.

Menariknya di Indonesia sekarang ada sebuah buku yang berjudul Filosofi Teras, yang kata penulisnya, Henry Manampiring bisa ampuh bikin orang bijak. Dalam artian bisa bikin orang gak gampang galau, gampang move on, gak gampang marah-marah, gitulah ceritanya. Sebenernya setelah saya baca, tulisan ini terinpirasi dari jurnal-jurnal Marcus Aurelius yang dibukukan menjadi buku yang berjudul meditasi. Disebut filosofi teras, karena ternyata ajara-ajaran filsafat yang diberikan diajarakan di teras, sesederhana itu.

Lalu mungkin timbul pertanyaan, terus apa bedanya dengan tulisan meditation kalau gitu? Oke mungkin disini Henry Manampiring justru membuat sebuah pegantar tulisan bagi orang yang tertarik dengan ajaran Stoisisme. Tulisan ini memang betul mengulas ajaran-ajaran Stoisisme yang ada dalam buku meditasi, namun lebih di aktualisasikan dengan konteks kekinian yang menjadi masalah-masalah manusia di era sekarang, dan ini sangat sesuai ternyata.

Disini saya akan sedikit mengulas ajaran Stoisme yang diajarkan dalam buku Filosofi Teras. Ajaran ini saya piih dari beberapa filososfi yang Henry Manampiring jelaskan dalam bukunya. Pertama tentang, dikotomi kendali, menurut saya ini adalah ajaran yang paling menarik dan bermanfaat, yaitu bagaimana kita bersikap dengan cara hanya memperhatikan apa yang ada dalam kendali kita dan tidak memikirkan apa yang diluar kendali kita.

Kalau dipikir-pikir secara seksama yang namanya kekayaan, kesehatan bisa direbut atau terpengaruh orang lain. Misalnya kita diptipu atau kena hujan tiba-tiba terus sakit, padahal kita sudah hati-hati dan menghindari hal tersebut.tapi tetep aja kejadian. Filosofi ini menawarkan untuk tetap tenang dan menerima apa saja hal yang diluar kendali kita dengan tenang.

Karena hal bagaimana pun hal buruk bisa menimpa kita kapan saja tanpa aba-aba
Secara keseluruhan yang dibahas dalam buku ini menurut saya yang cukup penting itu, yag membedakan dari buku tentang filsafat stoisisme lainnya, mungkin dibuku ini dijelaskan dalam bahsa yang santai. Terus digunakan juga narasumber yang dipakai dari berbagai ahli psikologi influencer, anak muda berbakat, dan lain-lainnya. Penulis juga mencari atau memberikan contoh yang ada di masyarakat terutama generasi milenial.
Bagikan :

Tambahkan Komentar