Temanggung, Hariantemanggung.com - INISNU Temanggung melalui Pusat Kajian Budaya dan Bahasa (PKBB) secara resmi menyerahkan hasil penelitian ilmiah dan film dokumenter berjudul Jamasan Jaran Kepang Temanggung kepada Pemerintah Kabupaten Temanggung, yang diterima langsung oleh Bupati Temanggung, Agus Setiawan dalam sebuah acara silaturahmi pada hari Sabtu, (3/3/2025) pukul 09.00 WIB hingga selesai, di Pendopo Kabupaten Temanggung.

Acara tersebut berlangsung di rumah dinas Bupati dihadiri ketua peneliti Dr. Joni, M.Pd. B.I., yang didampingi Ketua BPP INISNU Drs. H. Nur Makhsun,M.S.I. Rektor INISNU Dr. H. Muh Baehaqi, MM, Wakil Rektor II INISNU, Khamim Saifuddin, M.Pd.I, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) INISNU Andrian Gandi W, M.Pd.

Dalam sambutannya, Dr. Joni, M.Pd. B.I., menjelaskan bahwa penelitian berjudul "Transformasi Filosofis dan Ritual Jaran Kepang di Temanggung: Kajian Filsafat Adat dan Budaya ini sebagai upaya pelestarian budaya lokal Temanggung, khususnya tradisi Jaran Kepang ini tidak hanya menjadi penanda selesainya sebuah proyek ilmiah, tetapi juga menjadi langkah penting dalam upaya menyatukan kekuatan budaya, pendidikan, dan kebijakan publik. Dengan kolaborasi yang kuat antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat, budaya lokal seperti Jaran Kepang akan tetap hidup, berkembang, dan diwariskan kepada generasi mendatang dengan penuh makna dan kebanggaan." Paparnya .

Selain itu, "fungsi Jaran kepang meluas, tidak sekadar sebagai pertunjukan seni, tetapi juga sebagai sarana ekspresi sosial, interaksi kolektif, dan media transmisi nilai budaya kepada generasi muda, sehingga kita sadar mencintai siapa yang kita cintai." Pungkasnya.

Penelitian yang mengangkat ritual jamasan (penyucian dan pemuliaan kuda kepang) yang selama ini jarang mendapat perhatian dalam kajian akademik dilakukan oleh tim PKBB INISNU Temanggung ini dilaksanakan secara intensif sejak bulan Juni 2024 hingga April 2025. 

Dalam penjelasan tim peneliti, ditemukan bahwa praktik Jamasan tidak hanya merupakan tindakan simbolik, melainkan sarat akan nilai filosofis, spiritual, dan adat yang mendalam. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk pemuliaan terhadap properti budaya dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tarian Jaran Kepang. Peneliti menemukan bahwa sebelum pertunjukan Jaran Kepang dimulai, dilakukan prosesi sembahan dan jamasan, yang menandakan penghormatan terhadap leluhur dan nilai-nilai sakral budaya.

Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga mengungkap eksistensi bentuk Jaran Kepang yang tertua di Temanggung, yaitu Krikan dan Papatan, selain bentuk yang populer dikenal sebagai Idakep. Masing-masing jenis Jaran Kepang ini mengandung nilai-nilai luhur dan norma adat yang berbeda, dan memperlihatkan kekayaan struktur budaya lokal yang belum banyak terungkap.

Menggunakan pendekatan Filsafat Adat dan Budaya, penelitian ini mengkaji bagaimana elemen-elemen simbolik dalam Jaran Kepang mencerminkan tatanan nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat Temanggung. Pendekatan ini memungkinkan pembacaan mendalam terhadap makna kultural, etis, dan spiritual dalam praktik budaya tersebut.

Dalam pertemuan tersebut Bupati Temanggung menyampaikan apresiasi tinggi terhadap hasil riset ini.

"penelitian dan dokumentasi budaya seperti ini sangat penting dalam menjaga kontinuitas identitas budaya masyarakat Temanggung. Kita perlu menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda, agar mereka memiliki rasa bangga dan cinta terhadap adat leluhur. Budaya bukan sekadar pertunjukan, melainkan cermin nilai kemanusiaan, tata krama, dan unggah-ungguh" ujar Bupati Temanggung.

Pihaknya juga mendorong agar hasil penelitian ini dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan lokal, agar peserta didik memahami konteks sosial-budaya daerahnya secara utuh. Menurutnya, pendidikan yang berbasis budaya lokal akan membantu membentuk karakter anak bangsa yang berbudaya, beradab, dan berakar pada tradisi luhur.

Sebagai tindak lanjut, Bupati Temanggung mengusulkan agar PKBB INISNU Temanggung dan instansi terkait turut mengkaji elemen budaya lain yang juga memiliki makna adat mendalam, seperti Paisan (busana adat pernikahan khas Temanggung yang memuat simbol kesucian dan keharmonisan), Song-song (payung adat yang memiliki makna pelindung dan penghormatan), Belangkon Temanggung (penutup kepala tradisional yang menjadi lambang kebijaksanaan dan martabat laki-laki Jawa).

"selanjutnya sangat penting untuk melakukan inventarisasi dan pendataan terhadap seluruh budaya tak benda di Temanggung yang memuat nilai dan norma, agar tidak lenyap seiring perkembangan zaman." Pungkas Bupati.

Acara tersebut diakhiri dengan sesi penyerahan buku penelitian dan film dokumenter, serta mendiskusikan lebih lanjut mengenai hasil penelitian dan potensi pengembangan kesenian tradisional di Temanggung.

Dengan penyerahan dokumen ini, diharapkan kerjasama antara INISNU dan pemerintah daerah dapat semakin erat dalam upaya melestarikan kebudayaan lokal.

Bagikan :

Tambahkan Komentar