KH. Muhammad Furqon Ketua PCNU Temanggung (kiri) dalam acara pembinaan guru madrasah di lingkungan MWC Ma'arif Kecamatan Gemawang, Temanggung, Kamis (23/11/2017).
Gemawang, hariantemanggung.com - Ki Hadjar Dewantara selama ini hanya dikenal sebagai Pahlawan Nasional dan Bapak Pendidikan Nasional. Padahal, Raden Mas Suwardi Suryaningrat menurut KH. Muhammad Furqon (Gus Furqon) Ketua PCNU Temanggung adalah salah satu di antara ribuan santri di Nusantara yang berkiprah banyak dalam dunia pendidikan.

"Suwardi Suryaningrat atau kita kenal Ki Hadjar Dewantara adalah santri tulen. Beliau adalah hafiz dan santri tulen yang menjadi Pahlawan Nasional," beber KH. Muhammad Furqon Ketua PCNU Temanggung dalam acara pembinaan guru madrasah di lingkungan MWC Ma'arif Kecamatan Gemawang, Temanggung, Kamis (23/11/2017).

Baca juga: Guru LP Ma'arif Gemawang Didorong Dosen STAINU Temanggung Jadi Guru Zaman Now

Seperti diketahui, Ki Hadjar Dewantara saat kecil dikirim keluarganya mondok di sejumlah pesantren. Salah satu guru ngaji Ki Hajar Dewantara yaitu Kiai Sulaiman Zainuddin Abdurrahman, pengasuh pesantren di Kalasan Prambanan.

Salah satu santri Kiai Zainuddin adalah Suwardi Suryaningrat yang kemudian menjadi tokoh pendidikan nasional. Ki Hadjar belajar Alquran hingga mahir membaca dan memahami isinya dari Kiai Sulaiman bahkan Ki Hadjar juga hafiz 30 juz Alquran.

Kegiatan yang mengusung tema "Mewujudkan Tanggungjawab Guru pada Madrasah untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan dengan Landasan Aussunah Waljamaah" ini dihadiri puluhan guru dan kepala sekolah dari jenjang MI, MTs dan MA di lingkungan LP Ma'arif Gemawang, Temanggung.

Ada perempuan yang juga santri, kata Gus Furqon, beliau lahir di Jepara. "Beliau gelisah karena perempuan saat ini tidak mendapat kesempatan belajar dan nyantri. Lalu nyantri di Semarang kepada KH. Soleh Darat yang juga gurunya Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan ulama-ulama lain," beber kiai muda tersebut.

Kita tidak tahu, katanya, bahwa sebenarnya berkat usulan Kartini lah, KH. Soleh Darat menulis kitab Tafsir Faidul Qulran Bi'ilmil Qur'an. "Itu lah peran Kartini yang tidak banyak diketahui publik," lanjut dia.

Gus Furqon juga berharap, santri sekarang harus melek literasi taqrib dan jangan sampai tidak mengenal NU. "Kalau guru NU tidak mengenal NU pasti akan menjadi benalu bagi NU itu sendiri," tegasnya.

Selain Gus Furqon, acara yang digelar di aula MA. Ma'arif NU Gemawang itu juga diisi oleh H. Miftakhul Hadi, S.Ag Ketua LP Ma'arif Temanggung dan Hamidulloh Ibda dosen PGMI STAINU Temanggung. (htm11/hi).
Bagikan :

Tambahkan Komentar