Oleh :M. Muzaki Yusuf
Peneliti Islamic Studies pada Prodi PAI STAINU Temanggung

I
ndonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, sumber daya dan keidahan alamnya, tetapi dibalik itu semua indonesi memiliki banyak kasus terutama kasus “kekerasan terhadapa anak” sungguh memilukan.

Saya kasihan terhadap anak yang mendapat perilaku kurang baik dari guru, orang tua, bahkan teman sebayanya. Kpai mencatat  pada tahun 2018 terdapat 445 kasus, tahun 2017 tercatat 338 kasus, dan sedang kan pada 2016 hanya 327 kasus kekerasan terhadap anak (kpai, jakarta pusat, kamis 27/12).  Sedangkan pada tahun 2019 dari januari-april hanya tercatat 37 kasus (kamis 2/5/2019).

Saya hanya berfikir bagaiman pola pikir orang yang terlibat dalam setiap kasus kekerasan terhadap anak. Apa mereka memiliki gangguan emosi mental yang labil atau hanya untuk mencari kesenangan?

Menurut saya kasus kekerasan pada anak kebanyakan berrmula dari perilaku anak yang kurang baik dan ditambah lagi emosi mental yang menghadapi anak itu terlalu labil. Jadi untuk mengurangi kasus kekerasan pada anak kita sebagai orang dewasa harus selalu menyadari bahwa kita memiliki kekurangan dalam emosi mental, belajar menjadi orang yang lebih sabar, dan pergi ke dokter kejiwaan.

Menurut saya indonesia belum dapat maksimal dalam menghadapi kasus kekerasan pada anak dan masih banyak kasus yang belum tercatat (data) mungkin karan faktor keadaan. Untuk mencegah kasus kekerasan pada anak, pihak yang bertanggung jawab harus memiliki jaringan yang luas, seperti menghubungi setiap balai desa agar di adakan sosialisasi. Dan kita sebagai teman atau tetangga mereka, harus selalu mengawasi mereka dan memberi tahu kepada pihak yang berwajib agar mendapat binbinggan yang sesuai.
           

Bagikan :

Tambahkan Komentar