Oleh: Futimatul Islamiyah
Di sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, malam selalu datang dengan tenang dan damai. Lila, seorang gadis yang gemar memandang langit, selalu menantikan saat bulan muncul dengan sinar peraknya yang memukau. Baginya, bulan bukan sekadar benda langit, melainkan sahabat yang setia menemani dalam kesendirian.
Suatu malam, saat bulan tampak lebih bulat dan terang dari biasanya, Lila duduk di teras rumah sambil menatap langit. Hatinya dipenuhi rasa penasaran dan kehangatan yang sulit dijelaskan. “Apakah bulan punya rahasia yang belum aku tahu?” bisiknya pelan.
Tiba-tiba, dari sinar bulan yang lembut muncul sosok kecil berkilauan, seperti peri yang terbuat dari cahaya. “Aku adalah Penjaga Bulan,” suara lembut itu terdengar, “Aku datang untuk memberimu sebuah cerita yang hanya bisa didengar oleh hati yang tulus.”
Lila terpesona dan mengangguk penuh harap. Sang peri melanjutkan, “Setiap malam, aku mengumpulkan mimpi-mimpi indah dari seluruh dunia dan menyimpannya di balik cahayaku. Jika kau mau, aku akan memberimu satu mimpi yang dapat mengubah hidupmu.”
Dengan hati berdebar, Lila menerima hadiah itu. Ia merasakan kehangatan dan kedamaian yang luar biasa menyelimuti dirinya. “Mulailah mengejar mimpimu, Lila. Jangan takut pada gelap, karena aku akan selalu menerangi jalanmu,” kata sang peri sebelum menghilang kembali ke dalam sinar bulan.
Sejak malam itu, Lila merasa lebih berani dan penuh semangat. Setiap kali ragu atau takut, ia hanya perlu menatap bulan dan mengingat bisikan lembut sang peri. Bulan menjadi sumber kekuatan dan harapan yang tak pernah padam.
Di desa kecil itu, bulan terus bersinar terang setiap malam, membawa mimpi dan harapan bagi siapa saja yang mau mendengarkan bisikannya. Dan Lila, gadis kecil yang dulu hanya memandang bulan, kini menjadi cahaya bagi banyak orang di sekitarnya.
Tambahkan Komentar