Suasana Wisuda Program Sarjana ke XXIII STAINU Temanggung, Selasa (13/2/2018).
Temanggung, Hariantemanggung.com – Saat menyampaikan sambutan dalam Wisuda XXIII Program Sarjana, Ketua STAINU Temanggung Drs. H. Muh. Baehaqi, MM menegaskan bahwa di era global ini, kompetensi menjadi syarat bersaing di dunia kerja. 

“Di era global, sesuai tema Wisuda XXIII kali ini yaitu ‘Peningkatan Eksistensi STAINU Temanggung dalam Menghasilkan Cendekiawan Muslim yang Kompetitif dan Profesional di Era Globalisasi’ ini, sarjana tidaklah puncak akhir dalam pengembaraan intelektual, spiritual dan moral,” kata dia di hadapan ratusan hadirin di Gedung Pemuda Temanggung.

Wisuda kali ini, kata dia, adalah pintu awal memasuki dunia kompetisi yang kita semua dituntut memiliki tiga kemampuan kunci. “Mulai dari kompetensi, karakter, dan literasi,” tegas Baehaqi.

Pertama, kompetensi, bisa ditafsirkan sebagai semua kemampuan komparatif di bidang keilmuwan dan kompetitif di bidang sosial. “Artinya, sarjana lulusan STAINU Temanggung harus berkualitas secara keilmuwan sesuai bidangnya, dan sosial sesuai visi STAINU Temanggung yaitu Unggul dalam budaya keilmuan, dan keimanan-ketakwaan berbasis Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah. Hal itu juga selaras dengan ruh Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat,” lanjut dia.


Untuk meraih itu, kata dia, STAINU Temanggung dari tahun ke tahun sudah melakukan akselerasi mulai dari konversi kurikulum menuju Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) dengan profil lulusan, learning outcome, dan program-program di tiap prodi yang mendukung profil lulusan dan capaian pembelajaran.

“Gampangane, kuliah di mana saja itu sama. La kok ngoten? Karena, saat ini standar kurikulum di semua kampus sama, yaitu KKNI-SNPT, termasuk STAINU Temanggung. Artinya, lulusan STAINU Temanggung secara standar kurikulum sudah sama dengan perguruan tinggi. Dampak dari perubahan kurikulum itu, adanya prodi pada Jurusan Tarbiyah seperti Pendidikan Agama Islam (PAI) gelarnya menjadi S.Pd, Manajemen Pendidikan Islam (MPI) gelarnya S.Pd, lalu Prodi baru yaitu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) gelarnya juga S.Pd,” ujar Baehaqi.

Kemudian, kata dia, pada Jurusan Syariah juga sama. “Prodi Al-akhwal Al-syaksiyah (AS) juga bergelar S.H seperti perguruan tinggi lain dan Prodi Ekonomi Syariah (ES) juga S.E seperti prodi ekonomi umum. Jadi, secara kompetensi dengan didukung kurikulum standar nasional, maka lulusan STAINU Temanggung sangat kompatibel dengan akselerasi zaman,” papar dia.


Semua itu, lanjut dia, kita jembatani dengan adanya pengemasan kurikulum pada capaian pembelajaran tiap prodi dan softskill. “Seperti contoh mata kuliah itu, mulai dari Entrepreneurship, Teacherpreneurship, Praktik Teacherpreneurship, Strategi Bisnis Pendidikan, Praktik Peradilan Semu, KKL, PPL, dan KKN sebagai modal akademik untuk mengepakkan sayap keahlian sesuai prodi masing-masing. Sebab, mata kuliah yang kami kemas sudah sesuai kondisi global, dan porsi praktik sangat seimbang dengan mata kuliah teoretis,” papar dia.

Kedua adalah karakter. “Melalui program perkuliahan yang berpusat pada mahasiswa, karakter menjadi hal urgen untuk menjawab tantangan di era milenial seperti ini. Di era siber ini, banyak sekali pemuda yang berkiblat pada internet, medsos seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan juga karakter mereka dikonstruksi dari layanan pesan seperti BBM, WhatsApp, Line, dan lainnya,” ujar dia.

