Oleh : Kurnia Laili Khamida, Wakil Ketua I Bidang Kaderisasi PMII Rayon Makukuhan, Komisariat Trisulla INISNU Temanggung

 Memperingati hari yang mendadak tranding dikalangan kaum hawa, membuat penulis merefleksikan bagaimana perempuan di lingkungan kampusnya. Perguruan Tinggi Swasta di Temanggung ini memiliki lima Unit Kagiatan Mahasiswa (UKM) dan satu Unit Kegiatan Khusus (UKK)  yang mana empat diantara UKM tersebut dipimpin oleh Perempuan. Periode ini (2023-2024) merupakan periode yang cukup didominasi oleh perempuan dalam birokrasinya. Hal itu jelas tanpa menjatuhkan atau mendiskriminasi kaum adam. Bahkan tak jarang langkah mereka juga mendapatkan dukungan dan support dari kaum adam.

Selain dibirokrasi UKM, Organisasi Kemahasiswaan tingkat Fakultas juga didominasi oleh perempuan. Seperti Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Tarbiah dan Keguruan. Serta Senat Mahasiswa Fakultas Syariah Hukum dan Ekonomi Islam juga dipimpin oleh perempuan. Selanjutnya tiga dari enam Himpunan Program Study juga dipimpin oleh Perempuan,  Lantas faktor apa yang mendukung hal ini terjadi ?

Kesadaran Gender yang mulai diterima di khalayak modern

Mahasiswa sebagai masyarakat yang berpendidikan tentu mengenal bagaimana kesadaran gender dalam memandang tembok antara kaum adam dan hawa. Pendidikan membuahkan kesadaran dalam sudut pandang mengenai gender, yang mana kemudian kesadaran tersebut menghasilkan suatu perbuatan atau tindakan yang baru. Gender tentu merupakan suatu istilah yang baru dalam prespektif masyarakat adat, namun dengan pendekatan dan pandaangan yang baru doktrinasi mengenai gender mungkin akan lebih mudah diterima. Terlebih dikalangan masyarakat modern yang telah menjadi pelaku atau objek utama persamaan gender entah dalam dunia kerja atau yang lainya.

Mental internal perempuan sudah mulai diberdayakan untuk berani berkonstentasi

Pemberdayaan mental perempuan ini tak semata-mata semudah mengembalikan telapak tangan. Wanita dengan segala keribet-an-nya selalu memiliki mood yang agak berantakan, terkadang. Rasa insecure, moody, plin-plan, overthingking, tidak enak hati, minder, sentimentil, menyalahkan diri sendiri, terlalu sering resah, bawel, dan teman-temanya terkadang perlu dikondisikan kembali.

Organisasi Eksternal Kampus yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan Badan Semi Otonomya Korps PMII Putri (KOPRI) dengan forum kecil-kecilanya berhasil membangun beberapa diskusi sosial Keperempuanan yang memberikan asupan asupan penanganan mental internal perempuan. Dalam forum tersebut juga selalu ditekankan bahwa sebagia wanita kita harus saling mendukung satu sama lain tanpa saling menjatuhkan. Hal itu sering kita sebut sebagai Women Support Wommen (WSW). Langkah ini tentu menjadi salah satu kekuatan dan keberanian tersendiri bagi perempuan untuk andil dalam konstentasi.

Konstruksi sosial mulai berubah

Pola pikir yang dulunya stagnan bahwa perempuan tidak boleh menjadi seorang pemimpin hari ini dipatahkan sebab pendidikan yang terbuka lebar untuk semua kalangan. Pola pikir yang awalnya perempuan lulus langsung menikah hari ini digeser oleh karir cemerlang yang terbuka lebar untuk semua kalangan. Bahkan hal yang paling intensif, yaitu parenting hari ini ditekankan juga untuk kaum adam dan hawa, bukan ? Seperti itulah zaman, yang lambat laun membuahkan gejala sosial dan terkadang sangat jelas mengubah pola konstruksi sosial.

Prespektif tabir tentang perempuan disirnakan lewat kesadaran, kemanusian dan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Sebagai refleksi atas tingginya eksistensi perempuan hari ini, perlu rasanya penulis menggutip suatu kalimat dari sastrawan legendaris Indonesia beliau Pramodya Ananta Tour sebagai penutup "Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai" Kalimat ini tentu membangunkan kesadaran bagi Perempuan, bahwa pada hakikat dasarnya, kita tetap butuh seorang laki-laki dalam hidup walau setinggi apapun pencapaian dan karir kita.

Bagikan :

Tambahkan Komentar