Oleh M. Muzaki Yusuf
Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung
Kebanyaan masyarakan modern menganggap teradisi tahlilan sebagai terdisi yang kuno, bid’ah pada dasarnya mereka beranggapan seperti itu, tanpa mengetahui isi atau arti dari tradisi Tahlilan itu sendiri. Maka dari itu perlu dekonstruksi dan pemahaman yang ilmiah, agar dapat mendukung masyarakat memahami arti dari Tradisi Tahlilan. Salah satu dengan mengunakan kaca mata filsafat.
Dalam buku Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dijelaskan Tradisi Tahlilan merupakan bentuk tradisi di dalam masyarakat yang sudah ada keberadaannya sejak zaman dahulu, dan terus berkembang, dilakukan secara bersama-sama untuk memuji Allah Swt dan mendekatkan diri kepadaNya. Di dalam Tahlilan terdapat kalimat-kalimat Dzikir dan Al-Quran seperti bacana Hamdallah, Takbir, Tahmid, Ayat Kursi, dan bacaan ayat Alquran lainnya.(hlm.5)
Tradisi tahlilan merupakan suatu kegiatan keagamaan yang didalamnya terdapat bacaan-bacaan yang mengagungkan nama Allah. Di dalam tradisi tahlilan mengajarakan banyak sekali kebaikan kepada masyarakat. Salah satunya adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.(hlm.6).
Tradisi tahlilan juga bisa digunakan sebagai sarana dakwah, lebih tepatnya mengajak manusia atau masyarakat melakukan hal-hal kebaikaan. Seperti hadis nabi :
Artinya: Rasulullah pernah bersabda: “Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemahnya iman”[H.R Muslim].
Dilakukan dengan lemah lembut supaya masyarakat mau menerima tahlil dengan hati terbuka.(hlm.7).
Manfaat tahlilan sangatlah banyak diantaranya dikemukakan oleh Bapak Khamim, yaitu untuk mempererat tali persaudaraan. Dengan diadakannya tahlilan keliling sendiri pada malam jumat, secara tidak langsung bisa mempererat tali persaudraan dari sebuah desa maupun dusun. Tahlilan juga memunyai tujuan, yaitu sebagai majelis silaturohim antar warga. Dari yang belum kenal menjadi kenal, dari yang belum akrab menjadi akrab, serta untuk menanamkan jiwa sosial, tolong-menolong, solidaritas, dan untuk mengajarkan masyarakat belajar membaca Al-quran.(hlm.10-11).
Kelebihan: Menurut saya, buku ini sudah memaparkan secara jelas dan lengkap, mulai dari pengertian, manfaat, dan memiliki sumber yang jelas.
Kekurangan: Menurut saya dalam segi kekurangan hanya terletak di kertas yang kurang mendukung buku ini dan terlalu mahal.
Biodata Buku
Judul: Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat
Nama Penulis : Tim PAI IB STAINU Temanggung
Nama Editor: Hamidulloh Ibda
ISBN : 978-602-50566-4-2
Penerbit: Forum Muda Cendekia (Formaci)
Tahun Terbit: 2019
Catatan dan Tebal: 21 x 14 cm, xii + 260 Halaman
Mahasiswa Prodi PAI STAINU Temanggung
Kebanyaan masyarakan modern menganggap teradisi tahlilan sebagai terdisi yang kuno, bid’ah pada dasarnya mereka beranggapan seperti itu, tanpa mengetahui isi atau arti dari tradisi Tahlilan itu sendiri. Maka dari itu perlu dekonstruksi dan pemahaman yang ilmiah, agar dapat mendukung masyarakat memahami arti dari Tradisi Tahlilan. Salah satu dengan mengunakan kaca mata filsafat.
Dalam buku Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dijelaskan Tradisi Tahlilan merupakan bentuk tradisi di dalam masyarakat yang sudah ada keberadaannya sejak zaman dahulu, dan terus berkembang, dilakukan secara bersama-sama untuk memuji Allah Swt dan mendekatkan diri kepadaNya. Di dalam Tahlilan terdapat kalimat-kalimat Dzikir dan Al-Quran seperti bacana Hamdallah, Takbir, Tahmid, Ayat Kursi, dan bacaan ayat Alquran lainnya.(hlm.5)
Tradisi tahlilan merupakan suatu kegiatan keagamaan yang didalamnya terdapat bacaan-bacaan yang mengagungkan nama Allah. Di dalam tradisi tahlilan mengajarakan banyak sekali kebaikan kepada masyarakat. Salah satunya adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.(hlm.6).
Tradisi tahlilan juga bisa digunakan sebagai sarana dakwah, lebih tepatnya mengajak manusia atau masyarakat melakukan hal-hal kebaikaan. Seperti hadis nabi :
Artinya: Rasulullah pernah bersabda: “Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemahnya iman”[H.R Muslim].
Dilakukan dengan lemah lembut supaya masyarakat mau menerima tahlil dengan hati terbuka.(hlm.7).
Manfaat tahlilan sangatlah banyak diantaranya dikemukakan oleh Bapak Khamim, yaitu untuk mempererat tali persaudaraan. Dengan diadakannya tahlilan keliling sendiri pada malam jumat, secara tidak langsung bisa mempererat tali persaudraan dari sebuah desa maupun dusun. Tahlilan juga memunyai tujuan, yaitu sebagai majelis silaturohim antar warga. Dari yang belum kenal menjadi kenal, dari yang belum akrab menjadi akrab, serta untuk menanamkan jiwa sosial, tolong-menolong, solidaritas, dan untuk mengajarkan masyarakat belajar membaca Al-quran.(hlm.10-11).
Kelebihan: Menurut saya, buku ini sudah memaparkan secara jelas dan lengkap, mulai dari pengertian, manfaat, dan memiliki sumber yang jelas.
Kekurangan: Menurut saya dalam segi kekurangan hanya terletak di kertas yang kurang mendukung buku ini dan terlalu mahal.
Biodata Buku
Judul: Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat
Nama Penulis : Tim PAI IB STAINU Temanggung
Nama Editor: Hamidulloh Ibda
ISBN : 978-602-50566-4-2
Penerbit: Forum Muda Cendekia (Formaci)
Tahun Terbit: 2019
Catatan dan Tebal: 21 x 14 cm, xii + 260 Halaman
Tambahkan Komentar