Untuk membentuk karakter itu, papar dia, perkuliahan STAINU Temanggung menekankan adanya budaya Islam ramah yang berprinsip pada diktum Al-Muhafadhotu 'Ala Qodimis Sholih Wal Akhdzu Bil Jadidil Ashlah yaitu memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. 

“Oleh karena itu, corak pengembangkan intelektualitas mahasiswa dan dosen STAINU Temanggung kami selaraskan dengan fondasi bangsa dan negara yang menjunjung tinggi Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” papar dia.


Semua itu, kata dia, sudah senada dan seirama dengan Misi STAINU Temanggung yaitu salah satunya Mengembangkan Budaya Berpikir yang Arif, Rasional, Kreatif, dan Inovatif serta Mengembangkan Studi Keilmuan dan Keislaman secara Komprehensif.


“Ketiga, yaitu literasi. Sesuai dengan program pemerintah melalui Gerakan Literasi Nasional, kita merespon hal itu karena sesuai dengan kondisi zaman yang mengharuskan sarjana “melek literasi”. Jika merujuk data USAID pada 2016, budaya baca anak-anak dan pelajar kita sangat rendah karena kalah dengan budaya menonton televisi. USAID Prioritas pada Maret 2016 merillis rata-rata orang Indonesia melihat televisi perhari selama 300 menit, padahal di negara maju hanya 60 menit,” jelasnya panjang.


Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan membaca siswa juga menyebutkan kemampuan membaca siswa di Indonesia berada di urutan ke-69 dari 76 negara yang disurvei. Minimnya budaya membaca di Indonesia memperburuk kualitas pendidikan. Catatan UNESCO pada 2012 menempatkan indeks membaca bangsa Indonesia hanya 0,001. Artinya, di antara 1.000 orang hanya satu orang yang membaca serius. Namun, Perpusnas RI pada 2016 merevisi data itu, dari risetnya, dari 1000 orang di Indonesia, ada 25 yang membaca serius.


“Oleh karena itu, STAINU Temanggung merespon itu dengan melakukan berbagai pendekatan. Pertama, membuat sistem perkuliahan pada ciri khas KKNI, yaitu berbasis branding, event, karya dan berpusat pada mahasiswa. Kedua, kita juga mendorong kegiatan dosen tidak hanya melakukan pengajaran, namun juga penulisan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Kurun 4 tahun terakhir, LP3M STAINU Temanggung mencatat secara kualitatif, ada 104 penelitian, 34 jurnal, puluhan buku, dan puluhan artikel ilmiah populer di media massa dari dosen STAINU Temanggung,” beber dia.


Dijelaskand ia, bahwa STAINU Temanggung dari data LP3M juga telah melakukan kerjasama ditandai dengan MoU sebanyak 30 lembaga. Baik itu dalam dan luar negeri, mulai dari unsur kampus, birokrasi, media massa, sampai dengan lembaga bisnis.


Selain itu, pengemasan mata kuliah di STAINU Temanggung di sejumlah prodi juga berbasis pada Pilar Literasi, yaitu baca, tulis dan arsip. “Semua dosen kami dorong untuk menulis dan juga mahasiswa, kemudian di akhir perkuliahan, hasil tulisan makalah dan bunga rampai berupa puisi, cerpen, dan artikel, mereka himpun menjadi sebuah buku sebagai bukti literasi perguruan tinggi,” beber dia.

Dalam wisuda itu, hadir perwakilan LPTNU, PWNU Jawa Tengah, PCNU Temangggung,  BPPPTNU Temanggung, Prof Dr H Muhibbin Noor, MA, Koordinator Kopertais Wilayah X Jawa Tengah, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang mewakili Bupati Temanggung, Bank Jateng dan Bank Syariah, tamu undangan dari Kodim, Polres, SKPD dan pejabat Temanggung yang hadir. Hadir pula para anggota Senat, kiai, alim ulama, orang tua dan wisudawan, civitas akademika STAINU Temanggung.
 
Sementara itu, wisudawan terbaik dari prodi Al-akhwal Al-syakhsiyah (AS) adalah Kholilur Rokhman dengan IPK 3,84, dan Nifta So'if dari prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan IPK 3,87. Keduanya, diberi penghargaan dari Bank BPD Jateng dan Syariah. (htm10/hms).

Bagikan :

Tambahkan Komentar